TIDAK, AKU TIDAK AKAN KETIDURAN LAGI!

492 38 3
                                    

Ditulis oleh coffeenians

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ditulis oleh coffeenians

"Dek, salat isya dulu. Nanti ketiduran."

Aku masih dengan gimbot yang aku temukan di rumah Nenek waktu liburan lalu. Tidak menuruti apa kata Ibu, aku lebih memilih memutar posisi badanku menghadap jendela, melanjutkan level permainanku yang semakin meningkat.

"Gara ... salat dulu, Nak. Kalau ketiduran nanti lebih susah lagi, lebih malas."

Aku masih asyik dengan permainanku. Tidak, aku tidak akan ketiduran. Besok libur sekolah jadi aku lebih bersemangat. Mataku masih betah terbuka memandangi layar tidak berwarna dalam genggaman. Sayang sekali aku tidak bisa memainkan ponselku karena koneksi internetnya terputus.

"Tenggara Audiwirya! Kalau kamu tidur, tapi belum salat, nanti enggak bangun lagi, gimana?"

Dari luar kamar Ibu masih tidak menyerah. Kali ini dibarengi dengan ketukan pintu. Aku semakin menarik selimut yang tidak lagi menutupi badanku.

"Tenggara Audiwirya! Kamu kalau tidur belum salat, nanti enggak bangun lagi gimana?"

"Kakak! Sebentar, ini tanggung."

Kali ini Kak Angin yang bersuara. Sudah pasti itu yang dikatakannya. Aku sudah menghafalnya di luar kepala.

"Dibilang kayak gitu baru nyahut. Udah gede, loh, kamu, Dek." Ibu sepertinya sudah menjauh dari kamarku walau suaranya masih terdengar.

Aku tidak suka kalau Kak Angin sudah bilang begitu. Sering kali dia mengatakannya, kalau tidak salat isya dulu sebelum tidur, bayangkan kalau misalkan aku tidak bangun? Dongeng yang sama seperti yang aku dengar dari guru TPA-ku. Salat dulu, segerakan salat, jangan ditunda-tunda. Bagaimana kalau seandainya ada kejadian buruk yang membuatku jadi tidak salat padahal aku sudah jelas mendengar suara azan berkumandang?

Kak Angin dengan segala ucapannya yang suka menakut-nakuti. Kalau begitu aku bukannya jadi rajin salat tepat waktu karena sudah takut duluan.

Tik-tok-tik-tok-tik-tok

Aku melihat jam yang menggantung di atas pintu kamar. Padahal masih jam delapan. Tidak, aku tidak akan ketiduran.

Tik-tok-tik-tok-tik-tok

Jam setengah sembilan aku mulai menguap. Mataku sedikit berat. Aku pun berubah posisi menjadi duduk agar tidak mengantuk. Sebentar lagi saja. Tidak, aku tidak akan ketiduran.

Tik-tok-tik-tok-tik-tok

Tik-tok-tik-tok-tik-tok

Tik-tok-tik-tok-tik-tok

Suara jarum jam yang bergerak semakin keras terdengar di telingaku. Aku melirik ke seluruh area kamarku yang penuh dengan perlengkapan sekolah. Mendekat ke pintu, tidak ada juga suara Kak Angin dan juga Ibu. Aneh. Biasanya ada suara televisi walau samar. Tidak mungkin orang rumah sudah tidur semua.

Dongeng para BintangWhere stories live. Discover now