(16) Bathroom Tragedy

837 174 6
                                    

Sebulan sudah Yoongi menghilang dan sama sekali tidak memunculkan sosoknya di hadapan Yuna. Bahkan, kedekatan Yuna dan Jimin menjadi semakin intim. Mereka selalu pulang bersama saat jam kuliah selesai, atau makan siang di kantin kampus setiap harinya.

Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri jika Yuna tetap merindukan sosok Min Yoongi yang mana adalah kekasihnya. Gadis itu bahkan sesekali menangis di malam hari karena ia merindukan Yoongi.

Namun, akhir-akhir ini Yuna berusaha untuk menghilangkan Yoongi dari pikirannya sementara karena ia akan ujian akhir semester beberapa hari lagi.

Alhasil, ia selalu mengunjungi perpustakan atau belajar di kafe dekat kampus untuk menghilangkan pikirannya tentang Yoongi. Ia ingin fokus pada ujiannya kali ini dan berharap agar setelah ujiannya selesai, Yoongi akan muncul.

Yuna sangat mengharapkan hal itu.

...

Hari ini, ujiannya selesai, di saat bersamaan dengan Yoongi yang menghilang selama dua bulan. Banyak sekali pesta yang harus Yuna datangi hari ini.

Teman sekelasnya, teman organisasinya, bahkan Jongho dan Yeosang juga mengajaknya berpesta karena telah berakhirnya ujian mereka. Namun, tidak satu pun Yuna tertarik untuk mengikutinya.

Pikirannya sekarang benar-benar sudah mengarah pada Yoongi.

Pada kekasihnya sendiri.

Betapa rindunya dia.

"Kau benar-benar akan langsung pulang?" Aeri sekali lagi bertanya. Memastikan jawabab Yuna yang benar-benar tidak logis. Bagaimana bisa sahabatnya ini menolak berpesta setelah sebulan lamanya mereka ujian?

Yuna menggeleng. "Tidak, Aeri. Aku ingin pulang saja."

"Ada Jimin Sunbae, kau tetap tidak ingin ikut?"

Gadis itu menghela napasnya lalu kembali menggeleng. "Aku ingin tidur saja di rumah." Balasnya lalu beranjak berdiri saat bus sudah sampai di haltenya. "Katakan saja pada Jimin Sunbae jika aku tidak enak badan."

Aeri cemberut saat Yuna mulai masuk ke dalam bus dan duduk di sisi jendela yang terbuka.

Melihat raut wajah Aeri, tidak bisa membuat Yuna untuk tidak tertawa. Ia lalu melambaikan tangannya dari jendela bus. "Sampai bertemu semester depan!" Serunya sebelum bus bergerak maju untuk meninggalkan halte kampusnya.

...

"Sisa berapa hari lagi untuk kematiannya?" Tanya Yeosang pada Jongho yang berada di hadapannya.

Jongho menghisap rokok yang berada di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu menghembuskannya ke udara. "45 hari lagi." Jawabnya singkat. Ia kembali menghisap rokoknya dan menghembuskannya. "Tapi— aku khawatir karena Jimin semakin menyempurnakan gelembung pelindungnya."

Mendengar itu membuat Yeosang menatap ke bawah gedung, di mana terdapat rumah kecil Yuna yang berada di ujung gang. "Jadi, dia semakin dekat dengan Jimin akhir-akhir ini?"

Jongho mengangguk lalu menjatuhkan putung rokoknya dan menginjaknya. "Ya, kenapa kita selalu kalah dengan malaikat pelindung itu?" Ujarnya dengan intonasi suara yang sedikit frustrasi.

"Mungkin karena dia tampan."

"Wajah kita selalu berubah setiap bekerja, tapi kenapa Jimin yang selalu mendapatkan wajah tampan?"

Yeosang terkekeh pelan. "Karena dia pelindung." Jawabnya singkat. "Berbeda dengan kita yang pencabut nyawa. Apalagi dengan Yoongi, dia bahkan hanya iblis yang paling di hindari manusia."

"Tapi wajahnya kali ini lumayan, dia bahkan bisa mengambil hati Yuna." Kata Jongho yang mengarah pada Yoongi. "Hei, bukankah Yoongi akan semakin menghilang? Gelembung yang di berikan Jimin pada Yuna semakin menguat dan sempurna."

Yeosang mengangguk, menyutujui ucapan partnernya itu. "Dia mungkin sudah menghilang, apa kau pernah melihatnya akhir-akhir ini?"

"Tidak, tapi— aku tidak terlalu yakin jika dia sudah menghilang."

Kedua mata mereka sontak mengarah pada sosok Yuna yang baru saja turun dari bus dan mulai berjalan memasuki gang.

"Kenapa? Karena gadis itu masih menyimpan sosok Yoongi di hatinya?"

Jongho tersenyum kecil lalu mengangguk, tatapannya tidak lepas dari Yuna yang berjalan lemah dengan menundukkan kepalanya. "Yuna bisa saja memunculkan kembali iblis itu karena dia sudah terlanjur mencintainya."

Mendengar itu membuat Yeosang terkekeh. "Percuma saja, hubungan mereka tidak akan lebih dari sesosok iblis dan manusia yang mustahil untuk bersatu di semesta ini."

...

Yuna mendangakkan kepalanya, menatap ujung gedung yang kosong. Entah kenapa, sedari tadi ia terus merasa jika seseorang sedang menatapnya dari atas sana.

Gadis itu lalu mengangkat kedua bahunya lalu membuka pintu rumahnya dan masuk.

Ia melempar totebag-nya ke segala arah dan langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri.

Saat ia mandi, Yuna kembali merasa jika ada seseorang yang berada di dalam rumahnya. Karena hal itu ia langsung mengambil handuk untuk melilitkan di tubuhnya dan membuka kecil pintu kamar mandinya untuk melihat keluar.

Yuna menyipitkan matanya, tangannya memegang botol sabun untuk berjaga-jaga jika seseorang akan menyerangnya.

Namun, tidak ada apapun di luar kamar mandi.

Gadis itu menghela napas lega sampai ia kembali menutup pintu kamar mandi dan berbalik— sontak matanya terbelak dan tubuhnya menegang saat di depan matanya— ia bisa melihat asap pekat berwarna hitam dengan mata merah menyala seperti bara api.

Yuna menjerit hebat, ia bahkan melempari asap itu dengan botol samponya sampai ia pingsan sendiri di tempat. Dan tanpa sadar, hatinya terus menyebut nama Yoongi— berharap untuk mendapatkan pertolongan.

Karena suara hatinya itu juga, sesosok asap hitam itu berubah wujud menjadi manusia bernama Min Yoongi yang sedang tersenyum melihat kekasihnya ini pingsan tapi masih menyebut namanya di hatinya.

tbc,

yoon ngapain di kamar mandi🌚

Demon Where stories live. Discover now