Photography

105 15 1
                                    

    Di pagi yang cerah, tepatnya di Kota Bafsdar kesibukan mulai mendominasi. Diawali dengan secangkir kopi hangat, para pekerja bersama kendaraannya mulai menempati perannya sebagai pengisi jalan. Klakson yang saling bersahutan menjadi sapaan pagi paling membosankan bagi seluruh isi kota.

    Salah satunya yaitu, seorang pemuda gagah dengan tulisan Gaza sebagai tanda pengenalnya. Udara pagi yang lumayan sejuk membangkitkan minatnya untuk meneguk segelas cokelat hangat ditemani dengan hiruk piuk cafe yang ia singgahi. Tak lupa buku jurnal yang selalu ia bawa kemana-mana ikut sibuk dengan pena yang menari diatasnya. Setiap selesai menyusun untaian kata, sesekali ia mengamati sekitar dan meneguk cokelat hangatnya.

    Suara decitan alas kaki yang beradu dengan ubin, menghentikan fokus Gaza dari jurnalnya yang sedari tadi ia tekuni. Mendongakkan kepalanya, suara pria tua dengan koran di tangannya menyambutnya.

Arkais: Permisi, nak.

Sapa pria tadi sambil tersenyum, yang dia balas dengan senyuman pula.

Arkais: Jika saya duduk disini, anda tidak merasa keberatan kan? Kursi lain sudah penuh.

Ucap si pria tadi dengan senyuman canggung dibibirnya,

Gaza: Tentu saja Pak, saya juga sedang ingin punya teman bicara.

Tanpa menjawab perkataan Gaza, Arkais langsung mendudukkan bokongnya pada kursi kosong yang letaknya tepat dihadapan Gaza, tak lupa koran yg ia bawa sudah tertata rapi di atas meja.

Arkais: Saya merasa anda tidak menyangka dengan kedatangan seorang lelaki tua untuk diajak berbicara.

    Sebaris kalimat itu sukses mengundang tawa Gaza dan Arkais sendiri. Setelahnya Gaza menutup buku jurnalnya dengan kekehan yang masih tersisa.

Gaza: Anda memang benar, tetapi saya pikir mengobrol dengan seseorang yang lebih dewasa sesuatu yang sangat menarik.

    Timpal Gaza, disusul dengan uluran tangannya yang kemudian jadi penerus obrolan panjang mereka.

    Saat teringat akan sesuatu, Arkais buru-buru meneguk habis sisa kopi yang dipesannya dan mulai melipat kembali koran yang sedari tadi ia biarkan menganggur.

    Karena penasaran melihat tindakan yang dilakukan pria dihadapannya, Gaza berinisiatif untuk bertanya.

Gaza: Kenapa anda terlihat buru-buru sekali?

Arkais: Aku baru ingat amanah istriku Kayleona, dia menyuruhku untuk mampir di toko roti yang letaknya tak jauh dari sini.

Karena waktu santai yang sudah dirasa cukup, Gaza memutuskan untuk ikut menemani Arkais keluar dari cafe.

-

Sementara ditempat lain, sepasang kaki panjang melangkah dengan semangatnya tak ketinggalan mimik wajahnya yang begitu gembira.

Arthur: Cia, babang tampan dateng nih!

Sebuah suara yang terdengar begitu memuakkan menghentikan pekerjaan seorang gadis cantik yang bernama Axecia.

Axecia: Heh, mata kambing! Ngapain lagi lu ke sini?!

Tanya si gadis tadi dengan gaya berkacak pinggangnya yang khas,

Arthur: Apa salah klo gue mau bantuin pekerjaan temen gue yang ga kalah menyedihkannya dari tempat ini?

Jawab Arthur disertai pertanyaannya yang terdengar menjengkelkan, tak lupa tatapan menilai ia lemparkan pada pada toko di samping kanannya yaitu 'Antique's Secrery'.

Naskah-naskah Drama [Kemah]Where stories live. Discover now