18.| Talak

7.6K 503 61
                                    

"Aku talak tiga kamu, Maida Adara." Suara Arga bagai pedang tak kasatmata yang menebas jantung Maida.

Wanita itu kehilangan ruangan gerak. Napasnya memberat. Matanya tak berkedip. Hening. Bibirnya mengatur rapat.

"Apa? Kenapa?"

"Omong kosong jika kamu menanyakan apa," lirih Arga menatap tepat di kedua mata wanitanya.

Maida Adara. Wanita yang benar-benar Arga ratukan dalam setiap perbuatan. Keinginan Maida sebisa mungkin Arga lakukan meski status mereka masih berpacaran. Hati Arga selalu menghangat mendengar perhatian gadis yang dulunya ia pandang lugu.

Maida Adara adalah simbol cinta pertama dan seterusnya bagi Argaseta Bayanaka. Meski, terkadang ada kata putus nyambung, hubungan yang mereka jalin selepas SMA itu selalu berujung balikan.

Lewat kisah pilu Maida yang sering dihajar sang ayah. Atau, wanita itu yang kerap menangis dengan suara bergetar dan mengunci diri di kamar mandi, dikarenakan pertengkaran ayah dan ibunya. Jika tidak, desakan sang ibu yang menyuruhnya menjual diri karena terimpit ekonomi.

Maida cantik. Arga mengakui itu. Dengan atau tanpa make up, wajah wanita itu selalu sedap dipandang. Nahas, wajah yang semula hanya Arga kenal sebagai gadis ceria ternyata memiliki cerita kelam tentang arti aniaya.

Merasa senasib, walaupun Arga hampir tak pernah menyinggung tentang keluarganya yang temperamental, lelaki itu berjanji dalam hati. Membahagiakan Maida; sampai tua nanti.

Tak dimungkiri, Maida selalu merasakan dirinya berharga di hadapan Arga. Lelaki itu benar-benar menjaganya. Skin touch yang dilakukan selama pacaran pun hanya sekadar pegangan tangan, kecup kening, dan berpelukan. Maida suka.

Saat Arga akan melanjutkan studi ke luar kota, saat itu pula Maida diperkenalkan ke keluarganya. Dayu, menerima dan memperlakukan Maida dengan sayang. Awal melihat wajah lugu dengan senyum ramah itu, Dayu setuju-setuju saja mengangkat Maida menjadi menantu.

Tak berselang lama, Maida dihubungi nomor tak dikenal, ia ditawari menjadi sekretaris di sebuah perusahaan. Saat bertamu, Maida melihat wajah tampan tetapi dengan usia tak lagi muda, Papa Arga, Rana Abiyu.

Maida merasa kikuk sebenarnya. Menurut informasi harusnya penerimaan karyawan dilakukan oleh HRD, lantas kenapa bisa dia di suruh ke ruangan CEO.

Selepas basa-basi dengan calon mertua pun Maida lakukan. Ia pun mulai bertanya dengan ekspresi kebingungan pasal panggilan menjadi sekretaris ia terima.

"Perasaan, saya hanya melamar sebagai cleaning servis di sini, Om. Apa Arga yang memberitahu Om bahwa saya pacarnya. Siapa tahu dia menyuruh Om mengangkat saya menjadi sekretaris," ujar Maida sadar diri dengan pendidikan terakhirnya yang hanya lulusan SMA.

Abiyu tersenyum tipis. Ia menggeleng. Lelaki paruh baya itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Maida. Diangkatnya wajah ayu itu hingga degub jantung Maida menjadi.

"Saya tertarik sama kamu."

Maida terkesima. Meski, pada akhirnya ia mulai menguasai diri. Berpura-pura tak tahu apa maksud dari perkataan Abiyu.

Sempat, wanita itu mengatakan penolakan tiap lelaki paruh baya tersebut mulai melayangkan ajakan makan malam, siang, bahkan jalan selayaknya pasangan.

Namun, lelaki tetaplah lelaki. Mereka akan mengejar sampai dapat apa yang diingini. Begitu pula Abiyu. Ia tak lagi memikirkan wanita yang membersamai sikap temperamental juga egois dari tiga puluh tahun yang lalu. Ia seakan lupa, wajah ayu yang dulu ia kejar-kejar lantas mau menukar hidup dengan dirinya yang belum mapan. Ia benar-benar tak mengingatnya dan tak ingin mengenangnya hanya karena pandangan yang tak mampu dijaga.

Seperti tergila-gila, Abiyu juga melupakan bahwa gadis yang ia rayu adalah calon menantunya. Kekasih dari anaknya. Abiyu melupakan semua dan meninggikan egonya.

Dilimpahi berlian, takhta, dan harta, Maida merasa goyah. Ia tak mampu menahan tangan calon mertuanya yang sesekali mulai menjamah. Ia terlena dan mulai menikmati semua.

Kesibukan Arga dan kerenggangan hubungan membuat Maida sedikit bergeser dengan janji setia. Awalnya ia menerima ajakan makan siang, makan malam, jalan-jalan lantas ... berakhir di ranjang.

Itu tak sengaja. Meski Maida mengelak tetapi tetap saja ia menyerahkan yang pertama, yang dijaga Arga, yang ia bangga-banggakan, menyerahkan kepada lelaki tua bermodalkan harta? Amoral!

Alibi Maida membernarkan hati busuknya ketika mengutuk perbuatan itu disebabkan karena Arga yang tak mau menjamahnya. Lelaki itu, meski digoda Maida yang menggebu-gebu, Arga justru memilih pergi.

"Cium aku, Ga!"

Arga hanya tersenyum tipis dan mengecup kening Maida tulus.

"Ihhh. Kita udah dewasa udah 22 tahun. Masa cuma cium kening."

"Sayang ... aku akan menciummu nanti selepas akad. Di sini, sini, dan ... sini."

Arga memberhentikan jarinya ke bibir ranum Maida. Itu adalah sekelumit bayang saat Maida mencoba menggoda. Namun, Arga adalah lelaki yang berpendirian kuat, ia ingin, tetapi menahannya.

Dosa? Arga takut akan hal itu. Ia benar-benar menjunjung tinggi agama meski bukan terlahir dari keluarga agamis. Pergaulannya yang sedikit terjaga membuat lelaki itu tercipta menjadi remaja yang baik.

Mengalami penolakan berkali-kali, Maida mulai merasa penasaran juga malas menunggu. Wanita itu secara sadar mau diajak berkubang dosa di hotel dengan calon mertuanya di samping sang kekasih yang berjuang mengakhiri studi.

Sekali, dua kali, tiga kali, candu. Maida mulai ketagihan meski awalnya ia tak menginginkan. Hatinya dipenuhi kebusukan saat rayuan Abiyu mulai berbisik di telinganya.

"Sayang, ayo menikah denganku," rayu Abiyu.

Maida tentu menolak secara halus. Abiyu adalah alat bersenang-senang, sedangkan Arga adalah lelaki yang ia cintai dengan hati terdalam.

Affair itu terus berlanjut hingga terjadi kecelakaan tragis yang menimpanya dengan Abiyu selepas minum-minum di bar. Lantas selepas pulih, Dayu seperti mulai menyadari bahwa Maida adalah wanita ular.

Salahkah jika Maida ingin kekayaan juga kasih sayang meski bermain dengan dua lelaki? Tidak. Menurut Maida tidak. Ancaman Dayu dan Alan agar ia meninggalkan Arga tak digubris sama sekali. Wanita itu, berani mengadu hal-hal rekayasa yang menyakitkan. Sabotase meringkus Arga dalam pernikahan pun dalam genggaman.

Maida mengajak Arga untuk makan malam. Lelaki itu manut. Mulailah mengalir cerita bahwa keperawanan Maida terenggut paksa oleh rekan di kantor papa Arga. Bukan tanpa alasan, Maida menuduh Deni karena lelaki kalem itu pemegang kartu Asnya.

Arga menenangkan hati. Meski sakit, ia tak ingin menghakimi. Lagi-lagi cintanya mengalahkan segala. Ia menerima Maida tanpa kata. Malam itu, tipu muslihat syaitan melancarkan aksi dari manusia picik tanpa hati.

"Kamu menerimaku, Ga?"

"Aku menerimamu bagaimanapun kamu, Sayang," lirih Arga.

"Aku enggak percaya." Ekspresi sedih Maida tampakkan.

"Sayang—"

"Aku nggak percaya kamu masih mau nerima aku yang kotor," lirih Maida sembari mengeluarkan air mata.

"Sssttt jangan bilang gitu. Kamu cantik. Aku selalu cinta kamu," ujar Arga menangkup kedua pipi Maida.

"Kamu harus buktikan!" Maida membalas tatapan Arga dengan gemetar.

"Dibuktikan lewat apa, Sayang?"

"Sentuh aku."

Diperbudak cinta yang tak seharusnya, Arga kehilangan akal. Ia meniduri Maida. Mempersembahkan pemujaan tulus meski di belakangnya sang kekasih bermain hati.

Lantas sebulan kemudian, garis dua terpampang. Arga senang, karena kata Maida itu anaknya. Sedangkan, Maida sedikit merasa bersalah karena telah membohongi kekasih hatinya. Ia berhasil meringkus Arga dalam balutan cinta rekayasa. Padahal bukan benih Arga yang ia kandung. Padahal ada benih lain yang memang sudah tumbuh. Dan benih itu ... adalah benih Abiyu.

⚒️ next gak nih? 🤣

Menyerah [TALAK AKU, MAS!] (18+) (Completed)Where stories live. Discover now