Girls Trip (Naya)

621 16 0
                                    

Selamat sore!

Akhirnya KARMA 4 mulai juga.

Seperti yang diceritakan di intro, dalam 40 hari ke depan, aku dan mak winabatoebara akan berusaha konsisten akan berusaha untuk update dan bercerita tentang kehidupan dua karakter utama kami : Naya dan Vie.

Hari ini adalah giliran Naya yang bercerita, dan besok, Mak Wina akan bercerita tentang Vie.

Yuk, langsung saja kita nikmati ceritanya. Selamat membaca!

❤❤❤❤❤❤

Apa yang terjadi kalau empat perempuan yang sudah bersahabat sejak kuliah, pergi berlibur tanpa keluarga? Seharusnya, ini adalah saat yang tepat untuk bersantai dan menghabiskan waktu bersenang-senang tanpa direcoki oleh segala urusan keluarga. Idealnya begitu. Namun, namanya juga ibu, sungguh sulit untuk tidak memikirkan urusan rumah. Belum lagi jika harus memikirkan urusan kantor yang ditinggalkan.

"Sis, sibuk amat pegang handphone dari tadi? Kita kan lagi liburan. Inget, quality time, no gadget!" Ucapan Farah mengagetkanku yang sedang sibuk membaca email di ponsel.

"Eh, maaf, biasalah ini kerjaan gak mau tau kalau gue lagi cuti." Beginilah nasibku, Nayara Prameswari atau lebih sering dipanggil Naya. Pekerjaanku sebagai Event Manager di sebuah perusahaan Event Organizer memang seringkali tidak tahu hari dan jam. Entah itu permintaan dari klien atau harus menjawab pertanyaan anak buahku, selalu saja banyak email dan pesan yang masuk ke ponselku. Akhirnya, ponsel dengan email kantor pun harus selalu aktif dan hampir tidak pernah jauh dariku.

"Takut kliennya pada kabur, ya? Kalau ditinggal sebentar?" Ghe malah ikutan meledek. Sahabatku satu ini, Ghea Andara, adalah tipe wanita pebisnis modern. Wanita tangguh dan pekerja keras yang berhasil mengembangkan usaha kulinernya dari sebuah warung kecil di dekat rumah menjadi restoran dan kafe yang tersebar di Jabodetabek.

"Duh, beda ya, yang usaha sendiri dan punya anak buah. Bisa ditinggalin ke kacung. Lah, kalau gue kan masih kacung kampret. Kerja keras bagai kuda demi segenggam berlian," ujarku sembari terkekeh pelan.

"Gapapalah masih dapat berlian, daripada cuma dapet capeknya doang," Vie ikutan nimbrung pembicaraan kali ini. Di antara kami berempat, Vie adalah ibu rumah tangga yang sekaligus leader sebuah bisnis MLM. Hal ini cukup mengherankan kami, karena ketika kuliah, Sovie Arundati adalah mahasiswi pintar bin rajin dengan IP tinggi dan ambisius. Kami tidak pernah menyangka bahwa saat menikah, Vie rela berhenti kerja dan melepas karir cemerlang di sebuah bank terkemuka di Indonesia lalu menjadi ibu rumah tangga sekaligus pebisnis MLM.

"Halah, diamond leader kayak lo masa ga dapet berlian beneran," ledek Farah. "Lo udah posisi tinggi gitu, berarti ga perlu banyak usaha, tinggal nunggu dapet duit dari bawahan lo, gitu?"

Vie langsung membalas ucapan Farah, "Ya enggak juga, gue kan harus tetep membina dan mengarahkan downline gue, biar sama-sama maju, sama-sama untung."

"Baiklah, ibu leader teladan," ujarku memotong perkataan Vie sebelum dia mulai lanjut menceritakan tentang bisnis MLM-nya. "Sekarang kita ke mana lagi? Ternyata jam dua itu masih lama." Kami memang baru saja sampai Bali sekitar jam sebelas siang, lalu memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di dekat bandara Ngurah Rai.

"Ke hotel ajalah, titip koper dulu baru kalau mau ngopi atau nongkrong, kita pergi lagi. Gerah banget, males mau ke mana-mana sambil bawa koper."

"Ya udah, bayar dulu, gih. Gue mau nelpon Abi dulu." Aku pun segera mengiyakan usulan Vie dan berjalan ke pojok yang relatif sepi. Jam makan siang membuat restoran tersebut cukup ramai dan bising.

[TELAH TERBIT] Marriage BluesWhere stories live. Discover now