BAB 4 : Satu Masalah di Hari Pertama

14 3 0
                                    

Tidak seperti diriku biasanya yang selalu pulang lebih awal atau pergi ke perpus untuk bermain galge.

Sekarang, aku membawa lembaran kertas tes dari Ohara-sensei untuk menguji sejauh mana nilai mereka sekarang.

"Menjadi pembimbing program aneh ini membuat jadwal bermain galge-ku berantakan. Karena itu juga, aku harus hiatus sementara jadi illustrator dan menyusun ulang kembali jadwalku." Eluhku.

Namun aku benar-benar tidak menyangka, bahwa aku yang biasanya selalu memikirkan diri sendiri. Kini malah berusaha keras membantu orang lain yang bahkan tak menguntungkan diriku sama sekali.

Namun walaupun begitu, jujur aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Tentu saja, itu karena aku mendapat setengah gaji dari Ohara-sensei untuk membeli galge dan tak lupa juga, mereka sudah mengizinkanku membawa PFP ke sekolah agar tak merasa bosan saat mengajari mereka.

Seperti kata pepatah, 'Sekali dayung, dua pulau terlampaui,' hanya saja, lautnya ini adalah lautan api.

Akan tetapi, ada satu hal yang masih menggelitik pikiranku, yaitu balas dendam.

Selama ini aku selalu menghindar dari apapun yang berhubungan dengan hal itu. Namun kini, setelah apa yang semua orang lakukan terhadapku, perasaan untuk balas dendam tak muncul lagi setelah aku berhasil melakukkannya.

Aku masih tidak tahu apakah rasa trauma dan penyesalan masih ada dalam diri.

Tanpa kusadari kini aku sudah berada di depan ruangan setelah selesai memikirkan itu semua. Dari dalam, terdengar sayup-sayup suara decitan sepatu yang membuatku agak bingung.

Kuhirup napas dalam-dalam, mempersiapkan diri menghadapi mereka. Perlahan kubuka pintu, dan terlihat Katsubaki yang sedang lompat tali di dalam ruangan.

Walau aku sudah melihat tingkah anehnya. Ia masih tetap melanjutkan lompat tali sambil menyambutku.

"Ah, Ka-Kawahara-san, akhirnya datang juga ya." Sapanya sambil tersenyum lebar.

Melihatnya lompat tali di dalam ruangan, akupun memiringkan kepala—bingung kenapa ia malah olahraga di waktu seperti ini.

Padahal masih awal musim semi di Kagoshima. Namun melihatnya olahraga gitu, entah kenapa malah membuatku semakin gerah.

"Kenapa kau malah lompat tali gitu?" tanyaku heran.

Dengan membusungkan dadanya yang kecil, ia menjawab. "Owh, ini? Kata nenek, otak akan berjalan lebih cepat jika melakukan olahraga sebelum belajar. Jadi ya, aku lompat tali biar otakku encer."

Kalau memang begitu, seharusnya kau sudah ranking satu dengan fisik dan kepercayaan dirimu yang tinggi itu.

Aku benar-benar tidak paham dengan pemikiran orang bodoh sepertinya. Apa dia juga membagi sel otak yang sama dengan adikku?

Mendengar penjelasannya, akupun hanya bisa menghela napas—tak tahan dengan kebodohan yang ia perlihatkan.

Melihatnya sendirian di sini, tanda tanya terlintas di otakku. "Ngomong-ngomong di mana yang lain? Padahal sudah jamnya untuk tes dimulai."

Katsubaki yang baru saja selesai lompat tali langsung tersentak, kemudian ia palingkan pandangan dariku terlihat mencurigakan.

"I-Itu, ya ...." Jawabnya gagap.

Menanggapi jawabannya, akupun menjadi bingung. "...?"

"Ka-katanya mereka mau belajar di tempat lain."

Aku sudah menduga hal ini akan terjadi, tapi kukira mereka semua bakal kompak untuk menjauhiku.

"Owh gitu ya."

Project Revenge Do i going to help them get their Revenge?Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ