(5) Pain

1.2K 243 17
                                    

Yuna merenguh pelan, rasa sakit menjalar di leher sampai belakang kepalanya. Kepalanya begitu berat sampai ia tidak bisa membuka matanya. Gadis itu bahkan sampai harus meringkuk karena saking sakitnya kepala bagian belakangnya. Seolah-olah baru saja ada yang memukul tengkuknya memakai tongkat Baseball.

"Im Yuna," suara itu, suara dingin dan tajam yang terdengar olehnya. Suara itu ada di kepalanya, suara yang mampu membuat darahnya berdesir bukan main karena laki-laki itu. Kenapa rasanya suara itu dekat sekali? Kenapa ia harus mendengar suara itu di kepalanya sendiri?

"Buka matamu dan minum ini, kepalamu akan semakin sakit jika matamu tetap terpejam."

Seketika kedua mata Yuna terbuka lebar. Suara itu bukan hanya berada di kepalanya, tapi juga ada di sekitarnya! Perlahan, gadis itu menengokkan kepalanya ke arah samping dan betapa terkejutnya dirinya saat dosen itu, Yoongi, berada di sisi ranjang dengan segelas gelas bening berisi air berada di tangannya.

"YAAA!" teriaknya dengan kencang sambil dengan beranjak duduk dan mendorong tubuh laki-laki itu. Namun, bukannya menjauh, Yuna malah kembali merasakan bagian leher sampai kepalanya yang berdenyut hebat seolah ada sengatan listrik yang terus saja menyengatnya.

Kepalanya menunduk, matanya terpejam dan tangannya menjambak rambutnya sendiri karena saking sakitnya denyutan itu. Rasa sakit ini, kenapa rasanya begitu sakit dan terasa sangat menyiksa? Ada apa dengan tubuhnya? Kenapa seperti ini?

Saat Yuna masih terus merasakan rasa sakit yang menjalar sangat hebat itu, tiba-tiba saja tangannya di cekal. "Kubilang buka matamu!" suara Yoongi tidak dapat terdengar oleh gadis itu. Telinga Yuna berdenging dengan sangat kencang dan ia mulai berteriak dan menjerit kesakitan.

Tangan Yuna mencoba untuk menepis tangan Yoongi, tapi ia bisa merasakan jika cengkraman Yoongi begitu kuat dan ia tidak bisa melepaskannya seolah tangan Yoongi terbuat dari baja yang sangat kuat dan keras. "Im Yuna!"

Gertakan Yoongi sukses membuat gadis itu membuka matanya, dan entah bagaimana caranya, rasa sakit itu perlahan menghilang dari kepala dan lehernya. Denging telinganya yang sebelumnya berdenging sangat kencang dengan sekejap hilang begitu saja.

Matanya yang sayu saling bertatapan dengan mata tajam Yoongi.

Saat ia menatap mata laki-laki itu, seluruh rasa sakitnya menghilang, dan jika Yuna ingin kembali menutup matanya, rasa sakit itu kembali muncul. Ada yang aneh disini, Yuna bisa merasakannya.

"Minum ini, aku memaksamu." Ujarnya dengan penuh penekan dengan menyodorkan gelas berisi air pada Yuna yang berada di hadapannya.

Gadis itu tidak punya pilihan lain, ia bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya nanti saat rasa sakit itu kembali menyerangnya. Perlahan, tangan kanannya terulur untuk mengambil gelas itu dari Yoongi. Entah Yuna sadar atau tidak, tapi tangan kirinya masih terus digenggam oleh Yoongi.

Mereka bertatapan sebentar sebelum Yuna mulai meneguk minuman itu. Matanya terpejam merasakan dingin menjalar di lehernya saat air yang ia teguk melewati tenggorokannya. Elusan tangan Yoongi yang menggenggam tangannya membuatnya sedikit tenang.

Saat gadis itu selesai menghabiskan isi dari gelas yang ia teguk, tiba-tiba hatinya terasa sangat tenang dan hangat. Darahnya yang sebelumnya berdesir hebat kembali mengalir dengan normal, kepalanya terasa sangat ringan dan leher bagian belakangnya menjadi sangat leluasa untuk bergerak.

"Merasa mendingan?" Yoongi kembali berbicara dan tangannya terulur untuk mengambil gelas itu dari tangan Yuna. "Kau bisa mengganti pakaianmu lebih dulu sebelum kita berbicara." Ujarnya lalu beranjak berdiri dan keluar kamar.

Seketika Yuna langsung menunduk untuk menatap pakaiannya yang ternyata sudah basah akibat dari keringatnya yang tidak berhenti keluar tadi. "Sial!" desisnya merasa malu karena baju putihnya menerawang memunculkan bra berwarna hitamnya.

Demon Where stories live. Discover now