21 [End]

1.9K 192 122
                                    

Seulgi meremat dengan gusar kedua tangannya yang bertaut erat saat keheningan terasa seperti menelan ia dan ruang besar bernuansa putih itu bulat-bulat. Hatinya merutuk kesal pada Jimin yang lebih dulu pergi kamarnya, meninggalkan ia dan Jungkook yang pada akhirnya harus terjebak dalam atmosfir seperti ini.

Gadis itu sebenarnya mengerti, bahwa Jimin mungkin hanya ingin memberi waktu untuk ia dan Jungkook agar bisa berbicara berdua. Menyelesaikan apa yang harus diselesaikan dari cerita keduanya tanpa harus merasa terganggu dengan adanya Jimin disana.

Seulgi tentu mengerti itu, hanya saja mungkin akan lebih baik jika Jimin bertanya terlebih dahulu perihal kesediaan keduanya sebelum melenggang pergi seperti itu, agar suasana seperti ini tidak harus terjadi.

Lagi pula waktu telah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam, ditambah pula dengan pemandangan wajah Jungkook yang cukup kusut. Lelaki itu pasti butuh istirahat setelah perjalanan jauh dari tempat plesir mereka.

Seulgi menaikkan pandangannya, membuat hatinya tiba-tiba terasa menghangat saat mata sipitnya bertaut dengan milik Jungkook. Entah bagaimana, tapi Seulgi tiba-tiba merasa begitu rindu.

"Hai, Kook"

Setelah sekian lama saling bungkam, hanya itu kalimat pembuka awal yang dapat Seulgi ucapkan. Membuat rutukan kesal semakin gencar ia arahkan pada dirinya sendiri saat mata bulat Jungkook menatapnya dengan sorot aneh. Seulgi tau sapaannya terdengar bodoh, tapi tentu saja itu masih bisa dimaklumi mengingat ia juga sedang berusaha.

"Kamu gimana?" lanjut Seulgi lagi, terdengar lebih santai seolah kalimat kali ini lebih baik dari sebelumnya.

Jungkook masih mempertahankan keterdiamannya, memperhatikan gerak-gerik sosok di depannya yang tampak kaku dan asing. Ia seperti tidak mengenali Seulgi, karena mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Seulgi menundukan wajahnya sedih saat Jungkook tidak kunjung menyahuti ucapannya. Lelaki itu mungkin sangat kecewa padanya hingga mendiamkannya sampai seperti ini.

Denting jarum-jarum kecil yang terpajang di dinding berdentum lincah dalam runtunan waktu, mengukur setidaknya hampir tiga puluh menit sudah terbuang sia-sia karena hanya diisi dengan keheningan.

"Ya udah deh kalo gitu aku pulang aja, ya? Kamu istirahat-"

"Keadaan kamu gimana?"

Seulgi dengan cepat mendongak, menatap sosok yang dengan perlahan bergeser semakin mendekat ke arahnya itu. Tidak ada lagi jarak besar di antara keduanya, mereka sudah duduk saling berhadapan.

Jungkook memperhatikan infus Seulgi dengan seksama, mengabaikan tatapan lekat gadis itu yang terus terarah padanya.

"Aku dikasih tau kalau kamu sakit, tapi aku gak tau kalau sampai separah ini"

Seulgi menarik senyum tipis, menyadari bahwa Jungkook masih mau bicara padanya. "Aku udah gak papa kok, ini udah kantong yang terakhir, kalo ini habis udah boleh dilepas"

Jungkook mengangguk ringan, kembali menutup rapat mulutnya saat otaknya mulai ia gunakan untuk berpikir keras. Ada begitu banyak yang ingin ia tanyakan pada Seulgi, namun ia sendiri bingung harus memulai semuanya dari mana.

"Uhm.. untuk kejadian kemarin aku mau minta maaf"

Napas Jungkook mendadak tertahan saat Seulgi membuka suaranya dengan tiba-tiba. Matanya menatap sedikit tidak percaya pada gadis yang sudah berubah banyak itu.

Hanya beberapa hari tidak bertemu dan ia sudah melihat Seulgi menjadi sosok yang berbeda. Entah bagaimana, tapi gadis itu berubah menjadi jauh lebih berani untuk mengungkapkan apapun yang ia rasakan dan pikirkan secara gamblang.

Love MenuWhere stories live. Discover now