🥜 Menanyakan ✔

699 28 2
                                    

Halooo, selamat datang kembali di cerita 'Mengalah? Gak papa'. Sudah baca part keberadaan lebih baik belum nih? Pasti sudahlah ya? Oke, itu saja kalimat pertama dari saya.
Happy Reading😆

.
.
.
.
.
.
.




Seharusnya meskipun merahasiakan setidaknya jangan asal bicara hanya agar tidak ketahuan







Hampir dua jam setelah kepergian paman bibi dan juga para abangnya, kini Cilla dilanda kebosanan ekstra. Segala aktivitas sudah ia lakukan seperti jalan mengitari rumah, menonton tv, rebahan, membaca, sampai menyanyi.

Dirinya tak bermain handphone karena belum di beri, padahal katanya sudah di titipkan ke bang Arce. Ia juga sudah mencoba menelpon rumahnya namun tidak ada jawaban, dan itu membuatnya kesal.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya lirih sambil merebahkan tubuhnya di sofa depan tv

Tok. Tok. Tok.

"Excuse me"

Ucapan seseorang dari luar yang membuat Cilla tersentak dan segera menghampiri untuk melihat siapa yang datang.

"Who? Can I help you?" ucap Cilla memandang sosok laki-laki berkulit putih dengan rambut pirang di depannya

"Is Alec home?" tanya pria tersebut

"Em- sorry, brother Alec is not at home" jawab Cilla

"Please give this to Alec later" ucap pria tersebut kemudian menyerahkan totebag berwarna coklat

"Of Course" jawab Cilla menerima totebag tersebut

Laki-laki itu pun langsung pergi tanpa sepatah kata lagi, dan itu membuat Cilla bingung. Apakah dirinya salah?

Cilla sedikit melamun menatap punggung pria tersebut. Namun tak lama ia tersadar akan sesuatu dan mengejar pria tersebut.

"Wait, what's your name?" tanya Cilla berdiri di pintu gerbang

Pria itu menoleh lalu menatap Cilla setelah menghentikan aktivitasnya membuka pintu mobil.

"Darzon, call me Zon" jawabnya sedikit terbata

Cilla mengangguk dan kemudian berkata "Thank you"

Darzon mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Kenapa dengan dirinya? Tak lama ia membunyikan mesin dan berlalu pergi.

"My heart" batinnya sambil memegang dada

Beralih ke Cilla. Belum sempat memunggungi jalan, ia menatap seseorang yang memanggilnya.

"Dek ambilin berkas hijau di meja kamar abang dong" pinta orang tersebut tanpa keluar dari mobil dan hanya membuka kaca. Itu Alec

Cilla mengangguk dan kemudian berlari ke dalam untuk mengambil apa yang Alec pinta. Sedangkan Alec mengangkat telepon yang berdering beberapa detik setelah kepergian adik sepupunya.

Dengan nafas ngos-ngosan Cilla datang dan kemudian menyerahkan berkas berstomap hijau kepada Alec. Tentu Alec menerimanya dengan senyum mengambang meski masih berada dalam panggilan.

Terima kasih

Ucapan tanpa suara itu Alec tunjukkan untuk Cilla yang masih mengatur napasnya. Kemudian Cilla menganggukan kepalanya.

"Matiin dulu telponnya kalau mau jalan" ucap Cilla menatap Alec yang sudah menyalakan mesin mobilnya

Alec mengangguk, lalu menyudahi panggilan telponnya. Dirinya juga takut jika telpon sambil menjalankan mobil. Tak lama mobil melesat setelah berpamitan.

"Baru sadar nih barang dari tadi aku bawa lari naik turun tangga" monolog Cilla menatap totebag yang masih ada digenggaman.

___
Indonesia

Sesuai jadwal, tiga keluarga kini sedang berkumpul di depan rumah keluarga Harsa. Segala perlengkapan sudah rapi dengan tiga tenda berukuran sedang. Lampu kerlap-kerlip juga sudah terpasang di sepanjang tempat acara.

Tak hanya keluarga Harsa saja yang menyediakan bahan, ternyata keluarga Cerlin dan keluarga Zeyn juga ikut andil membawa banyak menu bakaran yang akan di masak.

"Bibi, kak Cilla mana kok ndak ikut?" tanya Fero mendekat ke arah bunda Zakira yang sedang membuat bumbu bakaran

"Kak Cilla nggak ikut" jawab bunda Zakira menatap Fero yang sebatas perutnya

"Kenapa?" tanya Fero dengan nada sedih

"Kak Cilla lagi sakit" bukan bunda Zakira tapi Leno yang menjawab

Leno menyamakan badannya dengan Fero. Mendengar itu Fero hanya mengangguk meskipun tak ikhlas dengan jawabannya. Kemudian ia menatap Alia yang ternyata mendengar interaksi mereka. Alia mengangguk sendu.

"Parah nggak? Fero mau jenguk kak Cilla" ucap Fero menatap Leno penuh harap

"Nggak parah, tapi belum bisa dijenguk" jawab Leno sembari tersenyum simpul

Tanpa menjawab Fero berlari ke arah kakak perempuannya. Kemudian memeluk Cerlin dari belakang. Cerlin tersentak dan kemudian menatap sosok mungil yang hanya sebatas perutnya

"Kak Cilla sakit, nggak parah tapi nggak boleh dijenguk. Padahal aku sama Alia mau ketemu" adunya pada Cerlin

"Kak Cilla butuh istirahat, nanti kalau sudah sembuh kan bisa ketemu. Emang kamu mau kak Cilla nggak istirahat, terus nanti sakit lagi?" ucap Cerlin memberikan pengertian dan langsung di tanggapi Fero dengan gelengan keras

"Sekarang Fero sama Alia main sama bang Zeyn dulu. Nanti setelah itu kita makan sama-sama" lanjut Cerlin dan diangguki oleh Fero

"Bang Zeyn" panggil bocah itu dan berlari ke arah kakak sepupunya yang sedang menata tempat pembakaran

"Kak Cilla sakit tau, kapan-kapan kita jenguk yuk" lanjutnya

'Dia sakit? Sayang banget' batin Zeyn

"Bang, bang" panggil Fero yang membuat Zeyn tersadar dari batinannya

"Abang nglamunin kak Cilla ya, bang Zeyn kangen kan" tebak Fero tersenyum jahil

"BIBI, BANG ZEYN KANGEN KA-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, mulut Fero langsung dibekap oleh Zeyn

'Bisa-bisanya ni bocah'

'Mana bener lagi'







Maaf part pendek🙏

Nggak jadi upload pas tahun baru🙂

Jadi upload sekarang aja ya😌

Kalian nungguin nggak?🤩

Nggak?

Haha, Gwencaha☺

Bercanda kok guys🤗

Thank you yang udah nungguin and baca cerita saya. Lopyu❤

Bila ada salah penulisan dalam bahasa Inggris kasih tau ya guys🤗

Sampai jumpa di part selanjutnya. Saya ucapkan terima kasih telah bergabung di cerita 'Mengalah? Gak papa'

Semoga kita bisa bersilaturahmi disini.

Dukung penulis dengan memberikan Vote dan Follow juga.

Follow instagram

@d_peopl
@ydistani

Sampai berjumpa lagi teman-teman🤗

Mengalah? Gak papa (END)✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora