29. Hurt

100K 14.1K 65.7K
                                    

absen sesuai inisial nama kamu

sebut bias kamu siapaaa

WAJIB VOTE DAN COMMENT BABYGENG! maacii lopyuuu

follow instagram kami:
@alaiaesthetic
@langitshaka
@alaianarelle
@atlannaishakar
@ragascahaya
@nyxreaperr
@moonstarvx
@radenchedid (author)

follow tiktok:
@radenze
@langitshakaa (2nd)

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
follow wattpad aku biar ga ketinggalan notif update <3

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀follow wattpad aku biar ga ketinggalan notif update <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


29. HURT 🔞

Satu berita duka muncul di banyak media. Informasinya menyebar sampai ke telinga Dae. Ini tentang seorang wanita tua—paranormal buta—yang pernah berjasa bagi Dae dalam menjalankan misi mencari sumber intan.

Fe Elata meninggal dalam keadaan hangus terbakar di rumahnya sendiri.

Tanpa hati, Dae mendengkus dan berhenti memainkan gadget. Dia menjauh dari meja berisi banyak berkas penting, kemudian mematikan lampu. Sinar biru dari akuarium besar mengisi kegelapan di ruang kerjanya ini.

Dae keluar dari ruangan dan tak lupa menguncinya kembali. Dia bergegas ke taman di lantai bawah untuk menemui sang istri. Tadi itu ia menerima kabar dari pekerja rumah bahwa Amora ada di sana.

Lelaki itu turun menggunakan lift. Kala hendak memasuki lift yang pintunya telah terbuka, ia berpapasan dengan Demian yang berada di dalam situ. Kebetulan Demian memiliki niat menemui Dae.

"Dae," sebut Demian seraya keluar dari lift.

Dae tak bergerak dari tempat, hanya mengamati Demian yang mendekat. Kalau Demian mendatanginya seperti ini, biasanya untuk memberi kabar mengenai sesuatu. Entah penting atau tidak.

"Fe Elata ditemuin tewas di rumahnya. Baru ditemuin setelah beberapa hari," ungkap Demian.

Dae mengangguk. "Iya."

"Tempat tinggalnya terlalu terpencil sampe enggak ada warga yang sadar. Pantesan kamu berani minta bakar rumah dia." Demian melanjutkan.

Anak satu-satunya dari Bos Mafia itu mendengkus ringan. Dari wajahnya sama sekali tak menunjukkan ia ikut berbelasungkawa. Tidak juga Dae tersenyum yang menunjukkan ia bahagia atas kabar duka ini.

"Udah?" Dae berucap, mempertanyakan Demian sudah selesai bicara atau belum.

Demian mengangguk satu kali. "Ya, saya cuma mau sampein itu."

"Oke. Gue mau ke Amora." Dae bertutur dan melengos dari hadapan Demian.

Demian mundur, memberi jalan untuk Dae ke lift. Sepeninggalnya Dae ke lantai paling bawah, Demian membuang napas panjang dan mengusap wajah. Ia tengah memikirkan cara bagaimana menghentikan pemikiran jahat Dae yang dengan mudahnya mengakhiri hidup orang lain.

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang