Makinlah Matang dan Dewasa

18 0 0
                                    


3 Februari 2018. Dewi akan menginjak usianya yang ke-21. Dia memang satu tahun lebih muda dariku. Di hari spesialnya, dengan sangat menyesal, aku tidak bisa membersamainya. Aku masih harus menyelesaikan kewajibanku sebagai mahasiswa melakukan kegiatan live in di luar kota.

Aku menemui Dewi lima hari sebelum ulangtahunnya. Tentu setelah mencari-cari alasan agar aku bisa menemuinya. Aku sudah menyiapkan sebuah kejutan kecil untuknya. Sebuah kado. Sebuah kado yang kupersiapkan beberapa hari sebelumnya, yang tentu tanpa sepengetahuan Dewi.

Aku sempat kebingungan apa yang harus kupersiapkan. Yang ada dalam pikiranku adalah, aku sebaiknya memberikan sesuatu hal yang akan bermanfaat baginya. Bukan apa yang Dewi inginkan, tapi apa yang Dewi butuhkan. Karena pikirku, ketika dia butuh, maka otomatis dia ingin. Aku ingat Dewi memiliki ketertarikan pada dunia dongeng. Belakangan ketertarikannya itu ia dalami dengan mengikuti kegiatan-kegiatan seputar itu. Bahkan, skripsi yang ia angkat adalah seputar dongeng. Aku menyiapkan dua buah buku tentang dongeng dan sebuah boneka tangan karakter tokoh kartun Stich, karakter yang begitu Dewi sukai. Menurutku, dua benda itu akan bermanfaat baginya. Bagi dunia yang ia sukai, dan tentu semoga juga bagi kelancaran skripsinya.

Aku memang tidak pintar dalam urusan menyiapkan kado untuk perempuan. Bodohnya aku, box kado yang aku siapkan ternyata kekecilan! Aku tidak punya waktu banyak untuk mencari box lain. Akhirnya kukemas kado itu dengan agak memaksakan isi kado bisa masuk ke dalam box. Pelayan toko tempat aku membeli box itu sebenarnya sudah menawarkan jasanya untuk mengemasnya sedemikian rupa. Tapi aku menolak. Aku mengemas semuanya sendiri. Dan akhirnya sudah dapat ditebak, kemasannya tidak rapi! Aku memang tidak berpengalaman dalam urusan ini. Tapi sudahlah, yang terpenting adalah apa yang kuberikan ini akan membawa manfaat untuk Dewi.

Box berwarna cokelat itu sengaja kutaruh di bawah jok mobil tempat Dewi duduk. Aku baru menyuruhnya mengambil kado itu di perjalanan pulang setelah kami menghabiskan waktu bersama selama setengah hari lamanya. Berhubung saat itu belum tanggal tiga Februari, aku memintanya untuk tidak membuka sampai benar-benar sudah tanggal tiga. Aku tau dia begitu penasaran. Dia hanya bisa menebak-nebak. Aku juga bisa romantis, kan?

Benar saja, tanggal 3 Februari mungkin baru dalam hitungan detik, Dewi sudah tidak kuat menahan keinginan untuk langsung membukanya. Dewi mengucapkan terimakasih.

Baru kali ini aku benar-benar bahagia bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat di hari ulangtahun perempuan yang begitu aku sayangi.

Semua ucapan dan harapanku aku tuliskan dalam secarik kartu ucapan yang aku masukkan di dalamnya. Cukup panjang. Tapi sayangnya aku lupa menyimpan salinannya. Aku harap Dewi masih menyimpan secarik kertas berisi doaku itu baik-baik. Yang jelas, yang paling kuingat adalah, di usianya yang ke-21, sudah saatnya Dewi makin mendewasa dan matang. Baik secara fisik dan tentunya secara psikis. Intinya itu.

Sekali lagi, selamat ulangtahun ke-21, Dewi.

DewiWhere stories live. Discover now