[BUKU] Cantik itu Luka (Eka Kurniawan)

122 2 0
                                    

Resensi ini sudah diterbitkan sebelumnya di blog phelankc.wordpress.com pada tanggal 11 Desember 2016.

---

Dalam buku ini, terdapat seorang pelacur, beberapa orang pemerkosa, empat orang anak pelacur, seorang pemimpin partai komunis, seorang berandal yang menjadi suami yang amat baik, beberapa orang yang gila karena cinta, dan beberapa ekor anjing.

Jika ada hikmah baik yang bisa dan akan kuambil dari buku Cantik itu Luka, itu adalah bagaimana Eka Kurniawan menulis seolah sesuka hatinya tanpa memedulikan batasan-batasan moral dan/atau norma dalam bukunya. Pada bagian-bagian awal, nyaris terasa seolah ada sentuhan surelisme di dalam buku ini, tetapi semakin ke tengah hingga akhirnya sampai di akhir cerita, yang tertinggal hanyalah mata lelah setelah membaca hampir empat ratus halaman (seratus lebihnya sudah dicicil dari kemarin-kemarin saat senggang) dengan permintaan, "Cepet tamat dong, panjang amat sih."

Cantik itu Luka bukan satu-satunya buku yang memiliki awal menjanjikan lalu berakhir dengan biasa-biasa saja yang pernah kubaca. Dan bisa kupastikan, buku ini enggak akan jadi buku terakhir. Yang melekat di hati hanya karakter Dewi Ayu yang jenaka, sarkastis, dan ironis; jenis humor yang paling kusuka. Secara keseluruhan buku ini mengingatkanku pada The Casual Vacancy karya J.K. Rowling karena keduanya memiliki gagasan yang kurang-lebih sama: cerita tentang sebuah kota, lengkap dengan segala aibnya, yang semua berakar pada satu tokoh.

Aku memang memiliki ekspektasi tinggi terhadap buku ini sejak numpang baca bab pertamanya di Gramedia, tapi entah sejak kapan dan di bagian mana ekspektasi itu menurun sampai-sampai ketika akhirnya aku mencapai final tidak ada lagi ekspektasi yang tersisa sampai aku enggak bisa mengklaim bahwa aku "kecewa".

Unsur-unsur zoofilia, inses (meski tidak secara langsung), pemerkosaan, dan pembantaian yang ada di dalam buku ini tidak terlalu mengganggu. Yang terasa mengganggu adalah betapa banyaknya adegan-adegan dengan unsur tersebut; nyaris terasa seolah Eka Kurniawan tengah menyombongkan diri, "Nih lihat, aku berani nulis cerita dengan unsur-unsur begini!" Namun, ini bukunya; dia berhak melakukan apa saja. Seperti yang sudah kubilang, hanya ada dua hal baik dari buku ini: Dewi Ayu dan ketidakpedulian Eka Kurniawan terhadap batasan imajiner orang-orang terhadap hal-hal yang dianggap bermoral dalam menulis. Sejujurnya, Eka Kurniawan menginspirasiku dalam hal itu: ada banyak cerita-cerita yang ingin kutuliskan tapi terlalu takut karena cerita-cerita tersebut terlalu vulgar dan sebagainya. Kini, aku tahu harus berbuat apa.

Cantik itu Luka bukan ditulis untukku, pun aku tidak akan memaksa Eka Kurniawan untuk menjadikan buku ini cocok dengan seleraku. Meski demikian, aku tidak keberatan untuk mencoba karya-karya Eka Kurniawan yang lain.

Judul: CANTIK ITU LUKA
Pengarang: EKA KURNIAWAN
Tahun Terbit: 2002
Penerbit: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Rating: 2,5/5
Final Judgement: Worth the read

The Book of ReviewWhere stories live. Discover now