12.| Beautiful

7.7K 653 40
                                    

Suapan demi suapan bubur masuk ke mulut Arga. Riana menyuapi sang suami dengan telaten dan sepenuh hati. Ia hanya memperhatikan makanan hingga tak sadar akan tatapan berbeda yang Arga layangkan.

"Mas mau ketemu Mbak Maida?" tanya Riana melirik Arga.

"Tergantung." Lelaki itu berujar jujur.

Sekarang, hatinya merasa cukup bersama Riana. Apa ini kesalahan? Arga tidah tahu. Akan tetapi, semua kejujuran dalam genggaman. Bersama Riana tak ia rasai kekurangan.

"Jadi?" Riana memperjelas jawaban Arga.

"Mungkin nanti sore saja. Aku ingin menikmati ini," ujar Arga menatap intensif wanita di hadapan.

Ditatap sedemikian rupa membuat jantung Riana berloncatan. Ia membuang pandang tetapi keadaan tetap sama, jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.

"Ri," lirih Arga.

"Ya?"

"Kamu cantik."

Pujian tersebut dilayangkan dengan satu tarikan napas. Riana merasa pipinya memanas. Ia kalang kabut untuk menenangkan hati dan keluar dengan gegas.

Menatap tingkah polah Riana, Arga hanya bisa menggeleng perlahan. Semalu itu ternyata istrinya. Jika Maida yang dipuji pastilah akan tersenyum lantas mengecup pipinya. Lain halnya dengan Riana, wanita itu malah kabur selepas dilayangkan pujian. Dua wanita berbeda dan mampu menggoyahkan hati Arga.

Dalam mimpinya sekalipun, Arga tak pernah menginginkan beristri dua. Sungguh terlalu dusta jika dia mengatakan enak. Ia seakan bergerak di antara dua dinding kaca yang rapuh. Untuk menjaga keduanya tetap utuh, ia harus benar-benar berhati-hati. Selama ini, ia telah menggoreskan banyak luka di keduanya.

Menduakan Maida, berlaku tak adil bagi Riana, dan sederet kesalahan lain yang masih Arga ingat tiap detilnya. Kejadian kecelakaan seperti ini membuat Arga berpikir keras. Iyakah ini merupakan teguran? Jika iya, maka dengan senang hati ia memperbaiki semua.

Helaan napas panjang ia lakukan. Arga berharap dengan demikian bebannya berkurang. Sayang seribu sayang, tetap saja beban menetap, tak mau berpindah. Ia harus bagaimana untuk memperbaiki semua?

Dingin menerpa kulit Maida. Wanita itu tengah menikmati mandi dengan ketenangan yang menjalar. Kabar sadarnya Arga sudah menebus segala rindunya. Meski rindu belum tuntas, Maida akan mengunjungi Arga nanti sore.

Pikiran Maida kembali melayang. Tadi malam, Riana aktif memberinya kabar tanpa diminta. Bahasa sopan pun madunya terapkan walaupun hanya lewat WA.

Rencana yang telah Maida rancang di kepala mendadak buyar. Hatinya masih hidup dan merasai iba. Awalnya, ia ingin membuat wanita itu keguguran dan merasakan kehilangan. Akan tetapi, melihat kerapuhan juga keluguan Riana, Maida mendadak gamang.

Kegiatan mandi paginya telah usai. Maida pun berganti pakaian dan menikmati panas mentari lewat kaca jendela. Tangannya meraih ponsel dan membukanya.

Tidak sengaja Maida membaca caption quotes di Instagram. Matanya terpaku. Otaknya buntu.

Sifat egois bisa mengubah seseorang menjadi bengis.

Hidup tenang tidak melulu tentang perasaan senang.

Maida menatap lamat-lamat quotes tersebut. Hatinya mendadak keki. Ia tersentil dengan kalimat barusan.

Tentang Riana, apakah Maida akan mulai menerima wanita itu? Wanita yang sebenarnya bukan duri, tetapi takdir menuntunnya untuk begini. Maida gamang dalam bisu. Ia harus bagaimana?

---HISNANAD---

Pujian Arga berefek besar bagi kesejahteraan hati Riana. Berkali-kali wanita itu menutup wajah dengan kedua telapak tangan pasca becermin. Rasa panas di pipinya timbul ketika kenangan bersama Arga muncul begitu saja.

Menyerah [TALAK AKU, MAS!] (18+) (Completed)Where stories live. Discover now