TANGIS DIATAS SAJADAH (2)

537 35 4
                                    

Seminggu berlalu sejak kejadian mengenaskan yang menimpah Gus Agam dan Jasmine, kini Jasmine sedang terbaring di pembaringan Rumah Sakit tubuhnya masih dipenuhi dengan berbagai alat bantu bertahan hidup, meski operasi pengangkatan Rahim dan sel kanker sudah berlalu seminggu yang lalu Jasmine masih menjadi pasien kanker yang harus mengikuti berbagai macam perawatan.

Gus Agam terlihat tengah memejamkan mata lelahnya di samping tempat tidur Jasmine, sebuah zikir digital tidak lepas dari tangan kanannya dan tidak berhenti dia tekan. Jasmine yang terbaring hanya menatap kosong pada sosok Gus Agam, dunia terasa gelap, Jasmine pernah terjatuh berkali-kali dan kali ini dia terjatuh lagi, "Ya Allah apakah ini karmaku?" bisik Jasmine pada dirinya sendiri sambil meneteskan sebulir air mata.

Wajah Jasmine terlihat pucat dengan alat bantu pernapasan dihidungnya, mata coklat indahnya yang biasa berbinar kini berkaca-kaca ingin menumpahkan kesedihan, tiada lagi lesung pada pipi kanannya, begitupun ginsulnya manis enggan untuk mengintip lagi. Tubuhnya dengan cepat menyusut menyisahkan tulang yang terlihat dari luar, tangannya bengkak bekas infus yang harus menusuknya setiap kali.

"Ya Humaira" sambut Gus Agam saat membuka mata dan melihat Jasmine yang tersadar dari tidur lelahnya, bibirnya yang sedari tadi berzikir berhenti sejenak untuk menyambut istrinya. "Mas" Jasmine berbisik lirih seperti mencari sesuatu, tangannya meraba-raba perut yang seminggu yang lalu sedikit buncit dan kini hanya menyisahkan tulang dan kulit dengan daging sudah hampir mengering.

Setiap membuka mata meraba perut rata menjadi kebiasaan Jasmine, mencari perut buncitnya menjadi rutinitas Jasmine saat bangun tidur, entah apa yang dia harapkan mungkinkan mimpi yang diharapkan ataukah sebuah keajaiban kembalinya perut buncit yang dia rindukan. Setetes bulir air jatuh dari mata Gus Agam, rasa iba pada wanita terkasihnya itu seakan menikamnya, tingkah Jasmine yang selalu mencari perut buncitnya seakan menjadi pemandangan yang selalu siap mengiris-iris perasaan Gus Agam.

"Mas" ucap Jasmine sambil berusaha bangun dari baring, "Iya Sayang" sambut Gus Agam dan membantu Jasmine duduk dengan bersadarkan tempat tidur yang sudah disetel untuk posisi duduk. "Anak kita baik-baik saja kan Mas?" tanya Jasmine yang entah sudah keberapa kalinya dia tanyakan sejak pertama kali sadar setelah operasi, Gus Agam yang iba dengan ekspresi Jasmine pun selalu diam seribu bahasa setiap Jasmine melontarkan pertanyaan itu.

"Mas" panggil Jasmine lagi kali ini dengan nada yang sedikit bergetar, "Iya Sayang, kenapa?" jawab Gus Agam yang tidak bisa menyebunyikan tangisnya di depan Jasmine. "Mas, anak kita baik-baik saja kan disana sama Allah SWT?" tanya Jasmine yang membuat air mata Gus Agam tumpah, dia tidak menyangka ternyata selama ini Jasmine sudah tahu telah kehilangan calon anaknya, namun wanita kuat itu selalu menanyakan karena ingin mendengar jawaban langsung dari suaminya. "Anak kita baik-baik saja Sayang" bisik Gus Agam sambil memeluk erat Jasmine yang malah tidak menangis, "Maafin Jasmine ya Mas, Jasmine tidak bisa menjaga anak kita, jadi Allah SWT campur tangan untuk merawatnya secara langsung" balas Jasmine yang tenggelam dalam pelukan Gus Agam. "Maafin Mas Sayang, Maafin Mas, Mas yang tidak bisa menjaga Istri dan Anak Mas sendiri" Gus Agam sesugukkan menumpahkan kesedihannya pada Jasmine.

Jasmine menarik tubuhnya dari pelukan Gus Agam, tangannya yang masih ditusuk jarum infus dengan lembut mengusap wajah basah Gus Agam berusaha membersihkan sisa-sisa air kesedihan yang dikeluarkan Gus Agam. "Mas, Jasmine mau salat sama Mas" pinta Jasmine sambil menunjukkan lesung pipinya, "Iya Sayang ayo kita salat" Gus Agam segera menganggukkan kepalanya tanda menyetujui permintaan Jasmine.

Jasmine mulai melepas alat bantu pernapasan dihidupnya, dan berusaha melepas jarum infus pada tangan bengkaknya. "Tunggu Sayang, Mas panggilin perawat dulu ya buat melepas alat-alat ini" Gus Agam menghentikan gerakan tangan Jasmine dan segera menekan tombol panggilan yang ada disamping tempat tidur Jasmine.

Dengan persetujuan Dokter Ishara para perawat dengan hati-hati melepas alat bantu pada sekunjur tubuh Jasmine yang sebenarnya masih membutuhkan alat-alat itu, namun karena permohonan Gus Agam akhirnya hati Dokter Ishara luluh dan mengizinkan melepas alat-alat itu untuk sementara selama Gus Agam dan Jasmine melaksanakan salat malam.

Gus Agam dengan lembut menuntun Jasmine untuk mengambil wudhu hingga menggunakan mukena, "Sayang ingat ya, setelah ini Jasmine istirahat lagi, alat-alat yang tadi dipasang lagi sampai Jasmine benar-benar sudah sembuh ya" dengan lembut Gus Agam mengingatkan Jasmine yang tengah malam itu ngotot ingin mendirikan salat tahajud berjamaah dengan Gus Agam.

Sepasang suami istri itupun melaksanakan salah tahajud secara berjamaah, sedangkan satu perawat dan Dokter Ishara masih dalam ruangan berusaha memantau Jasmine yang merupakan pasiennya.

Pada sujud terakhir salat tahajud itu tanpa mereka berdua rencanakan, entah kenapa secara bersamaan mereka tenggelam dalam sujud masing-masing, suara hening mengiringi sujud mereka, entah doa apa yang telah mengajak mereka berlama-lama dalam sujud itu hingga bermenit-menit lamanya. Gus Agam mengangkat wajahnya dari sujud diatas sajadah begitu Jasmine yang mengikutinya di belakang shaf, sepasang suami istri itu tampak sama dengan wajah basah, mata mereka terlihat sama telah menumpahkan banyak air mata dalam sujudnya.

Pemandangan haru dua orang suami istri tengah mendirikan salah tahajud berjamaah, bercumbu dengan sujudnya menumpahkan air mata yang tidak terbendung, wajah mereka basah, bibir mereka basah akan doa-doa. Satu perawat dan Dokter Ishara yang menyaksikan pemandangan itu hanya bisa ikut meneteskan air mata karena terharu dan ikut bersedih akan cobaan hebat yang menimpah sepasang suami istri itu.

Setelah mengakhiri salat malam berjamaah itu Jasmine segera membaringkan kepalanya dipangkuan Gus Agam yang reflek membuat Gus Agam memberikan kode pada Dokter Ishara dan perawatnya untuk mempercayakan Jasmine padanya untuk beberapa waktu saja, melihat perintah itu Dokter Ishara yang diikuti perawatnya meninggalkan pasiennya bersama Gus Agam.

Gus Agam segera mengalihkan semua fokusnya pada Jasmine yang kini terlihat tidak sesegar dahulu lagi, wajahnya sudah melukiskan sakit yang tidak terbendung. "Sayang, apakah rasanya sakit sekali?" tanya Gus Agam pelan dengan tatapan tidak tega pada Jasmine, "Sekarang tidak sakit Mas" Jasmine menjawab sambil berusaha mengembangkan senyum manisnya, Gus Agam yang mendengar jawaban bohong itu hanya bisa membalas senyum Jasmine dengan senyuman kecut.

"Jasmine serius Mas, tidak ada rasa sakit yang Jasmine rasakan saat Jasmine bersama Mas, tapi jika ditanya bagaimana hati Jasmine sekarang, tentu Jasmine masih merasakan sakit karena kehilangan anak kita Mas" jawab Jasmine dengan tatapan kasih pada Gus Agam yang masih setia mengusap kepalanya.

Gus Agam yang mendengar ucapan Jasmine hanya terdiam dan lagi-lagi menumpahkan air kesedihan dari sepasang mata sendunya, hal itu pun disambut dengan air mata pula oleh Jasmine yang membuat mereka sama-sama menuangkan air kesedihan diatas sajadah pada malam sunyi itu dibalik bibir yang tiada henti masih melangitkan doa-doa pada Allah SWT.

"Tiada sakit lagi yang ku rasakan

Jika aku berada disisimu

Namun jika engkau tanyakan kabar hatiku

Maaf, aku tidak bisa berbohong sakitnya tidak main-main"

-Jasmine Zara-

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now