9. BAWA GUE KABUR NO!

1.6K 60 1
                                    

2 weeks later
-----------------------

"AAAAAAAA!!!!! BRUNO.. BRUNO...TOLONGIN GUE!! "

Teriakan melengking dari arah kamar mandi bikin Bruno yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk Evan seketika berjingkat kaget sampai-sampai hampir membuat piring di tangannya terlepas. Bruno melangkah cepat ke arah sumber suara.

DUAGH!!

"Aow!!! Sialan!! Anjritt!! Jempol kaki gue.. Sshhh... aduduuuhh... Sakit banget... Malang bener nasib gue... Fuh.. fuh.." umpatnya kesakitan, mendesis nyeri, sambil meniup-niup jempol kakinya yang jadi korban.

Bruno lantas melangkah terpincang-pincang menuju kamar mandi. Rasa sakit di jempol kakinya dia biarkan begitu saja. Dalam pikirannya, Evan tengah dalam bahaya.

Pintu kamar mandi ternyata nggak ditutup sama sekali, menampilkan sosok Evan yang tengah dalam kepanikan seraya memegang bagian pantatnya sendiri. Jika dilihat sekilas, semua nampak baik-baik saja. Tubuh Evan tidak terluka. Evan juga tengah seorang diri tanpa seorang pun menyakiti dirinya.

"Kenapa Boss? Boss nggak apa-apa 'kan? Apanya yang sakit Boss?" Bruno seketika bertanya khawatir, menghampiri Evan untuk memeriksa seluruh tubuhnya.

"No..... Pantat gue No..." ujar Evan sedih bercampur panik.

"Emang kenapa pantatnya Boss?" Bruno seketika mengecek pantat Evan yang kini tanpa sehelai kain menutupi. Evan tengah mengenakan atasan t-shirt kebesaran dengan bawahan tak mengenakan apapun. Namun, kedua telapak tangannya nampak sibuk menutupi bagian pantatnya.

"Ini No... Pantat gue!!!" Evan bingung bagaimana cara untuk menjelaskannya, bergerak gelisah masih menutupi bagian pantatnya itu.

"Iya... Kenapa Boss? Pantat Boss kenapa??" Bruno sekarang sudah berjongkok saja tepat di belakang pantat Evan, berniat untuk menyingkirkan tangan Evan guna untuk memeriksanya. Akan tetapi, Evan tetap bertahan menutupi bagian pantatnya.

"Pantat gue No... Pantat gue!!"

"Pantat Boss kenapa???? Coba aku periksa, ya?" tanya Bruno sabar dan perhatian.

"Pantat gue berdarah No," jawab Evan panik dan bingung. Setahunya, ia tidak menderita ambeien, ia juga tidak barusaja melakukan sex dengan siapapun. Pertama dan terakhir kalinya waktu itu adalah dengan Bruno itupun karena salah minum obat.

Bagai disambar petir di siang bolong, Bruno yang masih berjongkok di belakangnya seketika kaget.

"HAH??? KOK BISA??" katanya spontan.

"Ssshhhttt... Jangan keras-keras No, malu," tegur Evan.

"Kok bisa berdarah sih Boss??" Bruno semakin bingung, memperhatikan pantat Evan dengan teliti, menyingkirkan tangan Evan pelan guna untuk memeriksanya lagi. Evan pada akhirnya membiarkan Bruno memeriksanya. Dengan perasaan khawatir, dibukanya belahan pantat itu hingga bercak darah benar keluar dari sana.

"No... Gue takut," keluh Evan dengan raut wajah sedih. Ia khawatir dedek bayi dalam kandungannya kenapa-kenapa.

"Kok bisa berdarah gini sih?" Bruno meraih beberapa lembar tisu untuk membersihkan darah di sekitar pantat Evan. Evan menggeleng sedih sebagai jawaban bahwa ia juga tidak tahu.

"Kok bisa sampai berdarah begini sih Boss? Boss nggak punya penyakit ambeien 'kan? Kalau nggak lagi ambeien, apa mungkin dedek bayinya--- " kalimat Bruno terjeda, ekor matanya melirik curiga ke arah perut Evan yang masih agak rata."--dedek bayinya nggak lagi---keguguran 'kan??" sambungnya lagi menatap ke arah wajah Evan yang kini sama-sama khawatir dan panik.

"Gue nggak tahu No. Gue sebenernya pengen cerita sama lo No, tapi gue malu. Setelah gue cerita, lo harus janji bakal rahasiain ini dari siapapun ya," pinta Evan memelas.

BODYGUARD SLEBOR [R21+]Where stories live. Discover now