Abang, atas atau bawah?

22.9K 2.3K 219
                                    

Vote jangan lupa.
Klo nggak mau cerita ini saya up sebulan sekali.

💋

Entah apa yang dipikirkan Banyu, karena semenjak ia tiba di rumahnya, bibirnya tak henti bersiul. Ibunya sampai menggeleng kepala melihat tingkah aneh anaknya yang berlangsung sejak lima belas menit yang lalu.

Sengaja, Farida tidak menganggu. Ia hanya memperhatikan anaknya yang tiba dua puluh menit usai waktu sholat maghrib.

"Kamu ketemu Munah?"

Gerakan tangan yang tengah mengaduk kopi, terhenti.

"Kelihatan lain. Macam aura lagi kasmaran."

Banyu mengulum bibirnya. Tidak ada senyum atau gelagat seperti yang disebutkan ibunya.

"Kasmaran?"

Farida berdeham. Sepengamatannya, baru kali ini Bayu menghabiskan waktu yang cukup lama untuk segelas kopi.

Biasanya juga, cepat dan buru-buru naik lagi ke kamarnya.

"Kamu nggak ninggalin Ara, kan?"

"Nggak."

Farida bernafas lega. Bisa saja, Banyu meninggalkan Ara pas ketemu Munah. Nggak enak kan, sama Risa?

Panjang umur. Baru saja Farida menyebutkan nama tetangganya, Mama Ara sudah masuk.

"Kirain ke mana." Risa meletakkan rantang lupeware, di atas meja sebelum menarik bangku dan duduk berhadapan dengan Farida.

Memperhatikan Banyu yang masih setia dengan kegiatan mengaduk tanpa merasa terganggu dengan kehadirannya.

"Malam-malam ngopi. Bisa tidur nanti?"

Senyum tipis Banyu, hanya bertahan dia detik. "Bisa Ma."

Risa ikut tersenyum, " Aku bawa ini Kak. Suruh antar Ara malah nggak mau. Pulang-pulang ngomel nggak jelas. Seharian ini, aneh kelakuannya."

Dengan cepat, Farida menatap putra semata wayangnya. Tidak ada yang aneh memang. Tapi, ia tidak pernah melihat tingkah Banyu hari ini.

"Ara nyusahin kamu, Bang?"

Santai, Banyu menarik bangku. Duduk di samping ibunya.

"Nggak Ma."

Mata Farida memicing. Terlalu santai. Sementara anak tetangga yang baru saja dibawa pulang putranya, sedang tidak baik-baik saja.

"Aneh gimana, Ris?" tidak mau tinggal diam, seolah-olah Banyu baru saja direpotkan, Farida perlu tahu.

"Gini loh Kak. Kan waktu jemput dia di konter, Ara nanyain. Aku sama Abang pacaran nggak. Terus, pulang-pulang tadi dia malah ngomel. Katanya Abang, ngajak dia goyang. Dia nggak mau punya ayah tiri omes."

Banyu menggaruk tengkuknya, mendengar penjelasan serius mama Ara.

"Omes, apa itu?"

Risa terbelalak. "Kakak nggak tahu?"

Memundurkan bangku ke belakang, Banyu bangun. Ingin pergi dari pembicaraan yang melibatkan dirinya.

Namun, ia kalah cepat ketika tangan ibunya menahan langkahnya dengan menarik sarung yang dikenakannya.

Menggeleng dengan raut wajah penasaran, Farida memaksa Banyu menempati tempat semula.

"Kamu aja yang jawab, Bang."

Banyu memejamkan matanya. Kosa kata dari mana, dan siapa yang dimintai pertanggungjawaban.

"Ap---"

"Lama banget sih! Kalau keluar bukannya hp dibawa. Dari tadi getar terus."

Ranjang TetanggaWhere stories live. Discover now