13. You Broke Me First

10.2K 1.5K 442
                                    

Mari berterima kasih pada teasernya Jimin. Hey jangan lupa vote dan Comment ya~ Aku suka part ini. Boleh baca sambil dengerin lagunya. Minri untuk kalian!








"Cantik..." ujar Taeri lembut. Pelan. Suaranya memang selalu begitu. Terdengar manis dan seksi. Kadang orang-orang mengatakan bahwa mereka berdua memiliki cita rasa suara yang sama.

Jimin langsung menoleh pada Taeri yang berada di sampingnya. Keduanya masih berada di kediaman Hitmore yang megah—hanya berdua. Suasana menjadi begitu hening. Seperti dua makhluk terjebak di dalam kastil yang langit-langit atapnya sangat tinggi. Hanya berdua.

Choi Jimin tengah sibuk membaca kertas-kertas sambil membuka notebooknya. Sementara Taeri duduk di sampingnya tanpa bersuara sama sekali. Hanya menatap Jimin dengan khidmat. Suasana mungkin canggung, kikuk, tetapi keduanya sama sekali tidak berminat untuk angkat kaki. Keduanya menemukan terbiasa dalam ketidak nyamanan.

Sekitar dua jam, Taeri akhirnya membuka suara, membuat Jimin memberikan atensi penuh. Sedari tadi keduanya hanya dapat mendengar pendingin ruangan atau suara napas keduanya. Terlalu hening. Jimin sendiri bahkan tidak tahu harus mengatakan apa—terlebih Taeri terang-terangan menatapnya. Ia menjadi sangat kikuk, tetapi berhasil diselimuti dengan sandiwara sangat baik.

"Kau sedang bercermin?" tanya Jimin dengan kaca mata yang menggantung di hidungnya. Taeri menaikan kedua alisnya. Bertanya-tanya apa maksud Jimin.

"Kau—sedang bercermin di kaca mataku? Kau tadi berkata 'cantik'." ujar Jimin lebih jelas.

Untuk beberapa saat Taeri terdiam dan mencerna baik-baik apa yang Jimin katakan, lalu terkekeh ringan. Jimin baru saja mengatakan bahwa dirinya cantik. Tidak berubah bagaimana pria di depannya ini pandai sekali merayu.

Taeri menggeleng. "Aku memang cantik—tetapi kau—kau cantik sekali. Kau tampan dan cantik secara bersamaan. Matamu, hidungmu, rahangmu, rambutmu, terutama bibir penuhmu. Kau benar-benar cantik, aku sangat menyukai wajahmu. Rasanya menyenangkan dapat melihatnya sedekat ini lagi," jelas Taeri tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari Jimin. Terpesona. Tatapannya menyusuri setiap inchi wajah Jimin.

Dia biasa dipuji dan dipuja. Dia tahu bahwa dirinya cantik dan tampan secara bersamaan. Namun keadaan yang terjadi saat ini, tidak pernah berada dalam ekspektasi Jimin. Gejolak dalam dirinya meletup-letup. Dipuja oleh Kim Teri, membuat darahnya berdesir. Wajahnya lantas memerah. Saat seperti ini, dia berharap agar kaca matanya menjadi buram.

Salah tingkah, senang, tetapi dadanya nyeri. Apa yang dikatakan Taeri menjadi manis sekaligus sendu secara bersamaan, mengingat apa yang terjadi pada keduanya.

Taeri menopang dagunya. Masih menatap Jimin seolah sedang menelanjangi pria itu. Keseluruhan diri Choi Jimin. "Kau pasti hidup dengan sangat nyaman dan bahagia. Aku selalu mencari tahu tentangmu. Membaca buku-buku terbarumu. Aku juga membeli majalah di mana kau diwawancara, atau mendengarkan dan melihatnya dari layar tv. Kau sukses. Kau dipuja. Kau pantas mendapatkannya," ujar Taeri lagi panjang lebar.

"Hanya saja... kau bisa mendapatkannya dengan cara yang lebih baik. Tidak dengan menyakitiku. Mengorbankanku. Kau satu-satunya yang paling aku percaya di dunia ini, Choi Jimin..." tambah Taeri lagi. Kali ini ada kesenduan di mata itu. Nada suara penuh kekecewaan, perih dan sakit.

Jimin termangu. Rasa bersalah menyeruak. Tidak dengan dirinya yang menyakiti Taeri.

"Kau tahu? Sedikitpun, aku tidak pernah berencana melupakanmu. Mungkin aku tidak bisa, mungkin aku memang sengaja. Dendam, adalah satu-satunya yang membuatku bertahan hidup dan berjuang..."

Bagaimana bisa seseorang yang berencana membunuhnya, membencinya, terang-terangan mengaku bahwa sedetikpun, ia masih ada di hatinya. Jika memang ini cerita balas dendam, kenapa malah terdengar seperti kisah romansa yang sangat menyedihkan.

Keep Lying and I'll Help YouWhere stories live. Discover now