04. Hati yang tergerak

1.9K 259 14
                                    

Happy Reading
.
.
.

Dengan hoodie hitam yang menutupi wajahnya, Lian berjalan menuju kelasnya dengan tergesa-gesa. Ia merasa bahwa kini pandangan orang-orang tertuju padanya. Lian membuka pintu kelas perlahan dan melihat kelasnya yang kini telah ramai di penuhi oleh orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing.

Lian pun menghela nafas lega, syukurlah ia masih belum terlambat. Lian pun berjalan menuju mejanya dan kemudian duduk di kursi, tak lupa ia menaruh tas di belakangnya.

"Lian!" panggil seseorang yang ternyata adalah teman dekatnya, Zion. Salah satu siswa populer di sekolah yang terkenal karena sifat religiusnya serta penampilannya yang begitu karismatik, membuat banyak wanita terpikat oleh dirinya.

"Zion?" cicit Lian usai Zion pergi menghampirinya.

"Kenapa kamu terlambat hari ini? Dan kenapa kamu memakai hoodie? Terus pipimu kok lebam?" ucap Zion yang langsung melontarkan banyak pertanyaan ke Lian.

Lian tersenyum kaku lalu bibir itu mulai bergerak mengeluarkan kata-kata. "Ah itu.. aku bangun kesiangan lalu cuaca hari ini sedikit dingin."

"Dingin? Kurasa hari ini masih musim panas, kamu demam kah?" ucap Zion dengan wajahnya yang datar namun ada kepedulian di balik kata-katanya itu.

"Ng-nggak." balas Lian yang membuat Zion mengernyitkan alis lalu tersenyum tipis. "Baiklah tapi.. kamu belum menjawab pertanyaanku yang terakhir. Ah sudahlah, aku sudah tahu jawabannya."

Lian mengerjapkan matanya lalu mengalihkan pandangannya. "Mereka tak pernah berhenti merundungku."

Zion dan Lian sama-sama terdiam sebelum Zion mendecak kesal. "Jangan khawatir, jika waktunya sudah tepat akan aku ruqyah para perundung itu! Pegang kata-kataku oke?"

"Eh? Kamu nggak perlu melakukan—"

"Harus," sela Zion dengan tatapan yang masih sama datarnya sebelum bel tanda masuk berbunyi. "Ah sudah bel masuk, kalau begitu aku duluan."

"Ya.." ucap Lian dan Zion pun langsung pergi menuju mejanya.

-
-
-
-

Harsa berjalan di koridor sekolah dengan earphone yang melekat di telinganya usai pelajaran berakhir. Ia menghiraukan tatapan orang yang begitu mengagumi dirinya, yang ia mau saat ini adalah ketenangan.

Dengan dingin, Harsa melewati orang-orang yang menyapanya dan menatap lurus kedepan. Sebelum pandangannya kembali teralihkan ke seseorang yang berada di luar jendela, siapa lagi kalau bukan Lian.
Lian tampak menyendiri sambil menikmati udara sejuk di sekolah dan membaca buku sekolah. Melihat hal itu Harsa tersenyum mengejek. "Dasar penyendiri."

Harsa pun melanjutkan langkahnya dan ia melihat 2 siswa serta 1 siswi dengan pakaian yang tidak begitu rapih berjalan keluar dari koridor, Harsa tak mempedulikan hal tersebut sebelum ia mendengar suara seseorang yang tertawa yang membuatnya sedikit penasaran.

Harsa pun memutuskan untuk keluar dari koridor dan melihat apa yang barusan terjadi.

"Ternyata kamu masih berani berkeliaran di sini ya?" ucap salah satu perundung Lian sambil menginjak-injak buku pelajarannya.

Mata Lian terbelalak dengan syok dan penuh dengan amarah namun di sisi lain, ia takut. "Hentikan! "

"Kamu berharap kami untuk berhenti?!" jawab sang siswi perundung yang langsung merekam aksi pembullyan mereka.

Sang perundung yang tadi menginjak buku pelajaran Lian kembali mengambil buku tersebut dan melempar buku pelajaran milik Lian ke arah kolam ikan yang tak jauh dari dirinya.

Melihat itu membuat Lian sontak berlari menuju ke arah kolam ikan dan hendak mengambil buku tersebut. Ia berlutut di tanah dengan kepalanya yang sedikit menunduk dan tangannya yang mulai meraba-raba mencari bukunya.

Namun hal yang tak terduga terjadi, sang perundung menginjak kepala Lian yang membuat wajah Lian tenggelam di air. Lian memberontak hebat dan berusaha melepaskan dirinya dari sang perundung.

Harsa yang melihat kejadian yang tak manusiawi itu lantas terkejut bukan main, jadi ini alasannya mengapa Lian menyendiri? Harsa pun kembali memasuki koridor untuk sesaat dan tenggelam dalam pikirannya.

Di sisi lain, ia tak mau menolong Lian karena Lian bukanlah orang yang menurutnya penting untuk Harsa. Harsa tak peduli jika Lian terluka atau bahkan kehilangan nyawa sekalipun. Namun di sisi yang berbeda Harsa ingin membantunya dan melindunginya sebagai seorang sepupu yang baik.

Harsa menggertakan giginya dengan kesal dan langsung berlari menghampiri para perundung itu. Dengan gerakan gesit Harsa menarik kerah baju sang perudung dari belakang.

"Hey! Apa yang kau..." sang perundung tak dapat menyelesaikan kata-katanya usai melihat tatapan Harsa yang begitu mengintimidasi dan dingin.

Perundung lainnya tampak memundurkan langkahnya dengan takut usai melihat Harsa emosi yang sedang meluap-luap.

"Semuanya yang terlibat di sini, ikut saya." ucap Harsa dengan tenang.

TBC
_

written by ReraLka

see you 💕

Lonesome Where stories live. Discover now