Aphelion di bulan Juli
Menitikkan hipotermia di berbagai sudut bumi
Pun di sudut matanya, gelora pudar dari jiwanya
Pada garis tangannya, ia sendiri tak tahu jadwal takdirnyaSeorang perempuan mendongak, menatap jauh pada titik zenit angkasa
Lalu menunduk, menutup matanya saat nadir di hadapannya
"Tuhan, Engkau dimana?" tanyanyaIa berjalan melewati jalan di telapak tangannya,
Ruas demi ruas ia lalui, rasa demi rasa ia rasai
Rupanya bulan sabit telah lama bercerai dari bibirnya
Bagaimana mungkin purnama bisa mendatangi wajahnya?Perempuan itu berhenti sejenak, lalu duduk di pinggir jalan
Ia menengok ke depan, belakang, sama saja
Kosong,
"Tuhan, dimana orang-orang?" tanyanya