9. Lenora

861 79 10
                                    

"Dunia maunya apa sih?"

Nora menatap Lenora yang tengah menyandarkan tubuhnya pada pohon, gadis itu sedari tadi terus berbicara banyak hal. Salah satunya menyalahkan Nora atas takdir yang ia dapatkan saat ini.

Bukanya mencari jawaban atas apa yang terjadi pada mereka saat ini, gadis itu malah terus menyalahkan dunia yang tak tau apa- apa.

"Dahlah, ayo kita cari petunjuk Len... "

"Petunjuk apa Nora... Mau nyari apa? Kemana? Gak ada yang bisa jawab apa yang terjadi sama kita, kecuali yang maha kuasa" ucap Lenora, mengecilkan volumenya di akhir kalimat.

"Ya gak mungkin kita nanyak ke yang maha kuasa kan? Makanya di cari jawabanya sendiri"

Lenora berdecak, gadis itu menggeser pantatnya hingga berhadapan lansung dengan Nora. Tanyannya dengan santai menampar pipi Nora namun yang ada hanya udaralah yang ia tampar.

Nora yang minat kelakuan bocah di hadapnya hanya bisa menatap datar tubuhnya itu.

"CK, okedeh... Sekarang bilang, hal apa yang aneh sebelum lo keluar dari tubuh Lo?"

Nora kini nampak berpikir, sedangkan Lenora menunggu dengan sabar.

'ting'

Notifikasi dadi ponsel Lenora mengalihkan perhatian, gadis itu segera mengecek pesan dari siapa. Sedangkan Nora masih sibuk berpikir.

Cukup lama dua gadis itu sibuk dengan kegiatan masing-masing, sampai akhirnya Nora berteriak. Gadis itu berhasil mengingat sesuatu.

Lenora meletakkan ponselnya, beralih kembali menatp Nora yang kini nampak kegirangan.

"Aku ingat Len".

"Apa?"

"Waktu itu kalo gak salah sehari sebelum aku ngungkapin perasaan ke Beno, aku ngeliat ada seseorang yang lompat dari pager rumah aku, mencurigakan tapi waktu itu aku ngiranya orang itu habis ngambil layangan nyangkut, soal nya gak lama orang itu pergi ada bocah yang nanyak layanganya di halaman rumah aku" jelas Nora panjang lebar.

Kening Lenora mengerut, menatap tak yakin pada Nora.

"Yakin itu bisa di jadiin petunjuk? Keknya nggak deh" ucap Lenora ragu.

"Yaa coba aja dulu, siapa tau kan tu orang habis narok sesajen di rumah aku, makanya aku ngalamin hidup mau mati ngga mau"

"Lo percaya yang kek gituan?" Tanya Lenora, mengubah topik pembicaraan.

"Ya... Sekarang ini apapun yang mustahil aku bakal percaya Len, soalnya yang terjadi sama kita ini juga hal yang mustahil yang dulunya gak aku percaya dan.... Yah gitulah, susah mau jelasinya"

Lenora mengangguk, apa salahnya mencoba kan. Lagi pula memang tak ada petunjuk apapun. Lenora sendiri merasa apa yang terjadi padanya saat ini cukup mendadak.

"Kalo gitu, ayo kita selidiki tu orang"

"Ya, ayo kita selidiki"

Dua manusia dengan otak tak seberapa itu kompak mengangkat kedua tangannya ke udara, bersorak saling menberi semangat.

"Yah, tapi di mana kita mau nyari tu orang??" Tanya Nora ingat akan suatu hal.

Lenora terdiam, gadis itu yang semulanya berdiri kembali duduk.

"Cctv ada??" Tanya Lenora, biasanya di film- film orang- orang akan mencari petunjuk salah satunya dari cctv.

"Adalah, masa rumah orang kaya gak ada" jawab Nora sedikit terdengar sombong.

Tanpa di minta gadis itu berdiri, melangkah menembus pintu. Lenora segera mengikuti Nora yang sudah menghilang di balik pintu.

....

"Mana?? Kagak ada"

Setalah mengecek cctv dua gadis itu menemukan memang ada seorang pria misterius yang memanjat pagar rumah Nora yang cukup tinggi, dan nampak sesuatu terjatuh dari saku pria tersebut. Sesuatu yang mereka tak tau itu apa, namun dengan nekat mencari nya.

Yah, Lenora dan Nora atau lebih terlihat seperti Lenora seorang,  sekarang sedang menyibak rerumputan untuk mencari sesuatu yang belum di ketahui.

"Sabar, mungkin udah hancur kali kenak hujan"

"Emang itu kertas?"

"Yaa mungkin aja tissue"

"Kalo tisu udah hancur, anj"

"Cari dulu aja Len, aku kan cuman nebak"

Lenora menggeleng, ingin sekali ia menghajar gadis tak kasat mata itu, namun sayang yang ada dia hanya menampar udara.

Tak memperdulikan Nora, Lenora kembali menyibak rerumputan, ia yang tak mengenakan sendal karna rumput orang kaya bersih, tiba-tiba tiba menginjak sesuatu. Gadis itu segera mengambil barang tersebut yang ternyata sebuah flashdisk putih.

"Apaan nih?"

Nora yang berada di sisi lain segera terbang mendekat, gadis itu ikut memperhatikan penemuan Lenora.

"Ini flashdisk!!" Teriak Nora

"Ya tau!!" Balas Lenora tak kalah berteriak.

Mungkin bagi Lenora ia terlihat biasa saja, namun di mata para pekerja yang melihat kelakuan gadis itu sedari tadi.....

Miris, mungkin anak majikan mereka itu sudah gila, mungkin itulah yang di pikirkan mereka.

....


Tak ada apa- apa di dalam flashdisk tersebut, hanya beberapa video tak jelas dan beberapa dokumen yang isinya tak di mengerti oleh Lenora atau pun Nora. Namun mereka berhasil mendapatkan wajah dan tempat si pria misterius. Untuk sekarang kita panggil saja pria tersebut, Man.

Si Man, bekerja di sebuah perusahaan, dan yang membuat dua gadis itu merasa sedikit senang adalah.... Ternyata si Man bekerja pada Kyle, untuk itu Lenora bisa memanfaatkan Kyle untuk bertemu si Man dan mengintrogasi nya.

"Kapan papi pulangnya?? Gue udah gak sabar ini" ucap Lenora, gadis itu sudah tak sabar meminta sang papi mempertemukannya dengan Kyle dan merayu pria itu untuk mengajaknya ke kantornya.

"Gak tau, telpon aja sih"

"Telpon?? Gak dulu deh"

Nora menatap aneh gadis yang menempati tubuhnya itu, ah andai saja ia bisa menyentuh benda- benda seperti hanphonen, sudah dari tadi ia menghubungi papinya.

"Yaudah, datangin aja.... Papi gak akan pulang kalo belum makan Lenora"

Lenora berdecak, gadis itu akhirnya meraih hanphonenya mencari nomor si papi.

"Halo, kenapa nak?"

"Papi Lenora mau ketemubom Kyle hari ini juga" ucap Lenora tanpa basa- basi.

"Woh- woh... Ada apa ini?? Kenapa putriku ini tiba-tiba tiba ingin bertemu dengan orang yang di tolak nya?"

Lenora mendengus mendengar ucapan si papi yang terdengar menyebalkan.

"Pendekatan Pi, siapa tau Lenora berubah pikiran" ucap Lenora berusaha selembut mungkin.

"Baiklah- baiklah, papi akan meminta pak Agus untuk mengantar mu bertemu tuan Kyle"

"Nah gitu dong, makasih papi dadah....."

Tanpa menunggu jawaban pria tersebut Lenora lansung mematikan ponselnya. Gadis itu tersenyum, segera melangkah ke kamar mandi untuk bersiap bertemu si duda.

Sementara itu, Nora sedari tadi hanya diam menyaksikan siaran televisi yang menayangkan berita terkini tentang kebanjiran di berbagai daerah. Gadis itu tak peduli lagi dengan apa yang di lakukan Lenora, ia terlalu sibuk dengan tontonannya.

Ah mengingat kesibukan, biasanya Nora akan sibuk mengikuti Beno, pria yang ia sukai namun akhir-akhir akhir ini Beno lebih sering jalan bersama Kiky, membuat Nora enggan menyaksikan kemesraan mereka.

Nora tau, Kiky juga menyukai Beno.















Vote dan comen banyak²

Min 50 comen yah

Lenora ( transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang