Mendongkrak Semangat Menulis yang Turun

6 1 0
                                    

Assalamuallaikum
Selamat pagi!

Apa kabar semuanya?
Semoga kalian semua sehat, Writerina.

Hari ini saya mau menjawab pertanyaan salah satu member juga, tentang bagaimana mendongkrak lagi semngat yang mulai turun.

Pada materi sebelumnya sebenarnya pernah nih saya membahas tentang menaikkan lagi semangat nulis yang lagi anjlok-anjloknya.

Ingat nggak?

Pas materi tujuan menulis itu.

Saya sendiri pernah merasa merasa nggak bisa nulis sama sekali. Alhasil seharian itu saya blas nggak nulis. Ini karena saya sakit. Kepala saya sakit banget dan badan saya lemas nggak keruan. Mau makan kon nggak nafsu sama sekali. Jadi, saya memilih untuk tidur dulu seharian. Besoknya, saya kembali nulis lagi.

Kalau untuk benar-benar nggak nulis karena alasan nggak mood atau nggak nafsu. Alhamdulillah sampai hari ini belum pernah. Serepot atau sesulit apa pun kondisi saya, tetap saya akan menggerakkan jari untuk menulis di laptop atau HP walau hanya satu bab pendek, apalagi kalau sudah kontrak. Aduh, nggak berani deh saya main-main.

Jujur saja, saya paling takut membuat orang lain kecewa. Kalau bukan karena alasan yang amat sangat urgen, saya nggak akan berani mengulur waktu, apalagi sampai mempermainkan deadline.

Buat saya, kalau sudah komitmen, berarti harus dilakukan. Jika memang saya tidak bisa melakukannya, lebih baik saya dari awal tidak menyanggupi daripada menghancurkan kepercayaan yang diberikan orang lain. Jadi, sesulit apa pun kalau bisa harus tetap semangat nulis kalau sudah deal sama kontrak.

Untuk teman-teman yang saat ini sedang tidak punya semangat menulis, tapi tetap harus menulis karena sudah kontrak atau

1. Jangan paksa menulis kalau memang sedang tidak bisa
Otak tuh sama kayak mesin. Kalau sudah kering dan panas, nggak akan bisa dipaksa lagi. Biasanya, bakalan semakin kacau hasilnya kalau dipaksa. Jadi, kalau memang sudah lelah dan sudah nggak bisa produktif sama sekali, sebaiknya istirahat dulu. Biarkan tubuh dan pikiran kita pulih dulu.

Orang masak aja kalau sambil marah atau sedih hasil rasanya nggak enak, kan?

Menulis di saat penat juga hasilnya tidak akan enak.

2. Baca buku baru yang mungkin kamu suka. Kalau buku itu tidak bisa membangkitkan gairah menulismu, ambil buku lain dan baca sampai habis.
Tidak semua buku bisa membangkitkan gairah untuk menulis. Setiap orang memiliki buku pemicu yang berbeda-beda. Kalau memang sudah saatnya membaca buku, cari di tumpukan buku yang belum kamu baca dan cobalah untuk membaca sedikit. Cari buku yang bisa menggelitik keingin untuk menulis. Biasanya, setelah pencarian, kamu akan menemukan buku yang klik denganmu.

3. Jalan-jalan ke luar rumah dan lihat banyak orang baru sekalipun tidak berinteraksi dengan mereka
Saya tidak menyarankan untuk interaksi, tetapi saya menyarankan untuk melihat orang-orang baru. Dengan melihat orang baru, kita biasanya akan memiliki inspirasi untuk mengungkap sesuatu lewat tulisan.

4. Dengarkan musik atau lagu-lagu yang nyaman di telingamu. Jika ada, nikmati juga liriknya. Kata-kata puitis dalam lirik lagu bisa membangkitkan emosi di dalam diri
Permainan kata dari lirik lagu atau penulis puisi selalu membuat hati menjadi tergelitik dan ingin menulis juga. Yang lebih keren, kalian bisa membuat cerita dari lagu yang kalian dengar, lho.

5. Bergabunglah dengan komunitas yang bisa memberikan pandangan atau ilmu baru dalam kepenulisan
Dengan bergabung bersama orang-orang penuh semangat, kita pasti juga akan ketularan semangatnya. Catatan yang perlu diingat, kamu bukan orang pesimis. Kalau kamu orang yang pesimis, orang ngasih semangat pun bakal kamu bilang toxic positivity karena bukannya bikin tambah semangat, kamu malah iri dengki sama dia.

Aduh, itu mah bukan dia yang toxic positivity, kamunya yang harus mengubah cara pandang terhadap sesuatu.

6. Meningkatkan kepekaan diri
Kepekaan ini penting sekali bagi seorang penulis. Kalau penulis nggak peka, ide sudah berdiri di depannya pun dia nggak akan tergerak untuk menulis. Saat ada yang menulis hal sama dengan yang pernah dia pikirkan, dia akan kecewa dan bilang, "Aku pernah punya ide kek gitu."

Ya, buat apa punya ide yang sama kalau nggak dieksekusi, Bambang?

"Nggak apa-apa eksekusi ide yang sama?"

Nggak apa-apa.

Tuh, di kelas IWZ tuh sudah saya tes. Mereka saya kasih tema dan premis yang sama. Eh, hasilnya pada beda. Keren, kan?

"Bagaimana cara melatih kepekaan?"

Coba nonton atau baca buku, lalu ceritakan ulang. Apakah kamu bisa menangkap hal yang sebenarnya ingin disampaikan sama penulis atau kreatornya? Apakah kamu cuma bisa menyebutkan, "Filmnya bagus tentang anak yang begini-begini."

Semakin kamu peka, semakin banyak yang kamu dapatkan dari menikmati sebuah karya.

7. Membuat daftar rencana atau hal yang ingin dilakukan untuk satu minggu atau satu bulan ke depan
Daftar ini akan membantu kalian dalam membuat perencanaan hidup. Nggak perlu muluk-muluk. Misalkan untuk satu minggu ke depan kalian belajar membuat setting tempat dengan apik saja dulu. Terus, minggu depannya belajar untuk bikin deskripsi karakter tokohnya.

Nggak perlu jadi satu cerpen utuh atau satu novel utuh dulu kalau kalian memang belum pengin. Yang penting latihan dulu. Kalau nanti ternyata kalian sudah mendapatkan ide untuk membuat novel dari salah satu "coretan" latihan tersebut, kan bagus banget, tuh.

Semua orang hebat yang kalian lihat sekarang sebenarnya aslinya dulu tuh orang biasa yang belajar juga. Dia hanya terus melakukan perbaikan dalam diri dan karyanya sampai akhirnya dia menemukan cara untuk membunuh semua "musuh" di dalam dirinya.

Musuh dan saingan penulis itu bukan orang lain, tapi "monster" di dalam dirinya sendiri. Seperti apa monstermu?

Monster terbesar saya sih kemalasan. Biasanya dia bergandengan dengan alasan untuk membentuk persekutuan yang membuat saya menunda-nunda pekerjaa.

"Ah, entar ajalah ngerjainnya. Ikut lomba 17-an dulu. Mayan... Kapan lagi makan kerupuk doang bisa ditonton orang sekampung, ya, kan?"

Huhuhu...
Saya dan bocil nggak ikutan lomba tahun ini karena kerjaan saya segambreng. Walau memang adanya cuma setahun sekali, rasanya berdosa banget kalau saya mengabaikan pekerjaan demi hal lain yang hukumnya nggak penting. Pasti pahlawan nasional pada emosi kalau saya sampai jadi orang yang nggak amanah, kan?

Gimana pengalaman kalian 17-an ini?
Ada yang ikutan lomba atau mengantar anak ikutan lomba?

Nah, dari tujuh cara yang telah disebutkan, nomor berapa yang sedang atau sudah kamu lakukan hingga hari ini?

Sampai jumpa pada materi di minggu depan, ya.

Salam sayang,
Honey Dee

Buku Pintar Calon Penulis TenarWhere stories live. Discover now