Ugly Duckling (Naya)

66 2 0
                                    

Kulirik jam di pojok kanan layar laptop. Hah, sudah jam lima sore? Rasanya baru saja aku duduk, membuka laptop, makan siang super cepat, lalu kembali membuka laptop. Hari ini hari Rabu, sudah tengah minggu, namun semenjak Senin hingga sekarang rasanya aku bekerja tanpa henti. Saat cuti kadang masih harus cek email dan bekerja, saat kembali ke kantor pun semua pekerjaan menumpuk. Aku sudah menghabiskan dua hari untuk sekedar membaca email yang jumlahnya mencapi ratusan dan berusaha membalas email-email penting yang terlewat tidak sempat aku balas saat cuti akhir pekan lalu.

Kupejamkan mata dan kusandarkan punggungku ke kursi kantor yang sesungguhnya cukup empuk dan ergonomis ini. Badanku terasa lelah dan pegal. Kapan terakhir kali aku pergi ke spa atau sekedar pijat refleksi? Sayang sekali kemarin di Bali kami tidak sempat pergi ke spa dan lebih memilih untuk wisata kuliner. Alhasil, badan masih terasa rontok tapi perut malah makin buncit.

Aku memang sangat peduli dengan figur tubuhku. Tinggi badanku hanyalah 155cm, namun berat badanku sudah di atas 65 kilogram. Aku masih juga belum berhasil menurunkan berat badanku ke berat semua sebelum aku hamil Aira. Sungguh berbeda dengan Vie atau Ghe yang sudah memiliki anak lebih dari satu namun tetap langsing bagai masih lajang.

Hari ini aku seharusnya bertemu dengan Ezra. Jika boleh jujur, aku masih ragu apakah ini keputusan yang tepat. Aku tak memberitahukan pada Abi bahwa aku akan bertemu dengan Ezra. Aku hanya memberitahu Abi bahwa aku akan pulang sedikit terlambat. Biasanya juga aku selalu sampai rumah sekitar jam delapan malam, jadi Abi dan Aira sudah terbiasa.

"Nay, dipanggil sama bos, tuh!" seruan Shireen, teman kerjaku, membuyarkan lamunanku. Ya ampun, dipanggil bos saat jam lima sore biasanya berujung kurang enak. Apakah sebaiknya aku batalkan pertemuanku dengan Ezra?

[NAYA] : Hi, sorry banget aku baru aja dipanggil bos. Mau reschedule aja, gak? Nanti kamu kelamaan nunggu.

Setelah mengirimkan pesan ke Ezra, aku beranjak bangkit dari kursi kerja dengan sedikit enggan. Tak lupa membawa laptop juga buku catatanku. Semoga tidak ada tambahan pekerjaan menantiku hari ini.

***

Simbol ada beberapa pesan baru berkedip di layar ponselku ketika aku kembali ke meja. Untunglah, tidak ada pekerjaan yang harus kuselesaikan malam ini, tapi aku terjebak dalam diskusi panjang dengan bosku mengenai salah satu rencana promosi. Tentu saja, sepanjang diskusi, aku tidak berani membuka ponselku, jadi aku tak tahu apakah pertemuanku dengan Ezra tetap terjadi ataukah batal.

[EZRA] : Its ok. Aku jemput kamu aja. OTW ya sebentar lagi.

Sesaat aku sempat berpikir kok Ezra tahu kantorku di mana? Lalu aku teringat bahwa dia meminta kartu namaku saat aku bertemu dengannya minggu lalu. Sudah sejam lebih aku tidak menjawab pesannya dan dia malah berkata akan menjemputku? Dia bahkan tidak menanyakan dulu apakah aku sedang membawa mobil apa tidak, sudah main jemput saja.

Ezra selalu begitu dari dulu. Paling gesit dalam urusan mengantar dan menjemputku. Cuma, itu kan dulu, aku tidak boleh terlalu berlebihan menganalisa hal seperti ini. Kebetulan juga kafe tempat kami janjian terletak tidak terlalu jauh dari kantorku, jadi mungkin memang dia sedang berkendara ke arah sini. Untung juga memang hari ini aku sedang tidak membawa mobil. Mobilku sedang masuk bengkel sejak kemarin, jadi aku harus mengandalkan taksi untuk pergi dan pulang kantor.

[NAYA] : Sorry baru bales lagi. Baru selesai, nih.

Tak sampai semenit, muncul balasan dari Ezra. Entah memang kami berbalas pesan di waktu yang bersamaan atau dia memang secepat itu mengetik pesan.

[EZRA] : Nay, aku sudah mau sampai kantormu. Nanti kamu tunggu di lobi bawah, ya. Pajero hitam, belakangnya BJO.

Aih, dia sudah mau sampai sini? Buru-buru kubereskan segala laptop dan peralatanku. Kantorku berada di lantai dua puluh dan biasanya aku harus menunggu lift agak lama untuk turun ke lobi gedung. Kubawa tasku, lalu bergegas keluar ruangan kantor dan berjalan menuju lift.

Saat menunggu lift, kuperhatikan bayanganku yang terpantul di cermin di pintu lift. Sesosok perempuan berkulit kecoklatan, berwajah oval, rambut ikal sebahu, berbalik menatapku. Kuraba rambut yang tampak sedikit acak-acakan. Wajahku juga tampak pucat dan agak berminyak, sepertinya aku lupa touch up lagi hari ini. Kantung mata dan lingkaran hitam tampak jelas menghiasi wajahku, padahal sudah kututup dengan concealer tadi pagi. Untung saja tidak ada maskara atau eyeliner yang luntur. Bibir dengan sisa-sisa lipstik tadi pagi membuat penampilanku bak orang yang baru saja bekerja lembur beberapa hari. Apakah aku masih sempat ke kamar mandi untuk sekedar merapikan dandanan? Dulu saat kami masih berpacaran, Ezra tahu kebiasaanku yang jarang dandan dan sering lupa merapikan diri. Ugh, kenapa juga aku berpikir harus tampil cantik di depan Ezra?

Getaran ponsel yang kugenggam mengagetkanku. Kulirik nama yang tertera di pesan yang baru saja masuk. Vie. Sepertinya dia ingat bahwa hari ini aku berencana bertemu Ezra. Aku memang mengabari Vie begitu waktu pertemuanku dengan Ezra sudah pasti.

[VIE] : Jadi ketemu Ezra hari ini?

Tuh kan, pasti Vie ingat. Kuketik balasan untuknya sembari melangkah masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka.

[NAYA] : Jadi. Ini baru mau ketemu. Awalnya mau gue cancel, gila banyak banget kerjaan.

[VIE] : Terus?

[NAYA] : Dia malah jemput gue ke kantor.

[VIE] : Eciye, rajin amat jemput ke kantor. Berasa masih kuliah dulu, sepulang kelas dijemput pacar. Hati-hati, ya. Inget jangan sampai CLBK.

[NAYA] : Halah, yang ada dia kaget kali lihat gue. Saking rusuhnya gue sampai gak sempet dandan. Jelek banget gue.

[VIE] : Loh, bagus itu!

[NAYA] : Maksud lo?

Pintu lift terbuka di lobi bawah. Kulangkahkan kakiku menuju lobi luar. Ponselku bergetar dua kali, memberikan sinyal ada dua pesan masuk. Kubuka pesan terbaru dari Ezra yang mengatakan dia hendak memasuki area gedung kantorku. Pesan satu lagi berasal dari Vie.

[VIE] : Kalau cewek mau ketemu cowok dan dia ngerasa gak perlu heboh dandan supaya keliatan lebih cantik, biasanya itu tanda kalau cewek itu gak ada rasa sama itu cowok. Jadi lo aman mau ketemu Ezra.

Aku terkekeh geli membaca pesan terakhir Vie. Ya ampun, ada-ada aja sih Vie ini. Kalau aku gak dandan berarti tidak ada rasa apapun pada Ezra? Entah dari mana Vie mendapatkan info ini.

Suara klakson mengagetkanku yang masih menunduk membaca pesan dari Vie. Sebuah Pajero Sport berwarna hitam berhenti tepat di hadapanku. Jendela di bagian samping pengemudi terbuka perlahan. Tampak sesosok lelaki berkulit putih, mengenakan kacamata, dengan rambut cepak tertata rapi menatapku dari dalam mobil. Ezra.

"Hei, Nay! Udah nunggu lama? Sini buruan naik!" ajaknya. 

[TELAH TERBIT] Marriage BluesWhere stories live. Discover now