Mau punya anak berapa?

19.9K 2.6K 427
                                    

.
Ditanyai bu Farida perihal dirinya yang tidak datang saat makan malam dan sarapan tadi pagi, mencuat beberapa alasan yang tidak masuk ke logika istri pak Darma. 

Bagaimana bisa wanita paruh baya itu mengerti. Jawaban tetangga sekaligus menantu incarannya sungguh membingungkan. 

"Ara masak, Buk. Makanya nggak datang." 

Sejak kapan gadis itu repot-repot masak? 

Dan jawaban kedua, lebih memusingkan. "Kasian Abang, lihat Ara bukannya kenyang. Malah kelaperan." 

"Tapi, Banyu nganterin sarapan kan tadi pagi?" 

Ara mengangguk. Ia merogoh kunci rumahnya. Membuka pintu dan mempersilakan bu Farida masuk. 

"Kamu pulang jam segini, mana sempat masak, Ra. Keburu lapar. Nggak takut magh?" 

Senyum Ara sungguh menggembirakan sudut hati bu Farida. Senyumnya aja begini, Nyu. Yakin nggak kepincut? 

"Nggak lah Buk. Mana ada lama masak mie." 

"Jadi yang kamu bilang masak itu, masak Supermie?" 

Ara mengangguk. Dirinya tidak sadar, kalau bu Farida hampir jantungan. 

"Nggak bagus lo Ra. Mie itu banyak pengawet. Kalau kamu sakit, Ibuk yang sedih." seperti biasa, naluri seorang ibu keluar, jika mengetahui anaknya asal makan, tanpa peduli efek ke depan. 

Ara terkekeh. Bukan kali pertama ia mendengar bu Farida mengomel pasal makannya. 

"Ara mau nanya dong, Buk." Ara duduk di samping bu Farida. Inginnya tadi, pulang langsung mandi. Tapi, bertemu bu Farida di depan rumahnya sebuah kebahagiaan. 

Ada hal yang ingin dipastikan. 

"Mau nanya apaan?" mata Farida menyisir ruang tamu tetangganya. 

Lumayan rapi, dari terakhir yang ia masuk. 

"Kalau laki-laki sering cium-cium, itu bahaya nggak? Maksud Ara, apa harus dihindari?" 

Pertanyaan yang dilontarkan Ara, terlalu santai. Tapi, seperti ada petir yang menghantam ibu Banyu. 

"Siapa yang cium Ara? Pacar Ara? Apa dia maksa? Eh, sejak kapan Ara pacaran?" 

"Ibuk kenapa? Ara kan cuma tanya. 

Kalau dicium memang harus pacaran?" 

Farida menggeleng, maksudnya bukan itu. Masih panik, ia menjelaskan pada gadis yang ingin sekali diangkat menjadi menantunya. 

"Gini loh Ra. Laki-laki yang baik itu nggak akan menyentuh wanita sebelum ada kata sah. Artinya laki-laki itu tidak baik. Sekarang, bilang sama ibu----" 

"Berarti Abang nggak baik dong?" 

Apa? Seketika Farida bodoh. Apa maksud Ara? 

"Banyu? Dia ngapain kamu, Ra? 

Abangmu nggak macam-macam, kan?" 

Ranjang TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang