6.| Paksaan

8.2K 668 19
                                    

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Arga. Di hadapannya, wanita paruh baya yang ia panggil mama tengah meredam bara dalam dada.

"Apa mama pernah melarang kamu melakukan suatu hal?"

Hening. Arga tidak menjawab. Pikirannya kalut sedari seminggu yang lalu. Ia memilih untuk menyendiri. Pulang ke apartemen, ia merasa bimbang. Pulang ke rumah, ia bertanya pada diri untuk apa. Berakhir dengan telepon Arlan tadi pagi yang menarik semua kesadarannya.

"Ya. Arga salah." Arga lapang dada menerima dampratan sang mama. 

"Apa kamu masih ingin disebut lelaki, Ga?" Suara wanita paruh baya itu memelan, tetapi masih bernada dingin. 

"Di mana Alfa?"

Hening. Arga bungkam. Ia kebingungan mencari alasan. Entah setan apa yang merasuki hingga dirinya melakukan kebohongan. 

"Di rumah bersama babyi sitter." Dusta tersebut Arga lakukan untuk melindungi Maida. 

"Mulai sekarang kamu harus memperhatikan Riana. Jadi laki-laki yang bertanggung jawab, Ga. Mama mengharapkan kamu bisa melakukannya."

Arga ditinggal sendiri selepas wanita paruh baya itu mengeluarkan petuah. Selain mengangguk, apa yang bisa Arga lakukan? Ia memang sedikit khawatir kala tahu bahwa Riana masuk rumah sakit. Namun kembali ke gengsi, Arga selalu menyisihkan perasaan-perasaan kecil untuk Riana.

Di dalam ruang tersebut, Riana menatap Arlan. Kesadarannya kembali selepas beberapa waktu hilang ditelan pejam.

"Gimana?" Arlan membuka suara.

"Aku baik. Makasih untuk—"

"An!" panggil Arlan lirih.

Dua insan dalam ruangan itu saling pandang. Detik itu juga ketakutan Riana semakin menjadi saja. Arlan sepertinya sudah mengetahui semua.

"Lan, keep silent!" pinta Riana sembari menyatukan dua telapak tangannya.

Perbincangan terhenti kala pintu ruangan terbuka tiba-tiba. Arga telah berdiri dengan wajah datarnya. Pikirannya berperang ketika tahu dua orang yang sempat membuat hatinya tak tenang tengah berbincang. 

"Aku keluar, Kak," pamit Arlan sembari melempar tatap sinis untuk Arga.


Hening. Selepas pintu tertutup, suami istri tersebut saling diam membisu. Riana sibuk membuang pandang ke jendela. Arga sibuk mencari kata untuk bertanya.

"Kamu benar-benar sakit?"

Tanya itu terdengar seperti ejekan. Riana menoleh dan tersenyum rapuh. Arga memang tidak pandai bertanya, tetapi satu kali bertanya lelaki itu seperti melempar api yang siap membakar hati.

"Lebih baik diam saja dan berpura-puralah seperti keluarga bahagia," ujar Riana menahan gelegak lara.

Bisa Arga lihat istrinya terlihat mengenaskan. Mata sembab, bibir pucat, dan kantung menghitam menjadikan bukti betapa menyedihkan wajah Riana. Mungkin, bisa saja Arga bertanya perihal kesulitan apa yang telah wanita itu lalui. Namun, sekali lagi, dia cukup sadar diri bahwa semua luka bersumber darinya. Iba sebenarnya melihat istri keduanya terluka, tetapi Arga lebih memprioritaskan Maida.

Menyerah [TALAK AKU, MAS!] (18+) (Completed)Where stories live. Discover now