Ch.12 Membasuh

9.4K 257 7
                                    

Jam 7 pagi setelah Emir berangkat, aku kembali masuk ke kamar Abuya untuk memastikan keadaanya sekarang, sudah tidak berkeringat lagi, dan panasnya juga sudah menurun, mata Abuya terbuka, melihatku dengan seksama.

“Brahim ?.” 

“Iya Abuya, ini saya.” 

“Hnmmm.” Ujarnya sambil mencoba merubah posisinya dari tertidur menjadi setengah duduk dan bersandar pada ujung ranjang kasur, aku dengan sigap membantu Abuya, mengangkat badanya yang besar dengan susah payah, tanganku berada diantara kedua ketiaknya, sedikit lembab.

“Abuya makan dulu ya, saya akan ambilkan sekalian dengan teh hangat.” Ujarku, saat aku hendak berjalan, tangan Abuya dengan cepat memegang tanganku, mencegahku untuk berjalan lebih jauh.

“Saya ingin mandi Brahim, badan saya lengket, tidak enak.” Ujar Abuya memohon.

“Abuya jangan mandi dulu, badan Abuya masih sakit.”

“Tidak, saya sudah tidak tahan, badan saya lengket dan bau.” 

Aku berdiam sebentar, kemudian sebuah ide muncul di otakku.

“Baik Abuya, tunggu sebentar ya.” Jawabku.

Aku berjalan kedapur, membawa sebaskom air hangat lengkap dengan handuk kecil, jika tadi malam aku gunakan ini untuk mengompres kening Abuya, kali ini akan aku gunakan untuk mensponsnya saja, mandi kucing istilahnya.

Abuya masih terduduk, dari ekspresi wajahnya, Abuya sudah terlihat lebih baik daripada tadi subuh, aku membuka selimut Abuya pelan, betapa terkejutnya aku, Abuya tidak memakai apapun dibalik selimut ini, hanya sebuah celana dalam yang terlihat sudah sedikit basah karena keringatnya yang banyak tadi subuh.

“Ayo bantu saya berjalan ke kamar mandi.” Ujar Abuya sambil mengangkat tangannya.

“Tidak usah ke kamar mandi Abuya, disini saja, saya akan membantu Abuya membasuk badan Abuya.” Jawabku sambil menahan tanganya agar tidak bangun.

“Tidak akan bersih itu.” Jawab Abuya sedikit meninggikan suaranya.

“Intinya hanya membasuk keringat Abuya, jangan dulu mandi, nanti setelah kondisi Abuya lebih baik, saya bantu Abuya mandi ya.” Jawabku pelan, memnenangkan Abuya dan berusaha membuatnya mengerti, Abuya terdiam sejenak kemudian kembali menyandarkan badannya pada ujung ranjang.

Aku menyingkirkan selimut yang masih membalut kaki Abuya hingga kini Abuya sudah terlepas bebas dari segala sesuatu yang menghalangi badannya, hanya celana dalam lah yang menghalangi Abuya dari bertelanjang bulat.

Aku memasukan handuk kecil kedalam air hangat itu kemudian memerasnya menghasilkan kondisi handuk yang lembab dan setengah basah, Abuya menatap ku tajam, membuatku sedikit gerogi dan nervous, ku gerakan handuk basahku, memulai dari leher Abuya, mengusap da menggosok disekitar sana, melap semua keringat kering Abuya yang menempel dilehernya, leher Abuya bergerak menelan ludah, jakun Abuya yang besar terlihat naik dan turun, ku ulangi proses membersihkan leher Abuya hingga beberapa kali, aku sedikit kesusahan saat hendak mengusap leher Abuya sebelah kiri, kurasakan tangan Abuya Hussein menarik sebelah tanganku dengan sedikit keras, membuatku hampir terjembab ke badan Abuya, untung saja sebelah tanganku itu masih bisa menopang badanku di samping paha Abuya, hingga kini badanku seperti setengah memeluk Abuya tapi badan kami tidak bersentuhan.

Setelah selesai denga leher Abuya, kini handuk basah itu bergerak membasuk tangan kanan Abuya, tangan besar dan berbulu milik Abuya terasa keras dan berotot, tidak lembek, aku mengusap lengan Abuya dengan sedikit lebih perhatian, tidak ada kata yang keluar dari mulut Abuya, ia hanya menikmati usapanku, sambil matanya tetap memperhatikanku.

Aku mengangkat tanganya untuk melap ketiak Abuya, ketiak Abuya lebat sekali bulunya, aku mengusap dan menggosok ketiak Abuya dengan handuk, membuat Abuya sedikit bergerak dan terkekeh karena kegelian, aku memusatkan gerakanku pada ketiak Abuya lebih lama, mendapatkan pemandangan Abuya dalam keadaan seperti ini sangat jarang, jadi harus aku manfaatkan sebaik mungkin, setelah tangan kanan, kini giliran tangan kiri Abuya, begitu sampai dirasa benar benar bersih.

Kali ini giliran badan bagian depan Abuya, dada dan perutnya yang berbulu kini tersapu oleh handuk basah yang ku gerakan berputar diseluruh tubuh Abuya, Abuya memejamkan mata, menikmati sensasi handuk hangat dibadan nya, bulu bulu di dada dan perut Abuya bergerak mengikuti arah tanganku, bulunya yang tadi mengkilap karena keringat, kini mengkilap karena air hangat.

Aku mendorong tubuh Abuya kedepan supaya aku bisa membasuk punggung Abuya yang sama berbulunya, sialan, badan berbulu seperti ini jika tidur dimalam hari tidak usah memakai selimut juga akan tetap hangat fikirku, apalagi jika tidur dipelukan Abuya, mungkin akan lebih hangat haha.

Setelah selesai dengan badan dan punggung Abuya, aku menyuruh Abuya untuk menunggu sebentar, aku hendak mengganti air hangat didalam baskom yang sudah sedikit mengeruh dan mulai dingin, menggantinya dengan air hagat yang baru kemudian kembali ke kamar Abuya.

Saat aku sedang membasuk handuk itu kedalam baskom, aku melihat Abuya menurunkan celana dalamnya, mengangkat paha dan kakinya agar memudahkannya menurunkan celana dalam itu, hatiku bergetar, jantungku berdetak lebih cepat, Abuya melempar celana dalamnya ke dalam keranjang kotor, aku menatap dengan pandangan yang nanar, lidahku reflek membasahi bibirku sendiri, dihadapanku, Abuya Hussein, dengan tubuh maskulin dan menggodanya, kini setengah tertidur dan bertelanjang bulat, benar benar bulat, bulu bulu nya ternyata tidak usai sampai diperut ujung, dari situ masih tersambung hingga ke pubis atau jembutnya, jembut Abuya sangat lebat dan tebal, dan penisnya, penis Abuya yang terkulai lemas dan bersandar ke pahanya, penis Abuya besar sekali, terlindungi bulu jembutnya yang rimbun, besar, tebal dan panjang, masih dalam keadaan tidur saja sebesar ini, apalahi jika sedang bertarung, lubang pantatku reflek berkedut kedut merasa ingin dimasuki, warnanya coklat gelap, tidak sampai hitam, tapi gelap, dengan kepala penis Abuya yang besar dan berwarna sedikit lebih terang, kepala penis Abuya bersinar karena keringatnya.

Aku yakin, jika orang dengan ukuran yang rata rata, pasti penisnya tidak akan terlihat jika memiliki jembut yang selebat Abuya, untunglah Abuya dilengkapi dengan penis sebegitu besar dan panjang, jadi meskipun dengan jembut yang lebat seperti ini, penis Abuya masih terlihat gagah dan mempesona, bahkan ketika keadaan penisnya sedang tidur dan terkulai lemas.

Aku masih menatap nanar ke arah penis Abuya, mulutku sedikit terbuka, dan tanganku bergetar, ingin segera menyentuh dan menghirup aroma selangkangan Abuya yang berkeringat, ku arahkan pandanganku ke wajah Abuya, dia menatapku tajam.

“Kenapa diam saja? Lanjutkan!.” Ujar Abuya tegas, sepertinya Abuya sudah mulai sembuh, sikapnya sudah hampir kembali seperti semula, cara bicaranya juga tidak meracau dan lemah.

“Abuya ?.” Tanyaku pelan.

“Bagain yang paling lengket dan berkeringat ya bagian itu Brahim, itu yang membuatku tidak nyaman, jika kamu memaksa saya untuk tidak mandi, maka sekarang lebih baik kamu sekalian bersihkan juga bagian ini!.” Ujar Abuya sambil kemudian menyandarkan badan nya ke ujung ranjang, aku hanya mengangguk pelan, sial, Abuya benar benar bermain dengan nafsuku, setelah beberapa kali hanya melihat benda perkasa ini dari balik celana dan thob yang dipakainya, kini benda perkasa ini berada tepat dihadapanku, dan tenang saja Abuya, aku tidak akan menyianyiakan kesempatan besar ini, kesempatan yang tidak mungkin datang untuk kesekian kalinya.

*************

Hello my lovely readers, chapter baruu!!!!! Selamat membaca dont forget to vote and Comment guysss.

Ilysm.

PRIA ARAB MAJIKANKUWhere stories live. Discover now