14

2.5K 278 207
                                    

"Jimin.."

Seulgi bergumam lirih, membuat senyum dikedua sudut bibir lelaki itu semakin melebar. Kakinya melangkah ringan, mendekati Seulgi yang masih menatapnya terpaku ditepi ranjang.

"Kok ngeliatinnya gitu?"

Jimin menaikkan satu alisnya, menggoda Seulgi yang sekarang sudah mulai menatapnya penuh antisipasi.

"Kenapa sih kamu?"

Gadis itu masih bungkam. Bahkan setelah Jimin sampai tepat dihadapannya, belum juga ada tanda-tanda Seulgi mau membuka mulutnya.

Jimin menahan senyum gelinya saat melihat tatapan mata Seulgi yang masih nampak begitu was-was. Gadis itu sepertinya sudah bisa menerka dengan baik apa yang nantinya akan Jimin lakukan di sana.

Dan tentu bukan Jimin namanya jika tidak nekat. Tanpa mau ambil pusing dengan respon pacarnya yang menunjukkan ekpresi penuh curiga, lelaki itu lalu dengan santai merebahkan tubuh lelahnya pada kasur besar yang tersedia di kamar itu. Sukses membuat kesabaran Seulgi seketika terkikis.

"Kamu ngapain kesini?!"

Jimin yang sudah menutup matanya sontak saja tersenyum senang saat mendengar suara Seulgi yang jelas sekali terdengar kesal. Matanya lalu perlahan membuka, menatap Seulgi yang balas memandanginya dengan sorot sebal.

"Mau istirahat"

Dari posisinya sekarang, dapat Jimin lihat bagaimana raut Seulgi berubah menjadi semakin kusut. Membuat Jimin setengah mati menahan kekehan gemasnya.

"Tapi kan aku mau mandi!"

"Ya terus? Kan aku istirahatnya di kasur, sayang. Bukan di kamar mandi"

Seulgi menyipitkan matanya kesal, Jimin ini kalau sedang ada maunya memang pintar sekali berdebat.

"Tapi kamar lain kan masih ada, kenapa kamu harus masuk sini juga? Terus itu pintunya kenapa pake acara dikunci segala?"

"Kamar lain udah penuh. Dan tadi pintunya dikunci karna aku takut aja ada yang tiba-tiba masuk" Jawab Jimin asal.

"Siapa yang tiba-tiba masuk? Kamu doang!"

Seulgi yang sudah semakin marah mulai meninggikan nada bicaranya, membuat Jimin bergegas bangkit berdiri dan mulai meraih tubuh kecil gadis itu untuk kemudian direngkuhnya dengan erat.

"Ih jangan deket-deket!"

Jimin mengeratkan pelukannya, menghiraukan tubuh Seulgi yang berontak minta dilepaskan. Jimin tau Seulgi tengah merajuk, dan ia tentu tidak akan diam saja membiarkan gadis itu merajuk lebih lama.

"Jimin lepas! Gerah tau!"

Lelaki itu bergeming, tidak memiliki niat sedikitpun untuk melonggarkan pelukannya meski Seulgi terus berusaha meloloskan diri.

"Jim-"

"Lebih gerah mana sama aku yang seharian ini cuma bisa diem liat kamu dipegang cowok lain?"

Seulgi secara otomatis menghentikan rontaannya. Kedua tangannya yang masih berada di dada Jimin turut membeku saat seruan itu Jimin lontarkan. Seulgi tau bahwa kejadian di van sudah membuat Jimin cemburu, namun tidak menyangka bahwa sentuhan fisik kecil yang dilakukan teman-temannya ternyata juga turut membuat lelaki itu terganggu.

"Hm?"

Jimin berdehem, namun Seulgi masih belum berani mendongakkan kepalanya, matanya menatap lurus pada dada bidang Jimin yang naik turun dengan teratur. Seulgi masih diam mempertahankan posisinya sebelum kemudian sebuah kecupan lembut Jimin sematkan dikeningnya.

Love MenuWhere stories live. Discover now