ANA

1.9K 47 4
                                    

Ditulis oleh lyanchan

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Ditulis oleh lyanchan

Suatu awal musim semi, dari kuncup bunga tulip merah muda yang baru saja mekar, terlahir peri kecil tanpa sayap bernama Ana yang menimbulkan kekagetan bagi seluruh peri di Perilaria. Sudah bertahun-tahun lamanya, terakhir kali ada peri di Perilaria yang lahir tanpa sayap. Peri yang terlahir tanpa sayap sangatlah menyedihkan. Seperti terlahir tanpa tujuan hidup, karena tanpa sayap, peri tidak dapat menghasilkan serbuk peri dari kepakkan sayap mereka saat terbang. Dari serbuk peri itulah, para peri di Perilaria memiliki kemampuan untuk memekarkan bunga di musim semi, menurunkan hujan di musim panas, memunculkan pelangi setelah hujan di musim gugur, serta menghangatkan Perilaria di musim dingin.

Ana yang baru saja membuka mata langsung kebingungan ketika mendapati dirinya dikelilingi oleh peri-peri yang menghujaninya dengan tatapan khawatir. Apa maksud dari tatapan itu? Apa yang terjadi dengan dirinya hingga mendapat tatapan itu?

"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Ada apa?" tanya Ana sambil mendudukkan dirinya di dasar bunga. Ia balas menatap satu per satu peri yang mengelilinginya, meminta jawaban atas pertanyaannya.

"Kamu ...," peri dengan gaun kuning dari kelopak bunga mataharilah yang pertama buka suara, "tidak bersayap."

Ana mengedipkan matanya berulang kali karena bingung. Ia tidak bersayap? Bagaimana bisa? Ana kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling, untuk mengamati raut wajah peri lainnya. Mereka semua tampak sama, yang membedakan mereka hanyalah warna pakaian mereka dan jenis bunga yang menjadi dasar pakaian mereka. Juga tentunya, mereka semua memiliki sayap di balik tubuh mereka. Hingga akhir dari pandangannya, Ana mendapati tatapan iba yang sama.

Ana perlahan bangkit dari posisi duduknya dibantu oleh peri bergaun kuning bernama Sunny yang tadi menjawab pertanyaannya. Mereka berdua berjalan keluar dari kelopak bunga diikuti oleh peri-peri lainnya menuju genangan air yang ada di atas tanah. Ana berjalan mendekati genangan air itu. Dengan perlahan, Ana membalikkan sedikit badannya agar bisa melihat bayangan punggungnya sendiri. Di punggungnya itu, tidak ada sepasang sayap seperti Sunny ataupun peri lainnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Ana yang langsung jatuh terduduk di atas tanah. Ia menatap bayangan dirinya sendiri dengan raut sedih yang tidak ditutup-tutupinya dari genangan air itu. "Bagaimana aku bisa lahir tanpa sayap?"

Tidak ada satu pun jawaban dari peri Perilaria yang masih mengelilinginya. Mereka juga masih menatapnya dengan raut yang sama, yaitu kasihan.

Ketika dirinya merasakan tepukan halus pada bahunya, air mata yang sudah ditahan oleh Ana langsung turun. Ia tidak pernah berharap terlahir berbeda dari peri lainnya. Ana ingin lahir sama seperti mereka. Ia ingin memiliki sepasang sayap yang dari setiap kepakkannya muncul serbuk peri keemasan.

"Apa yang akan terjadi padaku jika tidak memiliki sayap?" tanya Ana di sela-sela isakannya.

"Kamu tidak akan bisa seperti peri Perilaria lainnya." Kali ini peri bergaun biru bernama Sea yang juga masih menepuk halus bahunya yang menjawab pertanyaan Ana. "Kamu tidak akan bisa melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan jika memiliki sayap. Bagi peri di Perilaria, sayap sangatlah penting. Setiap kepakkannya menghasilkan serbuk peri yang dapat memekarkan bunga, menurunkan hujan, memunculkan pelangi, dan menghangatkan Perilaria."

Dongeng para Bintangजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें