Prolog

2.6K 48 2
                                    

Perang Batarayudha di Kurukshetra, merupakan bagian penting dari wiracarita Mahabharata. Seperti yang diketahui, perang ini dilatarbelakangi perebutan kekuasaan antara lima putra Pandu (Pandawa) dengan seratus putra Dretarastra (Kurawa). Pertempuran berlangsung selama 18 hari. Pertempuran berlangsung pada saat matahari muncul dan harus segera diakhiri pada saat matahari terbenam. Kedua belah pihak bertarung di dataran Kurukshetra dan detiap hari terjadi pertempuran yang berlangsung sengit dan mengesankan.

Mahabharata sendiri merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahabharata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Kurawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.

Serial Mahabharata yang tayang di televisi dimulai saat pertemuan Raja Sentanu dengan Setyawati. Kisah mereka bisa dibaca di : Kisah Tokoh-Tokoh Mahabharata

6 diantara 18 kitab Mahabharata berisi tentang perang Batarayudha di Kuruhsetra. Kitab kitab tersebut adalah :

1. Udyogaparwa, berisi kisah tentang persiapan perang keluarga Bharata (Bharatayuddha). Dimana Kresna yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian. Masing masing pihak baik Pandawa dan Kurawa mencari sekutu sebanyak-banyaknya.

2. Bhismaparwa, merupakan kitab awal yang menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci antara Kresna dan Arjuna menjelang perang berlangsung. Dalam kitab ini juga diceritakan gugurnya Bisma pada hari kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.

3. Dronaparwa,  menceritakan kisah pengangkatan Drona sebagai panglima perang Kurawa. Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.

4. Karnaparwa, menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh Duryudhana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain.

Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Biima. Salya menjadi kusir kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna pada hari ke-17.

5. Salyaparwa, berisi kisah pengangkatan Raja Salya sebagai panglima perang Kurawa pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang.  Diceritakan juga  perkelahian antara Duryudhana dan Bima yang menyebabkan Duryudhana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.

6. Sauptikaparwa, berisi kisah pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang.

Dalam perang Batarayudha setiap pihak memiliki jumlah pasukan yang besar. Pasukan tersebut dibagi ke dalam divisi (aksohini). Setiap divisi berjumlah 218.700 prajurit yang terdiri dari: 21.870 pasukan berkereta kuda, 21.870 pasukan penunggang gajah, 65.610 pasukan penunggang kuda, 109.350 tentara biasa (infantri)

Perbandingan jumlah mereka adalah 1:1:3:5. Pasukan pandawa memiliki 7 divisi, total pasukan=1.530.900 orang. Pasukan Kurawa memiliki 11 divisi, total pasukan=2.405.700 orang. Total seluruh pasukan yang terlibat dalam perang=3.936.600 orang.

Jumlah pasukan yang terlibat dalam perang sangat banyak sebab divisi pasukan kedua belah pihak merupakan gabungan dari divisi pasukan kerajaan lain di seluruh daratan India.

Senjata yang digunakan dalam perang di Kurukshetra merupakan senjata kuno dan primitif, contohya: panah; tombak; pedang; golok; kapak- perang; gada; dan sebagainya. Para kesatria terkemuka seperti Arjuna, Bisma, Karna, Aswatama, Drona, dan Abimanyu, memilih senjata panah karena sesuai dengan keahlian mereka. Bima dan Duryodana memilih senjata gada untuk bertarung.

Meskipun demikian, tidak selamanya kesatria tersebut hanya menggunakan satu jenis denjata saja. Kadangkala, Bima menggunakan panah, sedangkan Abimanyu menggunakan pedang.

Formasi militer adalah hal yang penting untuk mencapai kemenangan dalam peperangan. Dengan formasi yang baik dan sempurna, maka musuh juga lebih mudah ditaklukkan. Ada beberapa formasi militer yang disebutkan dalam Mahabharata, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Beberapa macam formasi militer tersebut sebagai berikut: Krauncabyuha (formasi bangau),  Cakrabyuha (formasi cakram/melingkar), Kurmabyuha (formasi kura-kura), Makarabyuha (formasi buaya), Trisulabyuha (formasi trisula), Sarpabyuha (formasi ular), Kamalabyuha atau Padmabyuha (formasi teratai) dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sulit mengindikasi dengan tepat makna dari nama-nama formasi tersebut. Nama formasi mungkin saja mengindikasi bahwa sebuah pasukan memilih suatu bentuk tertentu (seperti elang, bangau, dll.) sebagai formasi, atau mungkin saja nama suatu formasi berarti strategi mereka mirip dengan suatu hewan/hal tertentu.

ATURAN PERANG

Dua pemimpin tertinggi dari kedua belah pihak bertemu dan membuat "peraturan tentang perlakuan yang etis" (Dharmayuddha) sebagai aturan perang.

Peraturan tersebut sebagai berikut:

1. Pertempuran harus dimulai setelah matahari terbit dan harus segera dihentikan saat matahari terbenam.

2. Pertempuran satu lawan satu; tidak boleh mengeroyok prajurit yang sedang sendirian. Dua kesatria boleh bertempur secara pribadi jika mereka memiliki senjata yang sama atau menaiki kendaraan yang sama (kuda, gajah, atau kereta).

3. Tidak boleh membunuh prajurit yang menyerahkan diri. Seseorang yang menyerahkan diri harus menjadi tawanan perang atau budak.

4. Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang tidak bersenjata.

5. Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang dalam keadaan tidak sadar.

6. Tidak boleh membunuh atau melukai seseorang atau binatang yang tidak ikut berperang.

7. Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit dari belakang.

8. Tidak boleh menyerang wanita.

9. Tidak boleh menyerang hewan yang tidak dianggap sebagai ancaman langsung.

10. Peraturan khusus yang dibuat untuk setiap senjata mesti diikuti. Sebagai contoh, dilarang memukul bagian pinggang ke bawah pada saat bertarung menggunakan gada.

Bagaimanapun juga, para kesatria tidak boleh berjanji untuk berperang dengan curang. Meskipun aturan perang telah disepakati, banyak prajurit dan kesatria dari kedua belah pihak yang melanggarnya, dan tidak jarang mereka melakukannya.

Dalam setiap pertarungan yang terjadi dalam 18 hari tersebut, ksatria yang tidak terbunuh dan berhasil mempertahankan nyawanya adalah pemenang karena pertempuran tersebut adalah pertempuran menuju kematian. Siapa yang bertahan hidup dan berhasil memusnahkan lawan-lawannya, dialah pemenangnya.

BATARAYUDHA DI KURUHSETRAWhere stories live. Discover now