Mulai Tumbuh

16 4 0
                                    

Sinar matahari masih terasa terik walau waktu sudah menuju sore, langit masih terlihat biru di temani awan putih yang bergerombol. Kegiatan belajar mengajar masih berlangsung, semilir angin yang masuk lewat jendela yang terbuka membuat siswa siswi mengantuk. Terlihat ada beberapa orang yang menutup mulutnya dengan punggung tangan kala menguap. Suasana belajar di kelas ketika menjelang sore sering jenuh.

Terlihat Aina yang duduk di bangku barisan ketiga tengah menahan kantuk, berusaha agar matanya tidak terpejam. Posisi duduknya sudah sikap sempurna, tangannya ia lipat di meja.

"Indri, kalau aku ketiduran bangunin ya!" Aina mencondongkan badannya sedikit seraya berbisik kepada Indri teman sebangkunnya.
Indri mengangguk pelan.

"Oke anak-anak karena waktunya sudah habis kita akhiri pelajaran hari ini, bertemu lagi Minggu depan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh" Pungkas pak Ridwan mengakhiri pelajaran.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh." Jawab para siswa yang segera membereskan barangnya masing-masing.

"Alhamdulillah, Duh ngantuk banget tadi tapi pas pelajaran selesai seger lagi." Ungkap Aina seraya mengusap wajah lalu membereskan alat-alat belajarnya.

"Syetannya udah lepas kali." Sahut Indri yang sedang memasukan buku ke tas.

Alina dan Indri lalu keluar kelas menyusuri koridor, melewati lapangan menuju gerbang keluar.

"Ceu Aina?" Sebuah suara yang sudah tak asing menghentikan langkah kaki Aina yang basu saja menginjak lapangan.

"Iya mang?" Aina menjawab sambil menoleh, terlihat Izzudin berdiri mendekap tumpukan buku catatan di tangga menuju lantai dua. Sepertinya ia akan mengantarkan buku-buku itu ke ruang guru, karena ruang guru memang terletak di lantai dua.

"Nanti bawa kitab Takrib ya, pas ngaji asar, mau tolong 'Nyorogkeun' lagi." Pinta Izzudin

"Iya, boleh." Aina mengangguk lalu berlalu pulang ke asrama, dan Izzudin ke ruang guru mengantarkan buku catatan.

***

"Teh Alin kok bawa kitab Takrib, bukannya sekarang bukan jadwalnya ya?" Tanya Nisa gadis berjilbab putih tunik putih lengkap sarung hijau tua kala mereka baru saja duduk dan meletakan kitab serta buku.

"Mang Izzu tadi katanya pengen 'Nyorogkeun', tadi pas pulang sekolah minta bawa kitab Takrib." Jawab gadis bersarung cokelat tunik putih dan jilbab putih yang tak lain adalah Aina

"Ohh di minta mang Izzu" ungkap Nisa sambil tersenyum menggoda Alina.

"Apa sih Nis, cuma Nyorogkeun ihh." Alina menggeplak tangan Nisa matanya mendelik.

"Iya, emang aku bilang apa barusan? kok kamu ngamuk." Kata Nisa sambil mengusap-usap tangannya yang di geplak Aina, namun Nisa malah semakin menggoda Aina.

"Udah ahh, dieum aku mau baca catatan bentar." Alina menghindar pembahasan yang semakin panjang.

"Lah katanya mang Izzu mau 'Nyorogkeun', tuhh orangnya udah dateng." Nisa memelankan suaranya supaya tidak terdengar oleh yang lain termasuk Izzudin yang sedang berjalan ke tempat duduk yang memang hampir sejajar dengan mereka.

Aina yang awalnya akan membuka buku urung, ia melirik ke arah pintu, Izzudin datang bersama Azmi lalu duduk bersebelahan. Terlihat Izzudin yang memakai sarung hitam, kemeja putih polos lengkap dengan hitam pekat bertengger di kepalanya, sedang Azmi memakai sarung biru tua, kemeja putih polos dan peci putih bersih.

"Ceu, di bawa gak?" Izzudin menoleh ke belakang

"Hmm." Nisa berdehem namun wajahnya seakan-akan tidak melihat keduanya, Aina refleks mencubit pelan kaki Nisa seraya mendelik. Nisa pun mengusap-usap bekas cubitan Nisa seraya tertawa cekikikan.

"Di bawa, mang." jawab Aina seraya menunjukan kitab Takrib yang sedang ia pegang.

"Ceu halaman 13 udah di logat?" Tanya Izzudin ketika sudah membuka kitab. Aina membuka halaman yang di sebutkan, setelah ketemu dan melihatisisnya ia mengangguk.

"Udah. Baris ke berapa?" Tanya Aina dengan mata tetap pokus meneliti isi kitab.

"Baris ke enam." Jawab Izzudin yang sama-sama pokus dengan isi kitab.

Aina pun membacakan kata per kata dengan maknanya, dan Izzudin memaknai kitabnya yang masih belum di maknai sampai semua santri datang dan memulai doa sebelum mengaji, di lanjut kajian oleh kang Nasrul.

Melukiskan Pelangiku #IWZPAMER2023Where stories live. Discover now