10

2.4K 308 233
                                    

"Mau apa?" Seulgi mengerjap pelan, masih bertahan dengan tatapan bingungnya. Terlihat sangat menggemaskan dimata Jimin yang sudah mengangguk-angguk dengan antusias.

"Kamu maunya apa? Ngomong aja gak usah malu"

Seulgi menggigit bibir bawahnya pelan. Tatapannya lurus mengarah kejalanan didepan. Entah apa yang gadis itu simpan dikepala cantiknya, Jimin sungguh tidak bisa menebaknya sedikitpun.

Setelah beberapa saat tenggelam dalam keheningan, Seulgi lalu menolehkan kepalanya pada Jimin yang hanya ikut bergeming menanti jawabannya dengan sabar. Binar dimata sipit lelaki itu tidak kunjung surut bahkan sejak dari mobil ini berhenti. Membuat Seulgi mengelus alisnya dengan gugup.

Tidak tahan dengan tatapan itu, Seulgi lalu memalingkan wajahnya kesamping kiri, dimana ia menemukan sebuah minimarket 24 jam yang cukup ramai oleh pengunjung. Dan kedua sudut bibirnya secara otomatis tertarik samar.

"Oh! Maksudnya ini, ya?"

"Hm?"

Seulgi menunjuk-nunjuk minimarket itu dengan mata yang sedikit melebar. "Kamu mau beli sesuatu, kan?"

"Hah?"

"Tadi kan kamu nawarin aku maunya apa"

Jimin terpaku dan menatap Seulgi dengan pandangan sedikit tidak percaya. Umpan Seulgi tadi padahal sudah bagus sekali, tapi setelah Jimin menangkapnya, Seulgi malah pura-pura tidak mengerti. Atau mungkinkah sebenarnya dari awal memang gadis ini tidak bermaksud untuk memancing Jimin?

"E-eh itu.. aku.." Jimin menggigit bibirnya gusar. Menatap kosong pada Seulgi yang sekarang sudah mengangkat alis menunggu Jimin melanjutkan ucapannya.

"Aku.." Jimin menghela nafas panjang. Ia akhirnya menyerah dengan bahu yang sedikit merosot. "Iya aku mau beli rokok bentar. Kamu mau nitip sesuatu?"

Nada lesu yang sangat ketara itu sontak saja membuat Seulgi menutup mulutnya menahan tawa. Meninggalkan sedikit kernyitan didahi Jimin yang ternyata belum juga mampu mengerti situasinya.

"Kok malah ketawa? Jadi nitip gak nih?"

Seulgi rasanya sudah gemas sekali saat melihat raut sebal yang sama sekali tidak berusaha lelaki itu tutupi. Seulgi mengakui bahwa Jimin adalah lelaki yang cukup ekspresif, tapi sayang sekali gerakannya sangat lambat.

Apa hanya jika ia sedang berada dalam keadaan mabuk baru Jimin bisa mencurahkan perasaannya secara terbuka?

Baiklah kalau begitu, Seulgi akan kembali memberi lelaki itu kesempatan besar malam ini.

"Aku ikut deh"

Gadis itu lalu bergegas melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Meninggalkan Jimin yang sudah memijat keningnya dengan frustasi.

"Sial banget. Dimainin mulu gue!"

******

Jimin mengikuti langkah Seulgi sambil terus mendorong troli. Gadis itu berjalan dengan santai tepat didepannya, memilih beberapa produk untuk kemudian memasukkannya kedalam troli yang sedang Jimin dorong. Persediaan makanan diflatnya sudah menipis, jadi Seulgi memutuskan agar sekalian saja membeli beberapa kebutuhannya.

Gadis itu tadinya mau membawa trolinya sendiri, namun Jimin bersikeras untuk menawarkan bantuan, membuat Seulgi mau tidak mau menerimanya.

Jimin mengikuti langkah Seulgi tanpa banyak bicara, meskipun hatinya masih diliputi kekecewaan yang besar, namun pemandangan punggung mungil didepannya ternyata cukup membuat perasaannya sedikit membaik.

Semua yang ia lihat saat ini membuat angannya melayang jauh pada impiannya beberapa tahun mendatang, dimana pemandangan ini pasti akan menjadi rutinitasnya setiap minggu ketika mereka sudah resmi menikah nanti.

Love MenuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora