HARI KE-7

1K 27 0
                                    

Pada hari ketujuh, pasukan Kurawa di bawah instruksi Bisma membentuk formasi Mandala (formasi lingkaran-lingkaran). Masing-masing lingkaran dilengkapi dengan pasukan gajah dan tujuh kereta. Setiap kereta dinaiki seorang perwira yang memikmpin sepuluh prajurit pemanah, setiap prajurit pemanah dikawal oleh sepuluh prajurit penangkis panah. Semua prajurit membawa senjata lengkap. Di tengah-tengah formasi lingkaran-lingkaran itu, Duryudhana berdiri gagah, bagaikan Batara Indra dari kahyangan. Ia mengenakan pakaian kebesaran, lengkap dengan atribut dan senjata-senjata saktinya.

Untuk mengantisipasinya, Yudistira menginstruksikan agar pasukan Pandawa membentuk formasi Bajra atau formasi halilintar.

Pertempuran di hari ketujuh berlangsung sangat sengit. Matahari belum sepenggalah tingginya ketika terjadi pertarungan satu lawan satu di seluruh padang Kurukshetra. Bisma berhadapan dengan Arjuna, Drona dengan Wirata, Aswatama dengan Srikandi, Duryudhana dengan Dristadyumna, Salya dengan Nakula dan Sadewa, Raja Awanti bersaudara, Winda dan Anuwinda dengan Yudhamanyu, Kritawarma - Citrasena - Wikarna - Durmarsa dengan Bima.

Terlihat pula pertarungan sengit antara Bhagadatta dengan Ghatotkaca, Alambasa dengan Satyaki, Bhurisrawa dengan Dristaketu, Kripa dengan Chekitana, dan Srutayu dengan Yudhistira

Arjuna berhasil merusak formasi Mandala, sehingga Bisma maju untuk menghadapinya.

Sementara itu, Drona bertarung menghadapi Wirata Raja

Matsya.

Dengan serangan panahnya, Drona membuat kereta perang Wirata lumpuh. Kemudian Wirata meloncat dari keretanya untuk berpindah ke kereta Sangka, putranya. Meskipun Wirata dan Sangka sudah menggabungkan kekuatan, namun Drona masih tak terkalahkan. Sebaliknya, Drona berhasil menembakkan empat batang panah penembus baju zirah ke arah Sangka. Panah tersebut bersarang di dada Sangka, kemudian merenggut nyawanya.

Sanga bertempur dengan gagah berani, tetapi akhirnya tewas, menyusul saudara-saudaranya, Uttara dan Sweta, yang gugur di hari pertama.

Di hari ketujuh itu, Srikandi mengalami nasib buruk. Keretanya dihancurkan Aswatama, hingga ia terpaksa melompat turun. Dengan pedang dan tameng ia terus menyerang Aswatama. Kesatria itu melemparkan tombaknya, tepat mengenai pedang Srikandi dan membuatnya patah menjadi dua. Srikandi tidak gentar dan terus menyerang. Dengan sekuat tenaga ia mengayunkan pedangnya yang puntung ke arah Aswatama, tetapi putra Drona itu sempat mengelak. Sebagai balasan, Aswatama melesatkan panah berantai, membuat Srikandi lari menghindar dan melompat ke kereta Satyaki.

Sementara itu Satyaki bertarung menghadapi raksasa Alambusa, tetapi kemudian Alambusa mundur, melarikan diri, karena tak sanggup menghadapi gempuran lawannya.

Sedangkan Drestadyumna menghadapi Duryudhana.

Satyaki berhasil mengalahkan raksasa Alambusa, sementara Drestadyumna berhasil melukai tubuh Duryudhana dengan tujuh anak panah. Kemudian panah-panah menembus tubuh kuda dan kusir kereta Duryudhana sehingga kendaraan tersebut lumpuh. Kereta Duryudhana dapat dihancurkan. Duryudhana meloncat dari keretanya lalu diselamatkan oleh pamannya, Sangkuni.

Di tempat lain, Srikandi maju menghadapi Bisma. Bisma tidak menghiraukan Srikandi karena kesatria tersebut bersifat kewanitaan, sehingga ia lebih memilih menghancurkan pasukan Srinjaya, sekutu Pandawa.

Kritawarma menggempur Bima dengan garang tetapi akhirnya dapat dikalahkan dengan mudah. Keretanya hancur dan ia terpaksa melompat ke kereta Sangkuni dengan tubuh penuh panah tertancap. Dari jauh ia tampak seperti seekor landak yang lari terbirit-birit.

Raja Awanti bersaudara,Winda dan Anuwinda, dapat ditaklukkan Yudhamanyu. Pasukan Kerajaan Awanti hancur lebur. Sementara itu,Bhagadatta menyerang Gatotkaca dengan hebat, hingga putra Bima itu terpaksa mundur dan meninggalkan arena pertempuran. Pasukan Kurawa bersorak-sorak senang karena kemenangan mereka.

Hari sudah menjelang senja, tetapi Yudhistira masih terus bertempur dengan garang, berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Kali ini ia terluka terkena anak panah Srutayu yang dengan tepat dapat menghancurkan senjata Dharmaputra yang dilemparkan ke arahnya.

Yudhistira menjadi marah dan membalas dengan melepaskan anak panah mahasakti yang membuat kuda dan sais kereta Srutayu hancur. Satu anak panah tepat mengenai dada Srutayu dan membuatnya terpelanting ke tanah. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba lari meninggalkan arena pertempuran.

Di saat itu juga, Salya sedang berhadapan dengan kedua kemenakannya. Kereta Nakula dapat dihancurkan oleh Salya, sehingga Nakula terpaksa melompat ke kereta Sadewa. Kemudian mereka bersama-sama menggempur Salya. Beberapa anak panah Sadewa tepat mengenai Salya, membuat raja itu terluka. Sais keretanya yang setia cepat-cepat menyelamatkannya keluar dari arena pertempuran. Kekalahan itu membuat semangat balatentara Duryudhana merosot.Dalam pertempuran Kripa melawan Chekitana, mahaguru itu menghancurkan kereta dan membunuh sais kereta Chekitana. Tetapi, Chekitana terus melakukan perlawanan sengit. Bola besi yang dilontarkannya ke arah kereta Kripa menghancurkan kereta itu dan membuat guru tua itu terpaksa melompat turun. Kemudian mereka berhadapan dan bertarung di tanah dengan pedang terhunus. Alangkah sengitnya pertarungan kedua kesatria itu. Mereka saling menusuk dan melukai. Keadaan seimbang dan masing-masing terluka parah.Ketika melihat keadaan mereka yang semakin lemah, Bima mengangkat Chekitana yang berlumuran darah ke keretanya, sementara Sangkuni segera melarikan Kripa dengan keretanya, keluar dari medan pertempuran dengan meninggalkan jejak tetesan darahdi tanah. Walaupun di tubuhnya tertancap hampir seratus anak panah Dristaketu, Bhurisrawa tampak bagaikan sinar matahari. Cahaya benderang memancar dari tubuhnya, wajahnya bersinar-sinar. Dalam keadaaan luka parah seperti itu, Bhurisrawa terus melawan hingga Dristaketu terpaksa mundur meninggalkan arena.

Di sisi lain, Abimanyu menghadapi tiga saudara Duryudhana. Mereka dapat ditaklukkannya dengan mudah.Meskipun telah menang, Abimanyu tidak bersikap kejam. Dibiarkannya ketiga tawanannya, tidak dibunuhnya, sebab Bima telah bersumpah akan menghabisi nyawa mereka semua.

Pada saat itu Bisma datang melindungi mereka dan kemudian bertempur melawan Abhimanyu.Melihat itu, Arjuna meminta Krishna untuk mengepung Bisma.Kesatria tua itu menghadapi Arjuna yang dibantu oleh Pandawa lainnya.

Pertempuran antara Bisma dan Pandawa berlangsung hingga matahari terbenam. Tetapi,sesuai kesepakatan mereka, pertempuran diakhiri tepat ketika matahari tenggelam di kaki langit.

Mereka yang luka, ringan atau berat, sedapat mungkin diselamatkan nyawanya. Setelah makan malam, para prajurit dihibur oleh para penghibur yang menyajikan musik dan tari-tarian.Dalam acara tersebut juga dihidangkan aneka minuman dan para prajurit boleh minum sepuas puasnya. Hiburan itu untuk melupakan keletihan, kekalahan dan kengerian pertempuran di siang harinya.

Pada hari tersebut, para kesatria Kurawa lebih banyak menderita kekalahan dibandingkan pihak Pandawa. Hal tersebut membuat Dretarastra, ayah para Kurawa merasa sedih. Sanjaya, penasihat

Dretarastra mengatakan bahwa ia tidak perlu bersedih sebab kehancuran putra-putranya disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri.

Sanjaya menambahkan, bahwa kematian para kesatria yang gugur di medan perang akan membuka jalan surga bagi mereka.

BATARAYUDHA DI KURUHSETRAWhere stories live. Discover now