bab 4.5 - "aku ingat semuanya"

42 5 0
                                    

.

"Ibu, apakah aku pernah ke Korea?" pertanyaan Jaejoong yang tiba-tiba di meja sarapan pagi itu membuat Yamazaki-san, ibunda Jaejoong, menghentikan kegiatannya menuangkan susu ke gelas putranya.

Alih-alih ibunya, justru sang ayah lah yang menjawab pertanyaannya, "Kau tidak pernah ke Korea."

"Lalu kenapa aku bisa bahasa Korea?" tanyanya lagi.

"Kau mempelajarinya di sekolah, kau ingat?" wanita itu menyela sebelum suaminya sempat membuka mulut.

"Aku mengalami amnesia, Ibu ingat?" Jaejoong balik bertanya, membuat Nyonya Kim merasa tertohok.

"Aku tidak pernah mengajarimu untuk bersikap tidak sopan, terlebih terhadap ibumu."

Jaejoong tak mengindahkan peringatan dalam nada tegas ayahnya, "Benarkah aku hanya koma selama setahun? Apakah aku benar-benar mengalami kecelakaan pada tahun 2005?"

Tuan Kim menggebrak meja, membuat makanan yang tersaji di atasnya berhamburan, mengabaikan sumpitnya yang menggelinding dan jatuh ke lantai. Mata tajamnya menatap penuh emosi ke arah sang putra. Nyonya Kim menyentuh lengan suaminya, berusaha menenangkan. Sementara Jaejoong tak gentar membalas tatapan ayahnya, ia memantapkan hatinya untuk menuntaskan semuanya di sini, saat ini juga. Ia harus mendapatkan kebenarannya, apapun yang terjadi.

"Siapa Yoo Jae-Hwa?" tanyanya setelah beberapa menit berlalu penuh ketegangan.

Jaejoong menangkap perubahan yang terjadi pada raut wajah kedua orang tuanya. Awalnya ada keterkejutan tergambar jelas di wajah keduanya, sebelum sang ayah berhasil menyembunyikannya di balik wajah datar tanpa ekspresi, topeng yang biasa dipakainya sehari-hari. Sedangkan sang ibu, air mukanya berubah dari terkejut, menjadi panik, lalu kembali berubah menjadi raut wajah dengan perasaan bersalah. Seolah ia baru saja tertangkap basah telah melakukan sebuah dosa yang tak terampunkan. Hingga kemudian wanita paruh baya itu bangkit dari duduknya dan bersimpuh di samping putranya.

"Ibu, apa yang kau lakukan?" kini giliran Jaejoong yang terkejut melihat apa yang dilakukan sang ibu.

Tuan Kim menghampiri sang istri, "Sakura-san apa yang kau lakukan?" ia menarik lengan istrinya agar berdiri.

Namun wanita itu tetap bergeming, bahkan ketika sang suami membentaknya, memerintahkan padanya untuk berdiri. Ia hanya menundukkan kepalanya dan terus menggumamkan kata maaf berulang-ulang.

"Ibu," Jaejoong berlutut di hadapan sang ibu, "kenapa kau melakukan ini?" Ia menghapus air mata di wajah wanita itu, "Apa yang ingin kau katakan?"

Jaejoong tahu, wanita yang selama 11 tahun ia panggil ibu ini akan mengatakan hal yang ingin ia dengar, jawaban yang sejak lama ingin diketahuinya, kebenaran tentang masa lalunya.

"Yoo Jaehwa, dia.. adalah ibumu. Ibu kandungmu.." dan wanita itu kembali terisak.

Jaejoong memang telah mempersiapkan hatinya untuk hal ini. Namun tetap saja hatinya terasa sakit, mengetahui bahwa orang tuanya, kedua orang yang ia panggil ibu dan ayah, telah membohongi dirinya selama ini.

.

~*~*~

.

Kim Jaejoong melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Di telinganya masih terngiang apa yang dikatakan sang ibu beberapa saat sebeumnya.

"Aku tidak bisa memberikan keturunan, bahkan setelah sekian lama menikah. Awalnya aku sangat marah saat mengetahui bahwa suamiku memiliki anak dari wanita lain, dari istri simpanannya yang tinggal di korea." Jaejoong merasa tersinggung, yang wanita itu sebut sebagai istri simpanan sang suami adalah ibu kandungnya, wanita yang telah melahirkannya 31 tahun lalu. "Namun saat melihatmu yang terbaring koma.. aku tidak bisa membencimu. Dan ketika kau kembali membuka matamu, aku bersumpah sejak hari itu bahwa kau akan menjadi putraku. Kau adalah kim jaejoong, buah hatiku."

saudadeWhere stories live. Discover now