ZAYNA DAN RAHIMNYA (2)

711 36 2
                                    

Matahari sudah mulai kembali ke tempat peristirahatannya, samar-samar sinarnya mulai pudar digantikan oleh gelap maalm yang mulai mengisi bumi, suasana kota semakin ramai karena kendaraan yang berdesak-desakan ingin saling mendahului antara kendaraan. Salah satu kendaraan yang berdesak-desakan itu adalah mobil sedan berwarna putih, Gus Agam terlihat tenang diataran kendaraan itu, rumah yang ditujunya sudah dekat jadi dia tidak terlalu terburu-buru untuk mendahului kendaraan yang lain. Tidak butuh waktu yang terlalu lama benar saja kendaraan mobil sedan putih yang di kendaraan itu sudah tiba di depan rumah yang dia tuju.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" suara Gus Agam sontak membuat Jasmine dan Zayna bangkit dari tempat tidur mendengar suara suaminya pulang. "Waalaikummussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" jawab Jasmine dan Zayna berbarengan sambil melangka menjemput sosok Gus Agam. Jasmine yang lebih lincah segera meraih tangan kanan Gus Agam terlebih dahulu untuk dia cium punggung tangannya, setelah itu matanya terpejam menunggu kecupan singkat di ubun-ubun Jasmine. Berbeda dengan Zayna yang lebih kalem dia memilih berdiri di belakang Jasmine menunggu jatah mencium punggung tangan kanan Gus Agam dan mendapat kecupan singkat pada pucuk kepalanya.

"Bagaimana kerjanya hari ini Mas?" tanya Jasmine sambil menggandeng tangan kiri Gus Agam, Zayna berjalan di belakang mereka sambil menenteng tas Gus Agam. "Mas mau mandi dulu ya Sayang" ucap Gus Agam sambil melepas lembut tangan Jasmine dari tangan kirinya, "Oh iya Mas" jawab Jasmine membiarkan Gus Agam segera melangka untuk membersihkan diri. "Oh iya jangan lupa setelah ini kita salat berjamaah Mas" Gus Agam menoleh sambil mengingatkan pada kedua istrinya untuk melakukan salat magrib berjamaah.

***

Jasmine dan Zayna duduk dengan senyum terbaiknya menunggu punggung Gus Agam bergerak untuk menoleh kepada mereka, tidak lama setelah itu Gus Agam pun memutar badannya untuk melihat dua bidadarinya yang duduk manis di belakang Gus Agam. Seperti biasa Jasmine terlebih dahulu meraih tangan kanan Gus Agam untuk menyalaminya, sedangkan Zayna dengan kalem menunggu gilirannya untuk mendapat salaman dan kecupan dari Gus Agam.

Sebelum Gus Agam beranjak dari duduknya di atas sajadah, dengan senyum manisnya Zayna menahan gerakan Gus Agam, "Mas, Zayna mau ngomong sesuatu" ucap Zayna mendongakan kepala pada Gus Agam yang sudah setengah berdiri. Dengan segera Gus Agam kembali ke posisi duduknya semula "Ada apa Sayang?" tanya Gus Agam sambil menatap lembut Zayna, Jasmine yang menyaksikan itu juga ikutan memperhatikan Zayna menunggu apa yang akan disampaikan Zayna karena penasaran sejak tadi siang.

"Sebentar ya Mas" ucap Zayna sambil berdiri menuju kamarnya, Jasmine memperhatikan gerakan Zayna samar-samar sebuah momen terlintas dipikirannya dimana saat dia juga pernah melakukan hal sama persis dengan Zayna. Hati Jasmine lebih berdebar-debar menunggu apa yang akan Zayna sampaikan sehingga membuat gadis pendiam itu tersenyum-senyum sejak siang tadi, wajah Zayna pun terlihat lebih cerah daripada biasanya.

"Bismillahirahmanirahiim, ini Mas" ucap Zayna sambil menyodorkan tiga alat tes kehamilan pada Gus Agam yang menjadi penyebab dirinya senyum-senyum sejak siang tadi. Gus Agam yang menerima itu reflek tersenyum bahagia, segera diraih tiga alat tes kehamilan itu untuk dilihat dengan mata kepalanya sendiri, "Ini beneran Sayang?" tanya Gus Agam untuk mendapatkan pernyataan ulang dari Zayna. "Iya benar Mas, Zayna bahkan mencobanya pada tiga alat tes yang berbeda-beda" ucap Zayna dengan raut berseri-seri karena bahagia.

"Masya Allah terima kasih Sayang" ucap Gus Agam sambil menarik tubuh Zayna untuk menenggelamkan tubuh Zayna dalam pelukannya. Jasmine ikut tersenyum kecut menyaksikan momen mengharukan antara Gus Agam dan Zayna, hatinya sedikit terluka dengan kabar bahagia itu, meski begitu dia tetap mengucapkan hamdalah berkali-kali dalam hati karena apa yang ditunggu-tunggu oleh Gus Agam akhirnya tercapai melalui Zayna.

Suasana syahdu sepasang antara Gus Agam dan Zayna terlihat berseri-seri mendapatkan titipan dari Allah SWT, Jasmine yang hadir diantara mereka ikut tersenyum berusaha menunjukkan ekspresi bahagia atas kabar baik yang datang dari Zayna, meski tidak bisa dipungkiri hati kecil Jasmine tentunya menangis, bukan soal cemburu atau apapun namun ini tentang dirinya yang tidak bisa membuat Gus Agam tersenyum dan berseri-seri seperti yang dia saksikan saat itu.

Gus Agam segera menyentuh perut Zayna yang belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan, mata teduh Gus Agam terpejam bibirnya bergerak pelan melangitkan doa-doa untuk kesehatan calon bayinya itu, mengikuti Gus Agam Zayna pun memejamkan sepasang mata tajamnya dan membisikkan doa-doa untuk calon keturunan Gus Agam, sedang Jasmine yang menyaksikan itu ikut mengadahkan sepasang tangannya untuk keselamatan calon bayi yang masih berada di dalam rahim Gus Agam.

Kejadian selepas salat Isya masih terngiang-ngiang dalam pikiran Jasmine, kini dia terbaring sendiri di atas tempat tidurnya, dengan ikhlas setelah mengetahui kehamilan Zayna Jasmine segera menyuruh Gus Agam untuk menemani Zayna. Jasmine tertidur mengahadap ke kanan sambil memutar berkali-kali momen yang terjadi tadi, tanpa sadar setetes bulir air mata jatuh dari sepasang mata indah Jasmine, hatinya perih seakan ingin bertanya pada Allah kenapa harus rahimnya yang diambil untuk membayar dosanya terdahulu, dan kini dia harus menyaksikan wanita lain dalam rumah tangganya sedang tersenyum bahagia karena berhasil memberikan hadiah terindah untuk Gus Agam.

Jasmine segera bangkit dari baringnya, dia terisak kini tangisnya tumpah sejadi-jadinya, meski sedari tadi dihadapan Gus Agam dan Zayna dia terus mengukir senyum seolah ikut bahagia. "Kenapa harus rahim ini ya Allah?" tanya Jasmine lirih, "Sungguh hambah juga ingin menjadi penyebab senyum manis Gus Agam seperti tadi ya Allah" Jasmine terisak seolah-olah meluapkan semua perasaannya pada Allah SWT di malam senyap itu.

"Maafkan hamba ya Allah" bisik Gus Agam diakhir doanya diikuti sepasang telapak tangan yang mengusap lembut wajah basahnya, "Jagalah Zayna dan Rahimnya ya Allah, jika ada lagi yang harus berkorban biarkan saja hamba yang lemah ini menjadi pilihan ya Allah" lirih Zayna sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan, meski sakit namun itu adalah doa yang ingin dia sampaikan demi kebaikan Gus Agam orang yang sangat dia cintai. Jika itu harus menyakitinya demi membahagiakan Gus Agam tentu saja Jasmine siap karena selama ini Gus Agam lah yang telah memperbaiki dirinya dari manusia hina menjadi manusia yang mengerti banyak tentang Agama. "Hamba bukannya siapa-siapa tanpa Gus Agam ya Allah, maka jika bisa berkorban untuknya itu bukanlah suatu hal sulit bagi hamba" bisik Jasmine masih tenggelam dalam doanya pada Allah SWT di malam sunyi itu.

Sejak mengetahui kehamilan Zayna Jasmine banyak berubah dari tingkahnya yang kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa, Jasmine tidak lagi selalu mendahulukan dirinya dalam hal apapun, meski Zayna tidak banyak berubah selalu mengutamakan Jasmine. Jasmine tidak lagi terlalu merepotkan Zayna, selalu berusaha melakukan sesuatu sendiri walaupun satu hal yang bisa Jasmine rasakan penyakitnya kembali seperti dahulu seperti kembali menggoroti ketahanan tubuhnya.

Kini pemadangan dirumah menjadi hal yang cukup menyulitkan bagi Jasmine, tidak jarang pula Jasmine harus menutup mata saat melihat Gus Agam mengusap lembut perut Zayna untuk membisikkan doa-doa kebaikan calon bayinya. Perhatian Gus Agam pun perlahan lebih banyak pada Zayna karena bagaimana pun itu sifatnya manusia pasti akan sulit untuk bersikap seadil-adilnya, hal itu kini lebih dimaklumi oleh Jasmine karena kondisi Zayna tentunya lebih penting daripada Jasmine yang menurut medis sudah membaik daripada dahulu sedangkan kondisi Zayna harus lebih diperhatikan karena kini ada dua nyawa yang harus dijaga yaitu Zayna dengan calon bayinya yang di rahim Zayna.

Sedangkan Zayna yang dewasa meski tidak sengaja karena memang sedang hamil kadang tetaplah bersikap seolah-olah ingin perhatian lebih dari Gus Agam, tidak jarang Zayna juga meminta perhatian khusus saat perasaannya sedang tidak enak karena mual atau sedang mengidamkan sesuatu. Sebaliknya dari dahulu kini malah Jasmine lah yang sering melayani Zayna jika sedang mual atau muntah-muntah, membantu Zayna jika sedang terbaring lemas, ataupun berperan lebih banyak untuk mengurus rumah daripada Zayna.

"Kenapa harus rahim ini ya Allah

Bukan tidak terima kehadiran orang lain dalam keluarga ini

Namun hamba juga ingin menjadi penyebab utama senyum bahagia Gus Agam

Orang yang sangat dia kasihi"

-Jasmine Zara-

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now