HARI KE-14

1.8K 18 0
                                    

Pada hari keempat belas, Arjuna berencana untuk membunuh Jayadrata. Namun ribuan ksatria dan prajurit dari pihak Kurawa melindungi Jayadrata dan memisahkannya dengan Arjuna.
Saat berusaha mencari Jayadrata di medan pertempuran, Arjuna menghancurkan satu aksauhini (109.350 tentara) prajurit Kurawa. Pasukan Kurawa melindungi Jayadrata dengan baik, untuk mencegah Arjuna menyerangnya.

Akhirnya, Arjuna mendapati bahwa Jayadrata dikawal oleh Karna dan lima kesatria perkasa lainnya. Sampai hari menjelang sore, Arjuna belum berhasil menjangkau Jayadrata dan membunuhnya.
Sesuai dengan sumpahnya, apabila sampai malam tiba Arjuna belum berhasil membunuh Jayadrata maka ia akan membakar dirinya sendiri.

Kresna yang melihat Arjuna dalam kesusahan mencoba membantunya dengan membuat gerhana matahari buatan. Kresna mengangkat Sudarsana Cakra-nya untuk menutupi matahari, menipu seolah-olah matahari terbenam. Seluruh prajurit menghantikan pertempuran karena merasa bahwa siang hari telah berakhir. Dengan demikian, Jayadrata tanpa perlindungan.

Saat suasana menjadi gelap, pihak yang bertarung merasa bahwa perang pada hari itu sudah berakhir karena malam sudah tiba. Pasukan Kurawa yang melindungi Jayadrata pulang ke kemah mereka.
Pada saat Jayadrata tak terlindungi, matahari muncul kembali dan ternyata hari belum malam.

Saat matahari menampakkan
sinar terakhirnya di hari tersebut, Arjuna meminta Kresna agar mendekat ke arah Jayadrata. Saat sudah hampir dekat, Arjuna melepaskan anak panahnya dan memenggal kepala Jayadrata dengan panah tersebut. Jayadrata tewas seketika.

Setelah kematian Jayadrata, pertempuran di medan Kurukshetra makin hari makin bertambah sengit. Pada hari ke-14 malam, perang tetap terjadi tanpa dihentikan sehingga melanggar aturan yang telah disepakati.
Aturan-aturan perang sudah ditinggalkan, dilanggar, dan tak dihiraukan lagi. Kedua pihak merasa bahwa pertempuran di siang hari saja tidak cukup. Maka perang diteruskan sampai malam. Kedua pihak masih terus bertempur.

Saat bulan tampak bersinar,
Gatotkaca, putra Bima membunuh banyak kesatria, dan menyerang lewat udara.
Dua kesatria muda paling terkenal yang menjadi pujaan di medan Kurukshetra adalah Abimanyu dan Gatotkaca. Mereka dipuja dan disayang Pandawa karena berjiwa besar, berwatak kesatria, pemberani dan sakti mandraguna. Setelah Abimanyu gugur, tinggal Gatotkaca yang menjadi tumpahan kasih sayang Pandawa. Putra Bima yang beribu Arimbi dan berdarah raksasa itu dengan pasukan raksasanya memberikan bantuan penting bagi Pandawa, lebih-lebih setelah pertempuran diteruskan sampai malam. Pasukan raksasa yang dipimpinnya lebih tangkas dan lebih mahir bertempur di kegelapan malam. Ia menyerang pasukan musuh dengan para raksasa yang garang-garang. Ribuan balatentara Kurawa dibunuh oleh para raksasa itu.

Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari.

Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat.Prajurit Kurawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Kurawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuranhari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.

Duryudana cemas dan putus harapan karena tak terbilang banyaknya prajuritnya yang mati. Pertempuran di malam hari ternyata jauh lebih mengerikan daripada di siang hari.
Duryudana menderita luka parah saat menghadapi Gatotkaca putra Bima. Ia pun mendesak Karna supaya menggunakan pusaka Konta untuk membunuh Gatotkaca.

"Karna, bunuhlah Gatotkaca. Kalau tidak, dalam waktu singkat seluruh balatentara kita akan habis. Bunuh Gatotkaca! Sekarang juga!" kata Duryudana mendesak Karna .Walaupun badannya masih letih karena bertempur sepanjang hari, Karna merasa ngeri melihat Gatotkaca dan pasukan raksasanya mengamuk di malam hari. Hatinya panas membayangkan kemusnahan yang diakibatkan amukan Gatotkaca. Kemarahannya membuat hatinya serasa ditusuk-tusuk, hingga ia memutuskan untuk menumpas habis pasukan raksasa yang dipimpin Gatotkaca. Ia ingat tombak hadiah dari Dewa Indra yang semula akan digunakannya untuk membunuh Arjuna.

Kemudian Karna bangkit, menerjang ke depan, dan menghadapi kesatria Pandawa berketurunan raksasa itu. Sungguh menyeramkan pergumulan mereka. Mula-mula Karna hanya bertahan, tetapi tiba-tiba ia mengerahkan tenaganya untuk menyerang. Sesaat Gatotkaca lengah dan Karna berhasil menusuk dadanya dengan tombak sakti pemberian Batara Indra. Gatotkaca yang menerima serangan tersebut lalu memperbesar ukuran tubuhnya. Gatotkaca menyadari ajalnya sudah dekat sebelum ajal menjemput ia masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Kurawa.

Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca.

Sesuai janji Dewa Indra, pusaka Konta pun musnah hanya dalam sekali penggunaan.

Kresna selaku penasihat pihak Pandawa merasa senang karena dengan demikian, nyawa Arjuna bisa terselamatkan. Ia mengetahui kalau selama ini Karna mempersiapkan pusaka Konta untuk membunuh Arjuna.

Catatan tambahan : pusaka kunta adalah senjata yang diberikan oleh Dewa Indra kepada Karna sebelum perang dimulai. Senjata tersebut hasil pertukaran dengan kavacha dan anting Karna.
(Selengkapnya bisa baca di cerita saya yang betjudul Tokoh Mahabharata bagian KARNA.)

BATARAYUDHA DI KURUHSETRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang