Layaknya senja yang hadir penuh pesona, jingganya semakin pekat kala gelap berkuasa. Pesonanya membuatku tak ingin mengalihkan pandangan, seakan hanya dirinyalah pusat dari seluruh dunia. Kamu mengalihkanku dari segalanya, hingga hanya kamulah yang menjadi diksi dalam setiap rangkaian kata yang ku susun. Lalu seiring malam menjelang kamu menghilang dan begitu luar biasanya dirimu, hingga kedatanganmu selalu ku nanti. Semogaku terlukis indah dalam deretan kata demi kata, berharap engkau datang kembali meruntuhkan rindu yang tumbuh rimbun di dasar hati. - Aina Nurfadillah Aina Nurfadillah seorang pelajar kelas 12 MA Al-Husna santriwati di pondok pesantren An-Nur, seorang gadis biasa dengan sejuta mimpi, dalam perjalanannya ia mengenal Muhammad Izzudin seorang santri dan pelajar yang berprestasi. Bertemu dalam kelas yang sama mereka mulai saling mengenal, sering berdiskusi bersama atau saling memberi logatan kitab yang terlewat. Tumbuh rasa di antara keduanya secara perlahan karena terbiasa, namun Aina harus memendam semuanya karena ada Salma yang mengukai Izzudin sedari lama bahkan sebelum Aina mengenalnya. Aina menjaga jarak dengan Izzudin, namun begitu Izzudin tidak pernah menghiraukan Salma dan terus berusaha mendapatkan Aina. Sampai mereka sama-sama lulus Izzudin yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah dan Aina yang tetap bertahan mondok.