BAB : 8 Jangan Sampai Iblis Kecil Itu Tahu

11 2 1
                                    

Aku yang baru saja selesai makan siang dengan roti yang kubeli di kantin. Dengan cepat kulangkahkan kaki menuju ke toilet, karena waktu istirahat sudah hampir mau habis dan tak ingin juga menahan kencing di saat jam pelajaran berlangsung.

Selesai buang air kecil, akupun bergegas menuju ke kelas karena sudah tidak ada lagi yang perlu dilakukan.

Baru saja keluar dari toilet, tak sengaja kulihat Orimu sedang berbicara dengan anggota kelompok normies-nya agak jauh di depan.

"Kenapa malah ada dia?"

Orimu terlihat benar-benar senang menikmati waktu bersama teman-temannya, tak seperti saat ia berada dalam bimbingan. Namun, berpapasan dengannya mungkin bakal timbul masalah. Maka dari itu, akan lebih baik jika mengambil jalan yang berbeda dengan melewati anak tangga di sebelah kananku.

Menuruni anak tangga, terdengar suara yang begitu familiar dari bawah tangga. Kuintip ke bawah sedikit, ternyata itu adalah suara Katsubaki sedang berbicara dengan teman sekelas.

"Katsubaki-san?! Kenapa malah kebetulan gini?"

Bertemu dengan Katsubaki, pasti bakal merepotkan juga. Sebaiknya aku kembali lagi, kurasa Orimu juga sudah melewatiku sekarang.

Kunaiki kembali anak tangga, lalu kumenoleh kanan kiri, memeriksa apakah Orimu masih ada atau tidak.

Akhirnya aku dapat bernapas lega, karena Orimu berada di belakang sudah melewatiku.

Namun baru berjalan beberapa langkah, sebuah kebetulan yang entah memang direncanakan atau tidak. Kali ini Sakuraba terlihat dalam pandangan, yang nampaknya ia sedang berbicara dengan seorang guru perempuan.

Gawat, meladeni ia jujur lebih merepotkan daripada Orimu maupun Katsubaki.

Terakhir kali aku berusaha melewatinya, ia dengan mudah mengetahui keberadaanku dan menjadikanku sebagai pesuruhnya.

Katsubaki masih ada di tangga, Orimu ada di belakang dan Sakuraba ada di depan. Satu-satunya pilihanku sekarang adalah bersembunyi di dalam toilet sampai mereka tidak ada lagi.

Dengan cepat, akupun kembali masuk ke toilet. Menunggu mereka menghilang dari pandangan.

Setelah menunggu cukup lama, akupun keluar lalu memeriksa keadaan sekitar.

Napas lega akhirnya dapat kuhembuskan, setelah tak melihat mereka lagi dalam jarak pandangku.

"Kenapa dari tadi aku ketemu mereka terus? Memangnya lagi pemilihan rute kah?" gumamku kesal.

"Rute apa maksudnya?"

Suara perempuan dari arah belakang yang begitu tiba-tiba, membuatku refleks membalikan badan.

Di depan, seorang perempuan berbadan agak kecil dariku, dengan warna rambut hitam bergaya ponytail pendek. Ia memberikan senyum lebar manis nan juga imut, yang terasa agak dibuat-buat seperti seorang burikko.

Ia tidak lain dan tidak bukan, adalah adik angkat dan juga adik kelasku. Namanya Kawahara Karin, sering dipanggil Rin oleh teman sebayanya.

Terlepas dari beberapa rumor buruk tentangnya karena Karin adalah adik angkatku. Sifatnya tetap periang dan murah senyum, membuat ia disukai beberapa orang di kelasnya. Berbanding terbalik dengan kakaknya, yang tidak diterima dalam tatanan sosial.

"Ada apa, Rin? Tidak biasanya kau memanggilku di sekolah." Tanyaku heran.

"Dan juga, bukankah sudah kubilang kalau di sekolah tidak usah terlalu akrab denganku. Nanti bakal ada rumor aneh tentangmu lagi." Sambungku.

Dengan kedua tangan di belakang, ia menyahut. "Iya-iya, aku tahu kok, kak. Karin datang cuma kepengin memberikan bekal yang kakak tinggalkan tadi."

"Kau ... memangnya sudah jam berapa ini? Lagipula aku sudah makan siang juga tadi."

Project Revenge Do i going to help them get their Revenge?Where stories live. Discover now