SUAMIKU USTADZKU (1)

745 38 0
                                    

Sedari subuh Jasmine tampak sibuk diarea dapur, bulir-bulir keringat bercucuran membasahi jilbab yang dia kenakan, peralatan dapur yang berwarna hitam kecoklatan menumpuk di tempat cucian piring, tempat sampah di bawah meja dapur penuh dengan makanan yang terlihat menyedihkan. Jasmine adalah wanita 20 tahun sedari kecil dia tidak pernah sekalipun mencoba mencuci beras untuk dimasak, masa kecil dia menghabiskan waktu bermain dengan teman sebayanya, saat dilanda musibah saat usia 15 tahun yaitu saat menyelesaikan pendidikan di SMP dia sibuk berperan sebagai pencari nafkah dan pengasuh Ibunya, untuk makanan dia selalu memesan melalui aplikasi karena sibuknya dengan pekerjaan, dia bahkan tidak pernah menyentuh kompornya selain untuk memasak air saja satu hal yang sempat Ayahnya ajarkan sebelum meninggalkan Jasmine selamanya yaitu menghidangkan minuman panas pada tamu.

Kini Jasmine menjadi seorang Istri dan perannya yang dulu sebagai pencari nafkah kini harus bergelut dengan peralatan dapur yang baginya sangat asing, beberapa kali dia selalu berusaha menyiapkan sepiring hidangan untuk Gus Agam namun semua berakhir di tong sampah. Sama seperti hari ini dia tampak sibuk di dapur, dia memasak layaknya seorang koki yang mondar mandir, ponselnya dengan setia menemani sambil menampilkan sebuah tayangan seorang koki sungguhan yang sedang memasak.

Kali ini dia bertekad harus bisa menyiapkan satu makanan untuk Gus Agam sebelum berangkat ke Pondok, namun kenyataan tidak berpihak pada Jasmine, nasi berwarna kecoklatan yang sedang di aduk itu adalah makanan ketiga, setelah dua makanan sebelumnya dia gagal total.

"Selamat pagi Istriku" sapa Gus Agam dari belakang Jasmine yang sudah bermandi keringat.

Jasmine yang merasakan kehadiran Gus Agam segera menggoyangkan tubuhnya berusaha lepas dari pelukan Gus Agam.

"Sibuk banget Sayang" ucap Gus Agam sambil melepas pelan pelukannya pada Jasmine dan melirik masakan yang sedang diaduk oleh Jasmine.

"Jasmine lagi masak apa?" tanya Gus Agam yang masih memperhatikan nasi kecoklatan dengan potongan sayur dan sosis.

Jasmine segera mematikan kompor dan membalikan tubuhnya, wajahnya terlihat lelah dan kecewa.

"Hmm, Mas kita beli makanan lagi ya" muka Jasmine ditekuk.

"Kenapa harus beli Sayang, Jasmine kan sudah masak ini" ucap Gus Agam sambil mengangkat wajah muram Jasmine.

"Mas tidak lihat apa masakan Jasmine kayak gitu, dari tampilan saja sudah ketebak pasti rasanya tidak enak" Jasmine menunduk kecewa dengan dirinya sendiri.

"Kok Istri Mas ngomong gitu sih, Mas tahu Jasmine selama ini sudah berusaha belajar masak untuk Mas kan, kali ini biar Mas coba ya masakan Jasmine" balas Gus Agam sambil mengambil sebuah piring serta menyendok nasi goreng buatan Jasmine.

"Enggak usah dimakan Mas, Jasmine jamin pasti rasanya enggak enak" Jasmine berusaha menghentikan Gus Agam.

"Tidak Sayang, kali ini Mas harus coba, biar Mas tahu Jasmine kurangnya dimana setelah itu Mas bisa ajarin Jasmine kalau lagi senggang, okay" ucap Gus Agam lalu membawa sepiring nasi goreng ke meja makan.

Jasmine mengikuti langka Gus Agam dan segera duduk tepat di depan Gus Agam, untuk menanti rekasi Gus Agam saat menyuap nasi goreng buatannya.

Setelah membaca doa dengan pelan Gus Agam menyuap sesendok nasi kedalam mulutnya, sedetik dua detik sebuah senyum terukir dibibir Gus Agam sambil mengunyah pelan butiran nasi yang sudah digoreng oleh Jasmine.

Jasmine yang melihat senyum tipis Suaminya ikut tersenyum berharap masakannya yang kali ini berhasil, dengan antusias dia ikut meraih sendok dan berniat akan menyuap nasi goreng itu juga untuk memastikan rasanya.

"Eits, Mas lagi makan kok main trabas aja, Mas habisin dulu ya Sayang nanti baru Jasmine makan kalau Mas sudah berangkat" tangan Gus Agam menghentikan tangan Jasmine yang berusaha meraih sendok.

Gus Agam menyantap habis nasi goreng tanpa menyisahkan sebutir nasipun, dia makan dengan sangat lahap dan cepat.

"Alhamdulillah" ucap Gus Agam dengan mengukir senyum pada Jasmine.

"Terima kasih ya Cantik, besok-besok pasti Mas ajarin cara masak yang benar ya terutama kalau masak beras ya" ucap Gus Agam.

"Iya Mas, makasih ya sudah mau makan masakan Jasmine" Jasmine membalas dengan senyum puas.

"Ya sudah kalau begitu Mas berangkat dulu ya Sayang" Gus Agam bangkit dari duduknya.

Jasmine yang melihat Gus Agam bangkit ikut berdiri dihadapan Gus Agam, tangan letiknya dengan lincah merapikan pakaian yang dipakai Gus Agam.

"Mas hati-hati ya dijalan" ucap Jasmine dengan pandangan fokus pada pekerjaan tangannya.

"Iya Humairaku, Jasmine juga hati-hati dirumah, ingat pesan Mas jangan sekali-kali membuka pintu untuk yang bukan mahram" ucap Gus Agam pelan dengan kedua tangan merapikan sorban yang dia gunakan.

"Nah sudah rapi Mas" ucap Jasmine sambil memandang Gus Agam dengan memamerkan ginsulnya.

"Ya sudah, Mas pamit ya Sayang" ucap Gus Agam yang balik menatap sepasang bola mata coklat Jasmine.

"Iya Mas" ucap Jasmine sambil mendekat dan meraih tangan kanan Gus Agam, lalu mencium pelan punggung tangannya.

"Mas pamit Sayang, Assalamualaikum" balas Gus Agam dan tidak lupa mendaratkan kecupan hangat pada dahi Jasmine.

"Waalaikumussalam Mas" Jasmine ikut melangka dibelakang Gus Agam yang mengarah ke luar rumah.

Setelah di dalam mobil Gus Agam membuka jendela mobilnya untuk sekali lagi melempar senyum pada Jasmine yang ditinggalkan di rumah.

Jasmine melangka lesuh setelah memastikan mobil Gus Agam melaju pergi, dia merasa lelah karena sedari subuh sudah bergelut dengan alat-alat dapur yang sebelumnya tidak pernah dia sentuh.

"Oh iya, nasi gorengnya" ucap Jasmine lalu melangka dengan sedikit buru-buru menuju dapur.

Jasmine segera mengambil piring bekas makan Gus Agam yang selalu menjadi piring kesukaan Jasmine saat ingin makan sesuatu, Jasmine kini berdiri di depan wajan yang menampung nasi goreng buatannya, nasi goreng itu terlihat aneh dengan warna kecoklatan, sosis potong yang biasa terlihat lezat malah terlihat aneh dalam nasi gorengnya, begitupun dengan potongan sayur yang terlihat layu, serta kocokan telur yang entah bagaimana bisa menjadi warna coklat kehitaman. Jasmine lalu menyendok nasi goreng itu ke piring yang dia pegang, dengan ragu-ragu dia membawa sepiring karya tangannya itu ke meja makan.

"Mas kok bisa makan nasi goreng ini" sekali lagi Jasmine menatap nasi goreng buatannya, mau bagaimanapun nasi goreng itu tetap terliat menyedihkan dan tidak menyakinkan untuk dimakan.

"Hap" sesendok nasi mendarat dimulut Jasmine, dengan pelan Jasmine mengunyah butiran nasi itu sambil menikmati tiap rasa.

"Astaghfirullah" ucap Jasmine setelah menelan paksa sesendok nasi gorengnya, mukanya kini memerah karena malu mengingat Gus Agam malah menyantap lahap nasi goreng yang tidak layak makan itu.

Benar kata Gus Agam, Jasmine harus belajar lagi memasak beras, karena nasi yang digunakan untuk membuat nasi goreng itu masih setengah matang sehingga rasanya seperti memakan beras tapi terasa hangus. Tidak hanya rasa nasi yang masih mentah rasa kocokan telur yang berwarna coklat kehitaman itu juga luar bias pahit kemungkinan Jasmine kelamaan saat menggoreng telurnya, sedangkan potongan sosis yang terlihat tidak kezat itu seperti memakan sosis yang belum dimasak sama sekali, sayur-sayur yang terlihat layu juga malah memberikan rasa pahit, dan tidak kalah dengan rasa keseluruhan nasi goreng itu yang seperti ketumpahan garam karena asin yang luar biasa.

Karena merasakan kombinasi rasa yang luar biasa itu Jasmine hanya memejamkan mata saking malunya dengan Gus Agam.

"Kenapa bisa jadi asin banget ya" Jasmine bertanya sendiri sambil memandang nasi goreng yang terhidang dihadapannya.

"Astaghfirullah" dengan mata terpejam Jasmine menepuk jidatnya, matanya tertuju dengan botol kecap yang bertulis kecap asin, tidak salah lagi pasti dia sudah menuang kecap asin itu secara ugal-ugalan karena mengira itu adalah kecap manis.

"Malunya" ucap Jasmine lirih dan menyesal karena sudah membiarkan Suaminya melahap masakan menyedihkan itu.

***

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now