Bab 3

581 142 36
                                    

****

"Ibu-ibu dan Bapak-bapak, selamat datang dipenerbangan Air Asia dengan pelayanan dari Semarang ke Jakarta. Perjalanan akan memakan waktu satu jam untuk sampai di bandara Soekarno-Hatta untuk penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo silahkan melanjutkan dengan penerbangan yang sudah ditentukan. Kita sedang berada dalam antrian ke tiga untuk take-off dan diharapkan akan mengudara dalam waktu kira-kira sepuluh menit. Kami meminta anda untuk memasang sabuk pengaman anda saat ini dan simpan semua koper di bawah kursi atau kompartemen atas---"

Pengumuman lengkap sudah diterangkan pramugari, namun yang terekam jelas dalam ingatan Dita adalah tujuan dari penerbangan pagi ini, sontak membuat mata Dita terbelalak dengan lebar. Ia menatap Raga seketika, sementara Raga menatapnya penuh tanya.

"SARAGA PUTRAAAAAAAAAAAAA!" teriak Dita tertahan, ia menggertakan giginya sangking kesalnya karena tidak bisa melakukan apapun saat ini. Jika saja halal untuk melemparkan manusia tidak berguna keluar pesawat, maka Dita akan memilih Raga untuk menjadi korbannya.

Raga buru-buru memasang headset-nya, ia sudah tau apa yang akan Dita lakukan saat ini. Dari teriakannya saja Raga tahu kalau Dita akan mengomelinya habis-habisan lagi.

Pesawat sudah lepas landas, namun kekesalan Dita masih menumpuk di hatinya. Tidak bisa! Emosi Dita harus dikeluarkan sekarang juga. Dengan kasar Dita menarik headset dari telinga Raga, "Tuan Saraga Putra! Apa Tuan benar-benar ingin membunuh saya pelan-pelan?" tanya Dita lembut namun dengan tatapan tajam, setajam omongan tetangga.

Raga mengerutkan keningnya, "Apa sih Dit, kayaknya lo dendam banget sama gue?" tanya Raga pura-pura tidak tahu apa yang sudah dia lakukan.

"LO PESEN TIKET PESAWAT KE LABUAN BAJO TERUS TRANSIT DULU DI SOEKARNO-HATTA ITU GIMANA CERITANYA SOMAD?!!" pekik Dita kesal, sungguh sangat kesal. "Terus perjalanan kita kemarin naik kereta api beberapa jam ke Semarang itu apa gunanya, Hah? Kalo ujung-ujungnya kita balik lagi ke Jakarta?"

"OTAK LO DIMANA HAH?!" teriak Dita tertahan.

"Ya ampun Dit, kalau soal transit. Ya ... nggak apa-apa kali Dit, kan transit doang. Ini gue udah pesen bisnis class loh jadi lo nikmati aja perjalanannya," jawab Raga datar dan tanpa ada dosa sedikitpun.

"Pagi, ini untuk breakfast-nya" suara pramugari yang begitu lembut memecah pertengkaran antara Dita dan Raga. Ia memberikan roti dan susu pada keduanya. "Ada yang bisa saya—"

"Gak dulu Mba, kita lagi berantem dulu soalnya!" sambar Dita memotong ucapan pramugari yang kini tertawa kecil lalu kembali berjalan meninggalkan kursi mereka.

Raga menelan air liurnya yang terasa berat, rasanya pesawat ini seperti sedang dalam perjalanan untuk menembus langit ke tujuh apalagi dengan wajah Dita yang seolah ingin memakannya hidup-hidup. "Dit, udah dong Dit. Ini juga bukan sepenuhnya salah gue, google tuh yang salah. Apa traveloka ya? Soalnya gue checkout-checkout aja gak liat lagi," bela Raga pada dirinya sendiri. Bagaimana pun juga ia punya pembenaran kan?

Dita membuang mukanya dengan kesal lalu melipat tangannya di dada. "Terus pesawat ke Labuan Bajo berangkat jam berapa?"

"Jam sebelas" jawab Raga singkat.

"Pesawat ini sampe jam?"

"Jam delapan."

Lagi-lagi rasa kesal dalam diri Dita meronta keluar, "Terus kita mesti nunggu lagi tiga jam? YA TUHAN!! SEKIRANYA BERSAMA RAGA ADALAH PENEBUS DOSA-DOSAKU TERDAHULU, AKU IKHLAS TUHAN!!" erangnya sambil menutup kedua wajahnya, menahan rasa kesal yang berkecamuk dihatinya.

Something About UsWhere stories live. Discover now