08 - Pacifer

15.2K 1.7K 140
                                    

halo~ akhirnya kita bisa ketemu lagi 🙊🙊💖💓💘

Happy Reading!
—✦◌✦—
🤎🐻

Para burung mengepakkan sayap diarea halaman luas Mansion, menyambut datangnya pagi dengan kicauan merdu mereka.

Air mancur yang berada ditengah-tengah pekarangan bunga tampak berkilauan, saat sinar matahari pagi menyentuh langsung aliran airnya yang begitu jernih. Kupu-kupu dan para kumbang berdatangan, hinggap menghiasi kelopak bunga yang sedang mekar dibasahi embun pagi.

"HUWAA! ITU APA?!"

Berbeda dengan keindahan alam yang memukau diluar Mansion. Didalam kamar Levan dan Lovisa yang berada dilantai dua, tengah terjadi sebuah kekacauan kecil.

Lou, bayi beruang yang baru bangun tidur si penyebab kekacauan, berdiri diatas kasur dengan ujung selimut yang melilit salah satu kaki kecilnya.

Dengan rambut acak-acakan, mata bulat Lou mengerjap syok. Netra emasnya menatap horor pada tepi kasur, dimana ada sebuah pacifer yang baru saja ia lempar karena menyumpal mulut mungilnya tanpa izin.

"Papa! Itu punya siapa?!" Lou bertanya dengan heboh, saat melihat Levan baru saja keluar dari kamar mandi seraya mengikat tali bathrobe.

Melihat si bayi beruang berdiri ditengah kekacauan diatas kasur, Levan segera mendekat dengan wajah datar.

Levan berhenti disamping kasur, kemudian merentangkan kedua tangan kekarnya. "Kemari."

Telunjuk kecil Lou menunjuk pada pacifer yang tadi ia lempar. "Papa, itu ada pacifer, punya siapa?" tanyanya lagi, seraya melepas lilitan selimut dan berjalan mendekati sang Papa.

Tanpa niat menjawab, Levan mengangkat tubuh mungil Lou dan mendudukkannya pada tepi kasur. Mata bulat Lou mengerjap. Menatap sang Papa yang kini berjalan kearah sisi kasur, dan mengeluarkan sesuatu dari dalam nakas.

Saat Levan membalikkan tubuh, pandangan Lou langsung berubah horor. Levan kembali mendekati Lou dengan membawa sebuah pacifer yang masih baru.

Lou mendongak, memundurkan wajah saat sang Papa mencoba memasukkan pacifer kedalam mulut mungilnya.

"Papa, Lou bukan Eve, Lou sudah besar." Lou menggeleng brutal, tangan kecilnya bergerak menutupi mulut dengan erat.

Levan mengangkat sebelah alis. "Berani melawan Papa?"

Mendengar nada datar Levan, Lou kembali menggeleng dengan bibir melengkung kebawah.

"Kalau begitu menurut, atau semua permen jelly mu Papa buang." ancam Levan. Lou yang merasa kalah, langsung mengangguk dengan mata berkaca-kaca.

Levan menghela nafas. Dengan segera, ia mengangkat tubuh mungil Lou kedalam gendongan koalanya. Ia masih bingung, bagaimana untuk menanggapi segala sikap si bungsu. Ditambah, bayinya ini barusan menyebut nama anak angkat Leovan, sang kakak.

Levan berjalan kearah jendela balkon, membuat gorden hitam yang masih tertutup perlahan terbuka secara otomatis. Sinar matahari pagi langsung menembus masuk kedalam kamar, menerpa wajah tanpa ekspresi Levan yang tampak menawan.

Lou bersandar pada bahu lebar sang Papa, menikmati suasana menyejukkan diluar Mansion yang asri. Dengan masih memegangi pacifer, tangan besar Levan bergerak mengusap kepala Lou lembut. Sepasang netra kelamnya yang dingin, menatap jauh ke depan sana mengingat banyak hal.

Ternyata, selama ini dirinya dan Lovisa terlalu kaku. Dulu, saat mengawasi pertumbuhan Lou, mereka merasa harus mulai mendidik Lou dengan tegas karena sikapnya yang justru semakin manja dan tetap cengeng. Ditambah, diantara ketiga putranya yang lain, hanya Ravel yang paling aktif berbicara dan berekspresi dengan segala tingkah nakalnya.

LOUISE Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum