BAB 10 : Latihan Ujian Babak Kedua

2 2 0
                                    

Hari ini adalah latihan tes ujian kedua dimulai. Hari di mana mereka sekali lagi menguji diri untuk dapat mencapai nilai di atas rata-rata.

Namun harus kuakui, selama setengah minggu ini aku hanya fokus pada Katsubaki dan membuat Orimu ketinggalan jauh dari Katsubaki maupun Sakuraba.

Selain itu juga, rumor tentangku menjahili seseorang di klub lari sudah tersebar luas ke sekolah. Membuatku merasa tidak enak dengan Katsubaki yang kulihat sedari pagi tadi, terus dihujani berbagai pertanyaan.

Beberapa dari mereka kelihatan khawatir, dan beberapa juga meledeknya. Tapi Katsubaki menanggapi itu semua dengan candaan sembari memajang senyum lebarnya seperti biasa.

Lama-kelamaan rumor ini pasti bakal berkembang, dan lambat laun akan jadi merepotkan kalau tidak cepat-cepat ditangani.

Biasanya kalau aku sendiri yang kena tidak masalah, tapi rasanya ini sama seperti adikku terkena masalahku. Keinginan balas dendam selalu muncul di saat mereka membicarakan hal buruk pada orang yang berhubungan denganku.

Apa sebaiknya aku minta saran saja sama mereka?

Kuhirup napas dalam-dalam, kemudian mulai bertanya. "Sambil menunggu Katsubaki selesai latihan, ada yang ingin kutanyakan pada kalian?"

Mereka berdua yang tadinya fokus pada kegiatan masing-masing, kini menatap bingung ke arahku.

"Mukamu sampai serius gitu, apa ada masalah lagi?" Sakuraba pindah melirik Orimu, "atau mungkin kali ini rutenya Orimu-kun yang harus kau jalani?"

"Kenapa malah aku yang kena? Dan juga, jangan panggil pake kun! Gak enak didengernya tahu, Sakuraba-san." Protes Orimu.

Sakuraba menundukkan kepala. "Maaf, Orimu-san, kebiasaan."

Melihat tingkah Sakuraba, Orimu nampak kesal kemudian membuang muka. "Hmpph."

"...."

Coba simpan pertengkaran kalian buat nanti dan jawab pertanyaanku lebih dulu.

"Ini cuma tentang rumorku dengan Katsubaki tadi pagi. Jika kalian terkena rumor begitu apa kalian bakal risih?" tanyaku.

"Bagiku, tidak sama sekali. Yah, aku tidak terlalu peduli apa omongan orang."

"Risih lah! Lebih bagus kau berhenti, terus cari guru ganteng yang lebih baik dan berpengalaman buat ngajarin kami. Gimana?"

Dua respons berbeda mereka, membuatku mengusap dahi. "Sudah bisa kutebak kalau itu jawaban kalian."

"Tapi menurut kalian apa ada cara untuk meminimalisir rumornya? Jujur aku lumayan enggak enak." Sambungku.

"Preman sepertimu merasa enggak enakan? Lucu sekali!" Orimu menutup mulutnya sembari tertawa kecil dibuat-buat.

"Begini-begini, aku sadar diri."

"Hmmm ... kurasa jalan satu-satunya, adalah membuat klub dari program bimbingan ini." Anjur Sakuraba.

"Bukannya nanti bakal membuat bimbingan ini jadi terhambat." Sanggahku.

"Itu bukanlah alasan yang bagus, Kawahara-kun. Bimbingan dapat kita jalankan sembari mengerjakan tugas klub. Lebih bagus lagi, kalau klub ini gak jauh dari hal membantu, biar Katsubaki-san tidak lagi ke sana kemari membantu orang lain."

Dipikir-piki ucapannya masuk akal juga. Apa selama ini Sakuraba telah memikirkannya matang-matang?

"Selain itu, kita bisa menggunakan Ohara-sensei sebagai tameng agar tak ada siapapun terkena rumor aneh atau semacamnya." Sambung Sakuraba.

"Pemilihan kata-katamu benar-benar luar biasa, dalam artian yang berbeda." Ucapku.

Setelah jeda beberapa detik—memikirkan saran Sakuraba, aku pun kembali menatapnya.

Project Revenge Do i going to help them get their Revenge?Where stories live. Discover now