Sebuah Pertanyaan

9 3 0
                                    

Pernahkah kamu merasa bingung dengan dirimu sendiri? Merasa bahagia tetapi juga malu. Apakah yang sedang terjadi dengan dirimu sendiri. Pikiran riuh dengan banyak pertanyaan namun jawaban tidak juga kau temukan.

Itulah yang dirasakan Aina saat ini, ia duduk termenung di atas sajadah. Mukena terusan yang ia gunakan di tarik ke atas sampai bagian perut sehingga tangannya keluar dari mukena. Pikirannya sangat ruwet, sehingga kantuk pun tidak kunjung datang. Pikirannya berkelana pada kejadian sendalnya yang berpindah tempat.

***

Saat ia sibuk menggerutu sambil memakai sendal kang Azmi yang melintas di dekatnya dan berkata pelan sambil tersenyum jahil.

"Ceu, yang ngumpetin sendalmu mang Izzu." Lapor Azmi seraya melirik Izzudin yang berjalan di belakangnya.

Aina menatap kedua pemuda itu bergantian "Ihh ya mang Izzu, tadi kitab terus sendal hobi banget ngumpetinn barang orang." Sembur Aina kesal namun getaran itu kembali ia rasakan, entah mengapa Aina pun tidak mengerti.

Izzudin hanya tertawa melihat kekesalan Aina.

"Orang lagi fall in love emang beda."  Cetus Azmi sambil berlalu meninggalkan halaman rumah kang Nasrul menuju asrama putra yang letaknya tepat depan rumah kang Nasrul. Sedangkan Izzudin menatap Aina sebentar, tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal, kemudian mengikuti Azmi ke asrama.

Sedangkan Aina memasang wajah bingung mencoba mencerna apa yang barusan Azmi katakan. 'Jatuh cinta? Siapa?' Ingin bertanya apa maksud perkataannya itu, tetapi orangnya sudah berlalu masuk kedalam kamar asrama, masa harus menyusulnya sambil teriak-teriak, 'ahh itu tidak mungkin masa masuk asrama putra. Nanti saja jika ada kesempatan di tanyain deh' pikir Aina.

Aina bergegas menghampiri Nisa yang berdiri  di dekat bunga mawar yang sedang berbunga. Nisa tersenyum jahil menggoda Aina atas yang terjadi barusan, ia menyaksikannya dengan jelas.

"Ada apa dengan senyumanmu Nis, serem banget." Aina mengerti arti tatapan Nisa dan ia pura-pura tidak mengerti. Mereka berjalan menuju asrama putri.

"Ah tidak apa apa, abis nonton drama barusan." Jawab Nisa " ternyata sendalnya di pindahin pangeran." Nisa kembali menggoda Aina kemudian cekikikan sendiri. Sedang Nisa mendengus tetapi tidak merasa kesal.

***

Aina meluruskan kakinya sebentar, lalu melepas mukena dan melipatnya beserta sejadah. Beranjak meninggalkan mushola yang isinya hanya dirinya sejak setengah jam yang lalu. Ternyata waktu sudah menunjukan pukul 01.00, menuruni tangga Lalu menyusuri lorong asrama yang mulai sepi, saat sampai di depan kamarnya membuka pintu dan masuk.

Saat berbaring Aina tidak juga segera tidur, saat memejamkan mata kelebatan kejadian yang terjadi akhir-akhir ini perihal sikap Izzudin terhadapnya melintas begitu saja, lantas ia membuka kembali matanya dan menatap langit-langit kamar.

Nisa termenung, sikap Izzudin yang seperti ini jelas mempengaruhi dirinya. Aina hanyalah seorang wanita biasa, ia mudah jatuh dalam harapan apalagi dengan sikap Izzudin yang ia rasa berbeda memperlakukannya dengan yang lain.

Izzudin tidak begitu jahil kepada yang lain tapi kepadanya, mulai dari menarik-narik telinga boneka, ngumpetin kitab terus yang terakhir sendal dan itu dalam sehari.

Memikirkan hal itu pipi Aina memanas.
'Yaallah kenapa sihh, kok jadi begini?' batin Aina

'Duh mang Izzudin membuyarkan konsentrasi mengajiku, bahaya ini.' rutuk Aina dalam hati ia membalikan tubuhnya ke kanan meletakan tangan di bawah kepala.

'Aku harus gimana? Gak boleh sampai buyar pokusku, tapi kalau barengan sama dia mulu mana bisa pokus.' imbuh Aina lagi

"Udah ahh tidur, kesiangan kalau di lanjut terus." Rutuk Aina seraya memejamkan mata. Mencoba tertidur walau pikiran tetap berkecamuk.

To be continue

Hi aku datang lagi, semoga kalian suka dengan ceritanya🥰🥰

Jangan lupa vote ya!!

Silahkan berikan kritikan dan sarannya ya



Melukiskan Pelangiku #IWZPAMER2023Where stories live. Discover now