04 - See you again, Dilly

714 73 9
                                    

Jika memang aku tak berhak untuk merebut hatimu kembali, maka biarkan aku untuk melepas semua rindu yang aku rasakan selama ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika memang aku tak berhak untuk merebut hatimu kembali, maka biarkan aku untuk melepas semua rindu yang aku rasakan selama ini.

***

"Fero, anterin bunda ya?"

Baru saja cowok itu akan masuk ke dalam ruangan, sebuah suara dari arah lain seketika menghentikan langkahnya. Alfero berbalik. Cowok itu menatap sang bunda yang berjalan ke arahnya dengan membawa sebuah sapu lidi.

"Kemana bunda?"

"Belanja barang bulanan di pusat perbelanjaan."

Alfero mengangguk. Cowok itu kembali memutar langkah ke arah motornya berada. Dia tidak jadi masuk ke dalam rumah. Lagian dia juga tidak lapar. Jadi tidak ada alasan lain baginya untuk menolak alasan sang bunda.

***

Setelah memarkirkan motornya, Alfero langsung berjalan disamping sang bunda.

"Fero, bunda belanja dulu, ya. Kamu kalau mau nyusul nanti nyusul aja." Alfero mengangguk. Cowok itu membelokkan langkahnya ke arah kios yang menjual berbagai kaos distro kesukaannya. Setelah membeli dua bua kaos berwarna hitam, cowok itu kembali beranjak.

Dia sudah lama menghabiskan waktu untuk memilih-milih kaos. Alfero berniat menghampiri sang bunda. Kasihan juga kalau bundanya harus mendorong kereta dorong yang berisi penuh barang bawaan. Meskipun tidak berat, tapi Alfero tetap tak tega saat melihatnya.

Saat mendekat ke arah pintu pusat perbelanjaan, mata Alfero yang tak sengaja menyapu sekeliling, langsung tertuju ke arah seorang gadis yang berdiri tak jauh dari meja kasir.

Alfero mengerjap. Dia tidak salah lihat kan?

Cowok itu kembali memejamkan mata sebelum akhirnya tanpa diminta kakinya langsung berjalan ke arah sana.

Dan bisa ditebak lagi, rengkuhan dan ungkapan rindu langsung cowok itu utarakan untuk menjawab semuanya.

***

Dilly terpaku saat tubuhnya direngkuh secara tiba-tiba. Apalagi ungkapan rindu yang cowok itu utarakan membuat tubuh Dilly menegang. Terakhir kali Dilly mendengarnya, mungkin sekitar satu tahun yang lalu. Sudah sangat lama sekali.

"Lo kemana aja selama ini. Gue cari lo. Tapi enggak pernah ketemu." Dilly masih diam. Gadis itu tak bereaksi apapun.

Dilly masih bisa merasakan betapa cepatnya detak jantungnya saat ini. Dan tentu saja semua karena cowok yang memeluknya ini.

Dilly mengerjap pelan, dia--dia cowok yang sama yang tidak percaya padanya dulu kan?

Mengingat itu, refleks Dilly langsung mendorong tubuh itu keras. Membuat sang pemilik tubuh langsung mundur beberapa langkah ke belakang.

"Lo salah orang. Maaf, gue bukan orang yang lo cari."

"Ly, maaf, gue tau gue salah. Gue tau kalau gue udah--"

"Udah apa? Udah ninggalin gue dan gak percaya sama gue lagikan?" Dilly tersenyum miris, "Lo bener kok Al, deket sama gue itu enggak ngasih manfaat apapun ke lo. Malah secara enggak langsung, lo ikut terkena dampaknya. Gue emang goblok, IQ gue rendah, malah hampir termasuk golongan sindrom. Gue juga lemah di bidang akademik. Tapi gue sama sekali enggak mau nyebarin hal negatif ke siapapun. Gue enggak mau orang yang deket sama gue ikut dianggap nakal. Senakal apapun gue, gue enggak mau nyakiti orang-orang terdekat gue. Karena dari mereka gue bangkit, dan dari mereka juga gue bisa menjalani hidup gue. Karena gue tahu, sekali seseorang menyakiti hati orang lain apalagi orang itu sudah dianggap istimewa olehnya, kedepannya situasinya bakalan beda, Al. Minta maaf sih, oke. Dimaafkan? Iya. Itu pasti. Tapi untuk menjalani hidup seperti sebelumnya, gue rasa enggak bisa. Karena hati yang patah itu tidak bisa dihilangkan bekasnya. Sekalipun hati itu sudah disatukan kembali."

Dilly menatap iris mata itu sebelum akhirnya pergi dari sana. Alfero hanya diam. Cowok itu memejamkan matanya.

Iya. Dia sadar. Sadar telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dia telah melukai gadis yang ia sayangi. Dan sekarang, saat semuanya ingin diperbaiki, jarak kembali datang, menjauhkan rindu yang semakin melebarkan luka karena tak kunjung mendapat balasan. Dan itu semua karena sebuah kesalahan yang dulu ia lakukan.

Sebodoh-bodohnya Dilly dalam bidang akademik, ternyata Alfero baru tahu kalau dia lebih bodoh dari itu. Bodoh karena telah menyakiti hati seseorang yang ia cintai, dan saat ingin memperbaiki, rasa yang gadis itu rasakan sudah tak sama lagi.



Malang, 13 April 2019

Jangan lupa komennya yaw🐱❤ . Terimakasih.

Next? Spam aja hehe.

HurtedWhere stories live. Discover now