01. Si pemilik mata indah

3K 361 21
                                    

- Happy Reading -

.
.
.

Seorang pemuda dengan tinggi badan yang diatas rata-rata tengah mengayuh sepeda milik nya. Pagi yang indah ini, pemuda itu memutuskan untuk mengelilingi komplek menggunakan sepeda. Sebuah senyuman manis terpatri di bibir nya yang ranum, poni nya yang lumayan panjang sedikit mengganggu pemandangan nya.

Dialah si pemilik mata indah itu, mata biru jernih bagaikan air laut yang tenang. Killian Zephyr, nama yang indah seperti pemilik nya.

Beberapa ibu pembeli sayur menyapa Lian kala ia lewat dengan sepeda milik nya. Sepeda usang yang umur nya sudah 5 tahun lebih, sepeda berharga dengan segala kenangan nya.

Setiap kali ada orang yang menyapa, Lian akan memberikan senyuman manis nya. Setelah merasa sudah cukup jauh, Lian turun dari sepeda dan kembali dengan berjalan kaki. Ia menunda sepeda milik nya dan berjalan dengan santai sesekali bersenandung ria.

"Cuaca hari ini lumayan bagus, libur sekolah memang hal yang menyenangkan. Selain bisa mengistirahatkan badan, aku juga bisa mengistirahatkan pikiran dan menjauh dari mereka semua." Lian bermonolog sendiri, menatap jalanan yang terlihat sepi.

'Mereka' yang Lian maksud adalah para perundung disekolah nya. Bersekolah di SMA elit memang impian Lian, tapi siapa sangka banyak hal buruk yang terjadi disana. Lian sendiri tidak bisa menjauhi perundungan itu. Ingin melapor pada kepala sekolah, yang ada ia yang disalahkan karena sudah menuduh anak kepala sekolah sendiri.

Ya, salah satu dari para perundung itu adalah anak kepala sekolah sendiri. Hal itu membuat Lian kesulitan.

Merasa sedikit penat, Lian duduk sebentar dipinggir jalan. Ia meluruskan kaki nya dan memukul-mukul nya dengan pelan untuk menghilangkan nyeri. Mata indah nya itu tidak pernah berhenti mengamati sekitar, Lian bersyukur masih bisa melihat dunia sejauh ini.

Keadaan jalanan yang cukup sepi membuat Lian menyukai nya. Rasa sepi itu sudah menjadi teman dekat nya untuk beberapa tahun ini.

Semenjak kepergian sang Ayah, Lian hidup sendiri tanpa sosok Ibu. Ibu nya menghilang entah kemana, pergi meninggalkan Lian dengan segudang rasa sepi. Terbiasa hidup sendiri membuat Lian menjadi anak yang lebih mandiri. Terlalu asik melamun, tiba-tiba saja sebuah kejadian kemarin kembali datang ke pikiran Lian.

Kemarin, seorang pria dengan setelah jas mewah tiba-tiba datang kerumah kecil milik Lian. Menawarkan untuk tinggal dengan dirinya karena wasiat sang Ibu sebelum meninggal. Ia, setelah menghilang 4 tahun lebih, Lian baru saja mengetahui jika wanita yang melahirkan nya ternyata sudah lebih dulu pulang kepangkuan Tuhan.

Pria yang menawarkan untuk tinggal dengan nya adalah Paman nya, adik laki-laki dari Ibu nya.

Sampai saat ini, Lian masih belum memutuskan. Ia ingin tinggal disana dan mungkin saja Lian bisa memulai hidup yang baru dengan keluarga baru. Tapi disisi lain, Lian ragu meninggalkan semua hal yang sudah ia jalani sejauh ini.

Meninggalkan rasa sepi itu dan memilih hidup yang lebih bahagia. Bagaimana jika kebahagiaan itu hanya sesaat sebelum akhirnya rasa sepi itu datang lagi.

•••••••

Tak terasa waktu telah berlalu, kini Lian sudah berada di rumahnya dan hendak berangkat menuju tempat ia bekerja namun secara tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar miliknya yang membuat Lian tersentak.

Dengan ragu Lian perlahan menuju kamarnya lalu membuka pintu yang ada di hadapannya, betapa terkejutnya ia mendapati seekor tikus sedang mericuh di kandang hamster miliknya.

Sepasang mata Lian terbelalak terkejut lalu dengan segera ia mengambil sapu yang tak jauh darinya dan bergegas memasuki kamarnya kembali. "Pergi kau tikus jelek!"

Lian menghempaskan tikus tersebut dengan sapu yang membuat sang tikus terlempar. Dengan cepat Lian berlari ke arah sang tikus dan memukulnya berkali-kali hingga tikus itu tak berdaya.

Beberapa saat kemudian ketika Lian yakin sang tikus telah mati, ia perlahan mendekati tikus tersebut dan mendapati sang tikus masih bergerak lalu mulai berlari ke arahnya.

"W-wah!" Sangking terkejutnya Lian ia sampai terjatuh ke belakang. "Aduh, duh.."

Tikus tersebut pun pergi meninggalkan kamar Lian melewati celah-celah sempit yang ada di kamar Lian, Lian menghela nafas berat dan menyibak rambut hitamnya dengan frustasi.

"Sial..." Lian perlahan bangkit lalu menghampiri kandang hamsternya yang terdapat bekas gigitan.

Mata Lian terbelalak usai melihat luka cakaran yang ada di bagian perut hamsternya. "Reri! Astaga, kenapa ini bisa terjadi padamu?!"

Lian bergegas mengeluarkan hamster miliknya yang kini terbaring lemah dan ia pergi ke dapur untuk membasuh luka hamster kesayangannya itu.

"Bertahanlah, Reri!"

20 menit pun berlalu, Lian masih berada di dapur dengan hamsternya yang terbaring di atas telapak tangannya dalam keadaan tak bernyawa. Nafas Lian memburu dengan keringat yang membasahi wajahnya.

"Re...Reri..?" ucapnya lemah dengan bibir yang bergetar.

"Reri, jangan mati.. aku nggak punya apa-apa selain kamu sekarang." lanjutnya lalu buliran air mata jatuh membasahi sang hamster yang tak bernyawa.

Lian pun menggertakkan giginya. "Aku benar-benar sendirian sekarang, aku... aku takut.."

Di tengah kesedihannya itu, secara tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya yang membuat Lian terkejut dan menengok ke arah pintu. "A-ada tamu?"

Lian pun mengusap air mata dengan lengannya lalu menaruh sang hamster di atas kain yang terdapat di atas meja. Lian pun bergegas menuju pintu rumahnya dan membuka pintu dengan hati-hati.

Ia terkejut karena mendapati pria berjas mewah yang waktu itu menemuinya kembali datang ke rumah kecilnya ini. Pria tersebut memiliki postur tinggi nan gagah, rambut hitam yang nampak indah dan sepasang mata tajam berwarna merah, menunjukkan kesan dingin dan mengintimidasi.

"Selamat malam, Lian."

TBC
_


written by Mucai__ and ReraLka

see you 👋🏻

Lonesome Where stories live. Discover now