BAB 14 : Putri Kucing Nan Toleran

5 2 0
                                    

Di sebuah restoran agak jauh di pinggir kota Kagoshima. Sekarang aku sedang membimbing Orimu belajar, dimana ia kadang sesekali melihat keluar jendela yang sedikit membuatku keheranan.

Melihat tingkahnya seperti anak kucing penakut yang cemas akan dirinya ketahuan. Membuatku geleng-geleng kepala sambil menghela napas.

Bahkan sampai membawaku jauh ke tempat ini hanya untuk belajar. Sungguh, aku benar-benar penasaran akan isi kepalanya itu.

"Apa memang perlu sampai sejauh ini?" tanyaku.

Selagi mencatat, Orimu menjawab. "Mau gimana lagi. Nanti kalau ketahuan teman-temanku, malah bikin rumor yang enggak-enggak nantinya."

Owh, jadi begitu ternyata.

Jujur aku tak bisa membantahnya, karena memang itu pasti terjadi kalau kita ketahuan berduan di luar. Akan jadi merepotkan bimbingan ini jika ia punya rumor seperti itu.

Tapi tunggu, bukannya kita pernah berduaan di perpustakaan jauh hari kemarin?

Penasaran, akupun bertanya kembali. "Terus, kau gak masalah pas kemarin kita ketemuan di perpustakaan?"

Orimu menaikan pandangannya ke depan. "Teman-teman semua gak ada kegiatan klub hari itu, jadinya aman tentram bagiku."

"Kalau kau bilang begitu, baiklah."

Saat aku hendak memberi Orimu pertanyaan. Alisnya menekuk tajam ke arahku, kemudian menyeletuk.

"Hei preman, ada sesuatu yang menggangguku dari tadi."

"Mengganggu? Apa kau gak sengaja bertatap mata sama kenalanmu gegara kebanyakan ngintip jendela?"

"Bukan! Kenapa kau malah pakai baju sekolah?!" seru Orimu, menunjuk seragam sekolahku.

Suara Orimu semakin meninggi. "Nanti bakal ketahuan kalau kau pakai baju sekolah terus!"

"Tenang saja, aku pakai topi. Lihat?" kupasang lepas topiku, lalu menyambung, "kalau nanti jalan pun, aku bakal jaga jarak denganmu."

Napas berat ia hembuskan, lalu memprotes. "Malah kelihatan kaya penguntit jadinya. Sudah kubilang, jangan bikin rumor aneh tentangku di sekolah."

Ribet sekali sumpah.

"Terus kau mau apa? Aku gak keberatan mau pindah ke mana pun, asalkan tempatnya enak buat belajar."

"Daripada pilih tempat lain ...."

Orimu terdiam berpikir sembari mengamatiku dari atas kepala sampai bawah dada, yang entah apa maksudnya itu.

Orimu pun mengangguk, lalu berdiri. "Oke, kita ke stasiun sebentar."

"Ada yang mau kau beli?"

"Dah, ikutin aja." Ajak Orimu memaksa.

Dia benar-benar suka seenaknya saja sendiri. Inilah kenapa, berurusan dengan tsundere itu merepotkan.

"Oke, oke, tuan putri."

Tak ada balasan apapun dari ejekanku, hanya ada gertakan gigi terdengar dan aura kesal meluap-luap darinya.

Sesampainya di stasiun, aku hanya berdiri termenung di sebelah Orimu yang sedang mengenakan topi cokelat dengan tambahan kacamata untuk mengelabui kenalannya, kurasa.

Kalau boleh jujur, kau benar-benar aneh mengenakan itu.

Orimu berbalik ke belakang menatapku, lalu memerintah. "Ikutin aku. Jangan sampai nyasar."

"Kan, memang itu alasanku ke sini."

Saat kami berada di depan toko baju. Orimu dengan segera mengalihkan jalur langkah kaki masuk ke dalam.

Project Revenge Do i going to help them get their Revenge?Kde žijí příběhy. Začni objevovat