Dewi dan kereta Api

16 0 0
                                    



Argo Parahyangan Jakarta-Bandung,

23 Maret 2018



Dewi dan kereta api adalah kombinasi yang menenangkan. Aku tak perlu memandangi luar jendela sepanjang perjalanan. Lantas buat apa? Di samping kaca jendela kereta ada perempuan yang tidak pernah bosan kupandangi

Sinar matahari sore yang menembus kabin gerbong di sepanjang perjalanan dari Stasiun Gambir ke Stasiun Bandung itu benar-benar kombinasi hybrid antara karya Tuhan dan hebatnya tangan-tangan manusia.

Di sela-sela aktivitas magangku, aku dan Dewi memang sudah membuat janji untuk bertemu di Jakarta dan merencanakan sebuah perjalanan bersama menuju Bandung jauh-jauh hari dengan naik kereta api.

Aku begitu menyukai kereta. Bagiku dia bukan hanya simbol sebuah perjalanan. Bagiku dia juga simbol perjuangan, tanggungjawab, keikhlasan, dan tentunya pertemuan. Maka tidak berlebihan kalau banyak orang termasuk aku menganggap kereta sebagai moda transportasi paling romantis yang pernah ada, mengalahkan pesawat terbang paling mewah sekalipun.

Aku menyesal tidak menyimpan tiket kami berdua baik-baik. Selain foto-foto, aku pikir secarik kertas itu bisa membantuku untuk selalu ingat detil perjalanan itu dengan baik.

Dari Jakarta, Dewi sibuk menenteng sebuah kotak berisi kue donat. Aku tahu dia berniat memberikan kejutan kecil untuk hari ulangtahunku yang akan dia rayakan di Bandung.

Seperti aku, Dewi memang tidak terlalu lihai dalam hal memberikan kejutan. Di samping aku sudah tahu apa yang dia bawa, Dewi bahkan tidak menyiapkan korek api untuk menyalakan lilin yang sudah dia siapkan. Tapi lilinnya lucu. Dia bisa bernyanyi seperti sebuah kotak musik. Akhirnya aku harus membeli sendiri korek api untuk menyalakan lilin kue ulangtahunku sendiri.

24 Maret 2018, ulangtahunku yang ke-22, begitu spesial. Aku jarang diberikan kejutan di ulangtahunku. Kalaupun ada, paling-paling hanya datang dari beberapa kawan dekatku. Tahun ini begitu spesial. Aku merayakannya bersama perempuan yang begitu aku kasihi dan aku percaya dia juga begitu mengasihiku.

Aku menutup mata sejenak. Doaku sederhana. Aku tidak meminta banyak. Aku meminta untuk diberikan kekuatan dan kemudahan di hari-hari yang akan datang, kekuatan dan kemudahan bagiku dan Dewi dalam merawat serta menjaga hubungan kami berdua.

Amin.

Aku pun meniup lilin dan sedikit pelukan kuberikan untuk Dewi. Esok harinya, kami habiskan waktu seharian berdua mengelilingi syahdunya Bandung di akhir pekan.

*

Ternyata ada yang lebih romantis dari kereta api. Stasiun. Orang-orang datang silih bergantian setiap hari diantar dan dijemput orang-orang terdekatnya. Kalau dia manusia, dia pasti tak mampu lagi menghitung berapa perjumpaan dan perpisahan yang dia saksikan setiap harinya.

Di peron stasiun Bandung, orang-orang sudah menenteng tas pagi-pagi sekali memasuki gerbong-gerbong yang dingin. Waktu kami tinggal sedikit lagi. Dalam hitungan puluhan menit, kami harus kembali ke hari kami masing-masing.

Pagi itu, masinis Argo Parahyangan seperti memacu lokomotifnya lebih cepat dari biasanya. Di sisi lain, aku berharap dia bisa mengulur waktu keberangkatan lebih lama.

Hey tapi kereta ini tidak hanya mengantar kami berdua! Dia juga membawa ratusan penumpang lain yang harus bergegas dengan tujuannya masing-masing. Aku tidak bisa egois.

Setelah perjumpaan yang hangat, pagi itu, di Stasiun Jatinegara, kami saling melambaikan tangan.

Setelah perjumpaan yang hangat, pagi itu, di Stasiun Jatinegara, kami saling melambaikan tangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DewiWhere stories live. Discover now