Bab 6

527 111 10
                                    

***

Dita yang sudah siap untuk pergi, menuruni anak tangga dengan cepat. Ia terlihat sangat excited untuk pergi makan malam, apa lagi ini pertama kalinya ia akan mencoba makan malam dalam suasana dan tentu saja menu yang berbeda. Emh ... pasti akan banyak menu yang tidak biasa ia temukan di mana pun selain di sini, ah ... membayangkannya saja membuat perutnya keroncongan.

Saat Dita keluar dari Cafe ia melihat Raga yang sudah berdiri menunggunya sambil menyandarkan tubuhnya pada tembok Cafe. 'Cih, kayak orang bener' batinnya, namun ia tetap berjalan menghampiri Raga yang menjadi satu-satunya orang terdekat baginya di sini. "Mana Bang Bokir sama Ares?" tanya Dita seraya menatap sekeliling, mencari-cari keberadaan mereka karena sejak tadi ia hanya melihat sosok Raga yang berdiri sendirian menunggunya.

Raga menggeleng, "Bang Bokir sama Ares gak mau makan malam di luar, mereka cape kayaknya. Kan udah antar jemput kita pulang pergi sampe lima kali balikan, itu gara-gara lo bawa lemari didalem koper lo," cibir Raga.

Dita menggertakan giginya kesal. Tidak hanya kelakuan, bahkan ucapan Raga saja sudah mampu membuatnya kesal. "Terus gimana? Gak jadi? Uh ... mana gue udah pake celana lo pula," keluhnya.

"Eits, tentu tidak Kakak'e. Mari kita pergi berdua saja untuk cari makan." Ajak Raga menaik turunkan alisnya menggoda Dita yang kini menatapnya datar. "Di sini sudah tersedia motor inventaris, mari kita pakai!" tambahnya lagi.

Tidak tahu kenapa, perasaan Dita langsung berubah tidak enak. Rasanya seperti diselimuti awan hitam yang membuatnya terus menerus khawatir. Yang benar saja. Dia harus pergi berdua dengan Raga? Di malam hari? "Aduh enggak deh kalo Cuma kita berdua, feeling gue gak enak banget." Tolak Dita, ia membalikkan tubuhnya untuk kembali, namun saat melangkahkan kaki untuk menjauh dari Raga, tangannya sudah ditahan oleh Raga lebih dahulu. Wah. Sial. Ia kalah cepat.

"Ya ampun Dit, kan Cuma naik motor? Gue bisa kali cuma nyetir motor doang mah, kalo gue ngendaliin pesawat mungkin lo harus banyak berdo'a," sambar Raga berusaha membujuk Dita.

"Bukan masalah nyetir motornya, gue juga tau lo bisa! Tapi coba lo bayangin kejadian yang udah gue alamin selama sama lo berdua? Ya ampun ... ngeri gue bayanginnya juga!" ujarnya bergidik. "Apa lagi sekarang. Pergi berdua sama lo? Malem-malem gini? Kalo nyasar atau tiba-tiba ada di sarang Komodo gimana? Enggak ... enggak bisa! Lebih baik mencegah dari pada menggobati," tolak Dita lagi.

Sambil terburu-buru Raga mengeluarkan ponsel dari saku celananya, "Lihat, kita punya maps Dit! Yakali gak manfaatin teknologi? Emang lo gak mau makan? Gak mau makan seafood-seafood yang hits banget gitu? Gak mau update story?" tanya Raga bertubi.

Update Story!

Ya Tuhan. Saking sibuknya meratapi nasib sialnya bersama Raga, Dita sampai lupa dengan hal satu itu. update story! Seperti yang biasa dia lakukan.

Oh, Tentu! Tentu saja Dita menginginkannya.

"Oke, tapi gue mohon sama lo dari sekarang ya. Please ini mah ya Ga, sumpah! Gue pengen nikmatin malam ini. Jangan ngelakuin hal bodoh ya," pinta Dita seraya menangkupkan kedua tangannya ke arah Raga.

Raga menepis tangan Dita, "Apaan sih, keliatannya seolah gue mahluk paling bodoh, paling bawa sial, paling nyebelin di sini tau gak? Ayo buruan!" menarik tangan Dita, Raga membawanya berjalan dan mendekati motor matic yang sudah disediakan sebagai kendaraan invetaris mereka selama di sini.

Akhirnya setelah melalui perdebatan yang alot Dita dan Raga kini sudah berada di atas motor, menyusuri jalan di malam hari. Dita dengan sigap memegang ponsel ditangannya, takut-takut Raga lupa jalan dan membuat mereka tersesat.

Something About UsWhere stories live. Discover now