19. It's a Bye

108K 17K 234K
                                    

♪ P L A Y L I S T S❄️ Yours - Chanyeol & Raiden❄️ I'm Missing You - Sunjae❄️ My Old Story - IU

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♪ P L A Y L I S T S
❄️ Yours - Chanyeol & Raiden
❄️ I'm Missing You - Sunjae
❄️ My Old Story - IU

19. IT'S A BYE

Mulai malam ini Ragas tidak lagi tinggal di kediaman keluarga Langit. Ia meninggalkan kamar tercintanya dan semua ruang penuh kenangan di rumah besar itu.

Ia pindah ke rumah milik Lana, istrinya.

Pasangan yang baru menikah itu sepakat menempatkan rumah tersebut sebagai istana mereka. Awalnya Ragas berencana membeli rumah baru, namun Lana tidak setuju dengan alasan buang-buang dana yang terbilang besar.

Jadi, keputusannya adalah di beberapa waktu ke depan, mereka akan melakukan renovasi memperluas dan menambah isian rumah.

Jam digital berhenti di angka 23.41 ketika Ragas meliriknya. Sudah tengah malam. Lana masih sibuk membersihkan tubuh dengan pancuran air terdengar dari kamar mandi.

Sehabis urusan Lana selesai, Ragas gantian masuk ke kamar mandi untuk melakukan kegiatan serupa.

Rasa penat sejenak luruh kala air hangat menerpa punggung telanjang Ragas. Wewangian sampo dan sabun semerbak mengisi ruang. Aktivitasnya di bawah guyuran shower tidak berlangsung terlalu lama.

Bilik kamar mandi yang terbuat dari kaca buram menerawang pergerakan Ragas. Di dalam kamar, Lana memakai skincare sambil mengamati bayangan suaminya. Senyum manis itu terukir lebar dengan sendirinya.

Jreng!

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan spontan Lana buang muka ke lain arah. Reaksi kaget Lana ternyata tertangkap oleh Ragas. Lelaki itu bersiul seraya mendekat.

"Jangan dipakein ke leher atuh," celetuk Ragas saat Lana mengusapkan krim ke leher.

"Kenapa? Biar rata dari muka ke leher." Lana menjawab.

"Nanti pait akunya." Senyum mesum itu muncul di muka Ragas, dan Lana langsung merinding.

Lana berdecak. "Agas, ih! Macem-macem deh pikirannya."

"Ng? Emangnya kamu mikir apa?" Kini Ragas maju dua langkah sampai dia benar-benar berdiri di dekat Lana yang gelagapan.

Lana melotot pada dirinya di depan cermin. Dia tidak tau harus menjawab apa pertanyaan itu. Ah, ia merasa dijebak padahal Lana tau otak Ragas pasti mengarah ke situ juga!

"Kalo pikirannya udah sejalan, ya udah, gaskeun." Ragas menyeringai.

Embus napas panjang terdengar dari Lana. Ia menaruh wadah krim wajah ke tempat yang tersedia. Lana berbalik menghadap Ragas seraya sedikit mendongak untuk menatap wajah ganteng itu.

"Agas," sebut Lana.

"Yes, Baby girl." Ragas menjawab.

Lana ketawa kecil. Ia lalu memegang pergelangan tangan Ragas dan mengajaknya ke ranjang besar di tengah kamar ini. Perasaan mereka sama-sama sulit dijabarkan karena bercampur-campur.

ALAÏA 2 Where stories live. Discover now