Ch.23 Abuya VS Emir

8.7K 293 44
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.23

alarm jam waker dimeja pinggir kasurku berdering keras, membuatku terkaget dan segera bangun untuk mematikan suara pengingat itu, pukul empat pagi, aku terduduk diatas kasur, mengambil handuk kemudian mandi pagi, lampu lampu di ruangan tengah, dapur aku nyalakan, menghangatkan masakan Amihan semalam lalu memakannya, menyeduh segelas susu hangat sambil duduk di kursi meja maka dapur, memainkan handphone selama beberapa menit hingga sarapan pagiku selesai pada pukul lima pagi, aku kemudian berjalan sambil menenteng keranjang untuk mengambil cucian di kamar Emir dan Abuya, kamar Emir menjadi yang pertama.

Kamarnya tidak terkunci, aku masuk kedalam, Emir tidak ada dikasur, namun terdengar suara gemericik air didalam kamar mandinya, tumben sekali sudah bangun jam segini, biasanya satu jam sebelum jam kantor dia baru bangun, aku kemudian mengambil pakaian kotor milik Emir kemudian keluar dari kamarnya, kali ini menuju kamar Abuya, bahkan dari luar pintunya saja, parfum Abuya sudah menyeruak, projection yang sangat kuat, kamarnya tidak terkunci, aku masuk, sedikit terhentak ketika aku masuk kamarnya, terlihat Abuya sedang memakai dasi dan mengahadap ke arahku, tumben, benar benar tumben, dua orang pria ayah dan anak ini biasanya bangun tidak lebih pagi, tapi kali ini mereka berdua sudah sedang bersiap ketika aku melakukan tugas utamaku di pagi yang masih gelap.

“Abuya sudah bangun ternyata!.” Ucapku kepada Abuya.

“Brahim, saya sedang merasa benar benar produktif, bangun pagi sepertinya akan kembali menjadi kebiasaan saya setelah saya meninggalkanya dulu.” Ujar Abuya sambil tersenyum.

“Itu lebih baik Abuya, jadi ada waktu untuk sarapan, atau setidaknya teh hangat dengan biskuit untuk mengisi perut, agar tidak terlalu kosong seperti yang biasa Abuya lakukan.” 

“Kamu benar Brahim.” Jawabnya sambil kembali menghadap ke arah kaca dilemari.

“Saya izin mengambil pakaian kotor Abuya.” 

“Hmmm, silahkan silahkan.” 

Aku memasukannya kedalam keranjang kemudian hendak berbalik keluar dari kamar Abuya.

“Brahim tunggu sebentar!.” 

“Ya Abuya?.” Jawabku.

“Bisa bantu saya memakai dasi ini ?.” Tanya Abuya, memakaikan dasi ?, Sudah hampir satu tahun lebih sejak aku memakai dasi sekolahku, terakhir ketika kelas sebelas, karena setelah itu pemakaian dasi sudah tidak wajib, apakah aku masih ingat ? Semoga saja, aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa kembali berdekatan dengan Abuya.

“Biar saya coba Abuya.” Jawabku sambil menyimpan keranjang dilantai, berjalan mendekati Abuya, dari jarak lima meter saja wangi Abuya sudah tercium, yang tidak tahu Abuya pasti mengira ketika berdekatan dengannya akan mengira ketika berdekatan dengan Abuya, aroma badannya akan menyengat, padahal kenyataanya tidak sama sekali, dijarak kurang dari sepuluh centi meter saja aroma Abuya tidak menyengat, malah wanginya makin lebih enak, hangat, powdery, dan manis, entah kemana wangi oud yang menyerbak disekitar, hilang terganti, tanganku bergetar memegang dasi Abuya, kain mengkilat yang lembut dengan motif garis garis berwarna Abu-Abu, badan Abuya yang tinggi besar membuat kepalaku hanya berada di dada bawahnya, memasangkan dasi dengan perlahan, aku sesekali menatap Abuya yang sedang menatapku memasangkan dasinya, wajah kami sangat dekat, bahkan kurasakan hembusan dan tarikan nafas Abuya diwajahku, kurasakan wajah Abuya merendah semakin dekat dengan wajahku, kurasakan sebuah tiupan hangat diwajahku, aroma menthol dan fruity nafas Abuya, benar benar segar, meskipun Abuya adalah perokok aktif, tapi tak pernah sedikit pun tercium bau tidak enak dari mulutnya, Abuya menjaga kebersihan mulutnya dengan baik.

Aku menatap kearah Abuya, mata kami saling bertatapan, tanganku masih memegang dasinya, Abuya makin mendekatkan wajahnya, hidung kami bersentuhan, mulut Abuya terbuka sedikit, hembusan nafas Abuya yang keluar dari mulutnya menerpa hidungku, hangat dengan hint menthol, Abuya menyentuhkan hidungnya dengan hidungku, kening kami saling menyentuh, bibir Abuya semakin dekat, saat bibir kami hendak bersentuhan, aku memalingkan kepalaku kesamping, menghindari ciuman Abuya.

PRIA ARAB MAJIKANKUWhere stories live. Discover now