8. Lenora

1.2K 107 65
                                    

Dress selutut berwarna putih, simple namun elegan sekaran. Melekat di tubuh Lenora, rambutnya yang panjang di tata serapi mungkin, wajahnya di lapisi make up tipis hingga terlihat cantik dari biasanya, sangat tipis itupun Lenora berusaha untuk menghapusnya jika saja tak di tahan oleh bi Nariti dengan ancaman akan menambah ketebalan make up-nya. Tidak, make up tipis saja Lenora merasa wajahnya eneh, apalagi jika tebal- tebal.

Pintu kamarnya di ketuk, Lenora dengan malas melangkah membukakan pintu.

Bi Nariti menatap garang padanya, "tamunya sudah datang nona, ayo sebelum tuan murka" ucap wanita itu di akhiri dengan senyum manis namun terlihat mengerikan di mata Lenora.

Lenora menuruni tangga masih dengan bermalas- malasan, tak peduli dengan tamu ayahnya yang sudah duduk di ruang tamu dan menatap dirinya tanpa berkedip.

Gadis itu duduk di sebelah ayahnya, masih nggak menatap tamu yang katanya adalah tunangannya.

"Lenora, beri salam pada tuan Kyle nak" perintah ayahnya.

Lenora berdecak pelan, gadis itu mengangkat kepala menatap ayahnya.

"Gimana caranya?"tanya nya dengan masih bermalas- malasan.

"Tak apa tuan Leon, saya memakluminya"

Lenora yang merasa pernah mendengar suara itu segera menatap sang tamu. Betapa terkejutnya gadis itu saat mendapati pria yang mengatakannya gila sedang duduk di hadapannya. Terlebih pria itu hanya sendiri dan siapa lagi yang jadi calon tunangannya jika bukan pria tersebut??

Gila!!

Lenora mau duda kaya raya nan tampan, tapi dia tak benar-benar serius dengan kata- katanya, sebab Lenora sendiri juga takut jika berhadapan dengan om om walau setampan pria yang ada di hDaoanya sekarang ini.

"Lenora, dia tuan Kyle, rekan bisnis papi sekaligus calon suami mu"

Kan, tebakan Lenora sama sekali tak meleset, gadis itu menatap ayahnya sengit.

"Dia duda?"

Ayahnya yang mendengar pertanyaan sang anak langsung melotot garang menatap sang anak, lalu menatap bersalah pada Kyle yang diam mempertahankan wajah datar andalannya.

"Maaf atas kelancangan putri saya tuan Zevandra"

"Tak masalah tuan Leon" jawab Kyle tersenyum tipis lalu mengalihkan tagapanya pada Lenora, "yah, saya memang duda nona, apa ada masalah dengan itu?"

Lenora mendengus, ia kira di tatap dengan intens seperti itu oleh pria tampan bisa membuatnya melotot dengan mudah?? Oh tidak.

"Yah, itulah masalahnya...." Jawab Lenora, beralih menatap sang ayah.

"Papi mau nikahin aku sama duda? Udah tua lagi... Apa alasanya Pi?? Gak ada yang masih perjaka atau yang lebih muda dikit??"

Ingin sekali Leon menampar putrinya ini, Hey.... Kemana putrinya yang lugu? Kemana putrinya yang lemah lembut?? Kemana putrinya yang sopan santun?? Kemana putrinya yang anggun??

'aku di sini yah'

Nora yang melihat kelakuan Lenora hanya bisa menatap iba pada ayahnya yang nampak menahan rasa malu+rasa bersalah.

"Jaga ucapan mu Lenora" tegur Leon pada putrinya.

"Lenora cuma nanyak papi, ya sorry kalo menyinggung" ucap Lenora malas, menatap Kyle yang memasang wajah datar. Lenora rasa pria itu sedang menahan kesal sekarang.

"Masuk ke kamar mu" perintah Kenon akhirnya, jika lama- lama bisa batal pertunangan yang sudah direncanakan.

"Tapi Pi...."

"Masuk Lenora"

Lenora mendengus kesal, dengan kaki yang di hentakkan dan wajah cemberut melangkah ke kamarnya tanpa pamit pada ayahnya atau si tamu. Ah calon tunangannya.

Sekepergian putrinya, pria paru baya itu beralih kembali menatap tamunya.

"Maaf sekali lagi atas melancangan putri saya tuan Kyle, nampaknya selama saya tinggal beberapa Minggu menjadikanya sedikit gila"

Leon tertawa garing dengan ucapanya, sementara itu Kyle hanya tersenyum menanggapi.

Agak kesal sebenarnya di Katai tua dan hey... Dia memang duda dan apa salahnya jika ia sudah tak perjaka??

...

"Mau gak mau kamu tetap akan nikah sama tu om- om Len, percaya deh sama aku"

"Gak mau!! Lo bukanya bantuin malah manas- manasin, mau tubuh lo nikah sama om- om??"

"Nggak, tapi kan itu bukan tubuh aku lagi.... Itu tubuh mu"

Lenora berdecak kesal, adanya Nora di sini memang sama sekali tak membantu dan bisa di katakan adalah beban. 

Gadis itu membuka ikatan rambutnya, menghapus make up-nya lalu mengganti bajunya. Selesai dengan itu, Lenora memilih untuk ke balkon kamarnya, mencari angin. Mungkin bisa sedikit menenangkan kepalanya yang sedari tadi berdenyut.

Niat ingin mencari angin Lenora malah salfok dengan keluarnya Kyle dari rumah, melangkah menuju mobilnya.

Kyle berbalik dan malah menatap ke balkon tempat di mana Lenora berada, sedikit kaget namun Lenora dengan cepat lansung memberikan jari manisnya namun terlihat seperti jari tengah.

Kyle sama sekali tak merespon dan hanya menatap nya, setelah itu pria itu memasuki mobilnya dan menjauh dari halaman rumahnya.

Tak lama setelah itu, terdengar ketukan di pintu kamarnya.

Lenora sudah menebak siapa pelakunya, gadis itu segera kembali memasuki kamarnya dan membuka pintu.
Tebakannya kali ini salah, ia kira tadi ayahnya yang ingin bicara namun itu adalah bi Narti.

"Nona di panggil tuan di ruangan keluarga"

Tak salah namun tak benar.

Lenora mengangguk dan segera melangkah ke ruangan keluarga.

Gadis itu lansung duduk di hadapan ayahnya dalam diam, sementara itu Nora juga ikut duduk di sampingnya.

"Ada apa dengan mu, sayang?? Kenapa berprilaku tak sopan pada tamu"

Lenora menoleh pada Nora yang nampak seakan tak peduli dan malah memainkan kuku nya. Jujur saja, Lenora juga bingung harus menjawab apa.

"Itu karna.... Lenora belum mau nikah" jawab Lenora asal.

"Itu bisa di bicarakan baik- baik sayang, tuan Zevandra pasti mau menunggu sampai kamu siap, nak"

Lenora berdecak, gadis itu kembali kesal.

"Kenapa papi ngongot ban et mau nikahin Lenora sama om itu? Kenapa Pi? Beri Lenora alasan, papi gak lagi ngejual Lenora demi bisnis kan?"

"Karna tuan Kyle bisa melindungi mu Lenora, dan papi tak pernah berniat menjualmu demi bisnis, kamu tau nak..... Tak selamanya papi hidup"

Lenora menatap papinya bersalah, "yaaa yang bilang papi hidup abadi siapa" ucapnya pelan.

"Lenora...."

"Iya Pi, iya Lenora bakal nikah sama om- om itu, Lenora ke kamar dulu deh... Dah papi"

Lenora yang memilih mengiyakan lansung berlari kembali ke kamarnya, gadis itu akui pikirannya tak jauh dari negatif. Mendengar ayah Nora yang mengatakan, 'taj selamanya papi hidup' saja membuat pikiran Lenora bercabang.

Apa sebentar lagi ajalnya papi Leon?

Atau apa papi Leon dalam bahaya??

Atau besok papi Leon akan mati??

Ah entahlah, Lenora harusnya tak SE takut ini, namun mengingat pria tampan spek sugar Daddy itu adalah ayah dari tubuh yang sekarang menjadi tubuhnya, Lenora menganggap pria itu juga ayahnya.
























Vote comen banyak²

Min 50 comen aku up

Lenora ( transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang