[BUKU] Resilience: Remi's Rebellion (Nellaneva)

68 6 2
                                    

Resensi ini sudah diterbitkan sebelumnya di situs Goodreads pada tanggal 14 Desember 2018.

---

Kesan pertamaku terhadap Remi, sejujurnya, enggak begitu baik. Bicara mengenai Remi sebagai karakter, Remi adalah karakter yang ditulis dengan baik, bahkan sejak awal. Personalisasinya jelas dan nyata, Remi betul-betul bisa jadi salah satu orang yang kamu temui di dunia nyata, mungkin pernah papasan di lorong sekolah waktu SMA dulu. Namun bicara mengenai Remi sebagai orang, Remi di bab-bab awal adalah tipe yang akan aku hindari. Kalau mau jahat, aku akan katakan bahwa masalah terbesar Remi bukan hanya aneh, sulit bergaul, dan tidak punya teman, tetapi juga terlampau judgemental.

Makanya, setelah baca tiga bab pertama dalam novel RESILIENCE: REMI'S REBELLION, aku harus rehat sejenak, tumpahin unek-unekku di jurnal untuk mengosongkan benak dari judgement pribadi yang sudah terbentuk terhadap Remi. Sambil berharap, ke depannya Remi akan berevolusi dan enggak lagi berpikiran begitu sempit terhadap orang-orang di sekitarnya. Seenggaknya, nilai plus bagi Remi adalah dia mau mengakui kekurangannya (termasuk pikiran yang sempit itu -- dia sendiri yang mengakui ketika, parafrase, mengatakan bahwa "Terlalu sering menyendiri membuat pikiran jadi sempit") dan bersedia melakukan sesuatu untuk mengubahnya. Itu adalah satu kualitas yang kukagumi.

And she did! Enggak drastis, dan kadang-kadang Remi mengambil dua langkah maju hanya untuk mundur satu langkah. Namun, progresnya ada. Dan Remi sungguh beruntung karena dia punya teman-teman yang bisa menemaninya, mendukungnya, dan mendengarnya. Kino memang mendapat penghargaan paling besar dalam paruh pertama buku ini, bahkan paruh-paruh berikutnya. Namun, peran teman-teman Remi saat SMA yang lain, mulai dari Adit dan Candra, Vina dan Maura, sampai rekan-rekan Remi di klub ekskulnya enggak bisa dinegasikan begitu aja. Seandainya Remi cuma berteman sama Kino, dia enggak akan ke mana-mana yang terlalu jauh. Remi mungkin enggak 'menyerahkan diri' sepenuhnya pada teman-teman dia yang lain, enggak curhat pada mereka seperti dia curhat pada Kino, misalnya. Tapi kamu enggak harus melulu lebur sepenuhnya dengan semua temanmu. Dengan beberapa orang, kalian cuma klik pada sudut-sudut tertentu dan selebihnya berjalan sendiri-sendiri, dan itu pun bukan masalah. Itu yang bikin relasi pertemanan seru, karena banyak variasi dan sisi.

Pada paruh kedua buku, ada Jois, Elang, dan Emir yang turut meramaikan hidup Remi. Elang adalah kejutan menyenangkan buatku. Beberapa kali aku baca cerita dengan tokoh penyandang disabilitas sebagai supporting role, rasanya agak terlalu mengawang-awang. Terlalu didewakan sebagai sumber 'inspirasi' bagi orang lain. Oh, mereka punya kekurangan, cacat fisik atau mental, tapi mereka tetap bertahan hidup dan terus berkarya, blah blah blah. Tapi Elang normal, layaknya remaja cowok seusianya, yang jail, sok tahu, suka ikut campur, dan sok ganteng sendiri. Tipe adik laki-laki yang ingin kamu uwel rambutnya sekarang lalu cekik lehernya lima belas menit kemudian.

Nellaneva juga berhasil menggambarkan Jois sebagai si teman nyentrik dan Emir sebagai si pangeran es tanpa menjadi stereotipikal. Stereotipe itu seperti asap dan api, mustahil ada kalau enggak ada orang yang menginspirasinya duluan. Tapi saat ini, seringnya orang yang ditulis berdasarkan stereotipe justru jadi tebang rata semua, tanpa quirk pribadi yang membedakan mereka dari orang-orang lain dengan sifat stereotipikal serupa. Singkatnya, tanpa menjadi manusia. Dalam satu ruangan penuh Si Teman Nyentrik dan Pangeran Es, Jois dan Emir bisa langsung kamu kenali sebagai Jois dan Emir, karena terlepas dari stereotipe sifat mereka, mereka punya kepribadian masing-masing yang mandiri dari stereotipe itu, menjadikan mereka individu alih-alih sekadar kumpulan karakteristik.

Secara keseluruhan, RESILIENCE: REMI'S REBELLION adalah novel yang amat kunikmati dan akan kurekomendasikan pada orang-orang. Ada beberapa hal yang enggak kusetujui dan/atau kusukai dari beberapa tokoh dan situasi dalam novel ini. But that's life. Fakta bahwa novel ini masih bisa tetap kunikmati terlepas dari ketidaksetujuan dan ketidaksukaan yang kurasakan, menurutku membuktikan bahwa RESILIENCE: REMI'S REBELLION sebagai novel dan Nellaneva selaku penulisnya enggak bisa diremehkan. Karena seperti yang kusebut di awal, sebagai orang, Remi muda mungkin enggak begitu kusukai, tetapi sebagai tokoh, dia brilian. Good characters don't always have to equal likeable characters.

Cerita yang bagus dengan komponen elemen yang cocok dan penulis yang baik akan tetap jadi cerita yang bagus, despite all the differences ye may have wit it.

JUDUL: Resilience: Remi's Rebellion

PENULIS: Nellaneva (Nellaneva)

GENRE: Teenlit, Young-Adult, slice of life, coming of age, realistic fiction

TAHUN TERBIT: 2018

PENERBIT: BIP Gramedia

RATING: 5/5

FINAL JUDGEMENT: Worth the read, buy the copy!

The Book of ReviewWhere stories live. Discover now